
The Fed Mulai Kalem, Wall Street Mulai Unjuk Gigi
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
05 January 2019 06:25

New York, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street membukukan kinerja gemilang pada perdagangan hari terakhir awal tahun ini.
Indeks-indeks saham di Wall Street melesat lebih dari 3% merespons pernyataan dovish dari Gubernur Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dan laporan tenaga kerja yang menggembirakan.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 3,3% atau bertambah hampir 750 poin menjadi 23.433,16. Indeks S&P 500 melonjak 3,4% menjadi 2.531,95 dan indeks Nasdaq Composite 4,3% menjadi 6.738,86, seperti dikutip dari AFP.
Kenaikan tinggi indeks saham di Wall Street tersebut menebus korkesi dalam yang terjadi pada perdagangan Kamis (01/01/2019), ketika Dow turun 2,8% setelah Apple memangkas perkiraan pendapatannya karena melemahnya permintaan di China dan sebuah laporan AS menunjukkan aktivitas manufaktur merosot ke level terendah dalam dua tahun.
Pada hari Jumat, Departemen Tenaga Kerja melaporkan AS ada penambahan 312.000 pekerjaan pada bulan Desember, jauh di atas ekspektasi analis. Angka-angka memperkuat kasus mereka yang berpendapat bahwa pasar telah bereaksi berlebihan terhadap tanda-tanda bahwa pertumbuhan AS mungkin telah memuncak.
Lalu, Wall Street bertambah kuat setelah Jerome Powell mengatakan pada pertemuan ekonom bahwa bank sentral AS tidak memiliki rencana "yang telah ditetapkan" untuk suku bunga dan secara hati-hati memantau kondisi ekonomi.
"Pasar mengekspresikan kekhawatiran tentang pertumbuhan global khususnya dan negosiasi perdagangan," kata Powell.
"Kami mendengarkan - dengan sensitif terhadap pesan yang dikirimkan pasar dan kami akan mempertimbangkan risiko penurunan tersebut saat kami membuat kebijakan ke depan."
Pernyataan Powell meyakinkan para investor yang khawatir bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga secara berlebihan, tetapi Jason Schenker dari Prestige Economics menyarankan agar The Fed melakukannya.
"Meskipun nada dovish ini, tapi kami ragu (skeptis)," kata Schenker dalam sebuah catatan analisisnya. "The Fed sengaja mengabaikan risiko perdagangan dan suku bunga saat berbicara permainan hawkish."
Banyak analis sedang bersiap-siap untuk tahun yang sulit bagi pasar, karena perang dagang AS-Cina dan masalah-masalah lain yang belum terselesaikan, termasuk pertarungan penutupan pemerintah di Washington. Dimana Presiden Donald Trump kembali memperingatkan pada Jumat, penutupan pemerintahan dapat berlangsung bertahun-tahun, sebagai upaya yang dia lakukan berjuang mendapatkan anggaran membangun tembok dengan Meksiko.
Akan tetapi ada kemungkinan, pasar saham akan mendapat tekanana lagi pada pada saat perusahaan melaporkan pendapatan kuartalan akhir bulan ini, menurut Pendiri DataTrek Research Nicholas Colas.
"Musim pendapatan mendatang kemungkinan akan melihat manajemen mengatur ulang ekspektasi pendapatan 2019 ke sesuatu yang mendekati flat dibandingkan 2018," kata Colas dalam catatan pada hari Jumat, menambahkan bahwa saham bisa mendorong lebih tinggi di tahun ini bahkan jika Januari merupakan bulan kerugian.
(hps) Next Article Ternyata, The Fed Memang Hobi Pangkas Bunga di Bulan Juli!
Indeks-indeks saham di Wall Street melesat lebih dari 3% merespons pernyataan dovish dari Gubernur Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dan laporan tenaga kerja yang menggembirakan.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 3,3% atau bertambah hampir 750 poin menjadi 23.433,16. Indeks S&P 500 melonjak 3,4% menjadi 2.531,95 dan indeks Nasdaq Composite 4,3% menjadi 6.738,86, seperti dikutip dari AFP.
Kenaikan tinggi indeks saham di Wall Street tersebut menebus korkesi dalam yang terjadi pada perdagangan Kamis (01/01/2019), ketika Dow turun 2,8% setelah Apple memangkas perkiraan pendapatannya karena melemahnya permintaan di China dan sebuah laporan AS menunjukkan aktivitas manufaktur merosot ke level terendah dalam dua tahun.
Lalu, Wall Street bertambah kuat setelah Jerome Powell mengatakan pada pertemuan ekonom bahwa bank sentral AS tidak memiliki rencana "yang telah ditetapkan" untuk suku bunga dan secara hati-hati memantau kondisi ekonomi.
"Pasar mengekspresikan kekhawatiran tentang pertumbuhan global khususnya dan negosiasi perdagangan," kata Powell.
"Kami mendengarkan - dengan sensitif terhadap pesan yang dikirimkan pasar dan kami akan mempertimbangkan risiko penurunan tersebut saat kami membuat kebijakan ke depan."
Pernyataan Powell meyakinkan para investor yang khawatir bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga secara berlebihan, tetapi Jason Schenker dari Prestige Economics menyarankan agar The Fed melakukannya.
"Meskipun nada dovish ini, tapi kami ragu (skeptis)," kata Schenker dalam sebuah catatan analisisnya. "The Fed sengaja mengabaikan risiko perdagangan dan suku bunga saat berbicara permainan hawkish."
Banyak analis sedang bersiap-siap untuk tahun yang sulit bagi pasar, karena perang dagang AS-Cina dan masalah-masalah lain yang belum terselesaikan, termasuk pertarungan penutupan pemerintah di Washington. Dimana Presiden Donald Trump kembali memperingatkan pada Jumat, penutupan pemerintahan dapat berlangsung bertahun-tahun, sebagai upaya yang dia lakukan berjuang mendapatkan anggaran membangun tembok dengan Meksiko.
Akan tetapi ada kemungkinan, pasar saham akan mendapat tekanana lagi pada pada saat perusahaan melaporkan pendapatan kuartalan akhir bulan ini, menurut Pendiri DataTrek Research Nicholas Colas.
"Musim pendapatan mendatang kemungkinan akan melihat manajemen mengatur ulang ekspektasi pendapatan 2019 ke sesuatu yang mendekati flat dibandingkan 2018," kata Colas dalam catatan pada hari Jumat, menambahkan bahwa saham bisa mendorong lebih tinggi di tahun ini bahkan jika Januari merupakan bulan kerugian.
(hps) Next Article Ternyata, The Fed Memang Hobi Pangkas Bunga di Bulan Juli!
Most Popular