
Internasional
Nggak Percaya The Fed Bisa Potong Bunga Acuan? Simak Data Ini
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
04 January 2019 16:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasak-kusuk mengenai kemungkinan penurunan bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve tiba-tiba hangat dibicarakan, Kamis (3/1/2019).
Hal ini dipicu oleh pergerakan imbal hasil atau yield obligasi Amerika Serikat (AS) bertenor dua tahun yang jatuh ke bawah 2,4% Kamis sore waktu setempat. Ini adalah kali pertama yield obligasi tersebut mencapai keseimbangan dengan suku bunga efektif bank sentral sejak 2008.
Suku bunga efektif The Fed atau Fed Funds Rate yang berada di posisi 2,4% hari Kamis, bergerak dalam kisaran bunga acuan bank sentral 2,25%-2,5%.
Pergerakan pasar obligasi itu mengindikasikan bahwa para investor yakin The Fed tidak akan mampu melanjutkan langkah pengetatan kebijakan moneter sebagaimana yang digambarkan dalam proyeksi bank sentral bulan lalu, dilansir dari Reuters.
The Fed menaikkan suku bunga acuannya untuk kali keempat tahun lalu di Desember dan memperkirakan akan ada dua kali kenaikan lagi di tahun ini, turun dibandingkan tiga kali yang diperkirakan sebelumnya.
Tidak hanya itu, David Rosenberg, kepala ekonom dan ahli strategi di Gluskin Sheff, mengatakan sekelompok kecil analis di Wall Street telah berpikir bahwa The Fed tidak hanya akan berhenti menaikkan bunga tetapi juga akan segera memotongnya karena ekonomi terus goyah, dikutip dari CNBC International.
Saham telah tertatih-tatih di wilayah pasar bearish, perlambatan pertumbuhan global dan ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China juga merupakan beberapa hambatan yang menurut investor akan dihadapi The Fed. Hal itu dipercaya akan mencegah Fed untuk melakukan pengetatan lebih lanjut.
Di sisi lain, harga kontrak berjangka (futures) fed funds rate dari CME FedWatch menunjukkan bahwa probabilitas penurunan suku bunga bank sentral terus naik bila dibandingkan bulan lalu.
Hingga hari Kamis, kemungkinan suku bunga The Fed berada di kisaran 2%-2,25% atau lebih rendah 25 basis poin dari bunga acuan saat ini tercatat sebesar 36,1%. Angka ini melesat naik dari 7,6% pekan lalu dan hanya 4,1% di 4 Desember.
Probabilitas tersebut turun sedikit hari Jumat menjadi 34,5%.
Sementara itu, probabilitas The Fed akan menahan bunga acuannya tahun ini mencapai 55% hari Jumat, naik dari 50,7% di Kamis namun turun dibandingkan 79,3% yang tercatat pekan lalu.
"The Fed diperkirakan terlambat melihat titik balik" dalam ekonomi dari ekspansi ke kontraksi, kata Rosenberg.
Dia menunjuk ke periode Maret-Juli pada 1995, rentang waktu Juni-September pada 1998, November 2000 hingga Januari 2001 dan, akhirnya, peristiwa kekacauan di seputaran krisis keuangan saat The Fed memangkas suku bunga sebanyak 50 basis poin (0,5%) pada bulan September 2007 karena mengkhawatirkan inflasi pada Agustus.
Selama periode itu secara keseluruhan, Rosenberg mengatakan The Fed membutuhkan rata-rata hanya dua bulan untuk mengubah kebijakan dari pengetatan menjadi pelonggaran.
(wed) Next Article Ternyata The Fed Masih Galau, Suku Bunga Bisa Naik Lagi
Hal ini dipicu oleh pergerakan imbal hasil atau yield obligasi Amerika Serikat (AS) bertenor dua tahun yang jatuh ke bawah 2,4% Kamis sore waktu setempat. Ini adalah kali pertama yield obligasi tersebut mencapai keseimbangan dengan suku bunga efektif bank sentral sejak 2008.
Suku bunga efektif The Fed atau Fed Funds Rate yang berada di posisi 2,4% hari Kamis, bergerak dalam kisaran bunga acuan bank sentral 2,25%-2,5%.
The Fed menaikkan suku bunga acuannya untuk kali keempat tahun lalu di Desember dan memperkirakan akan ada dua kali kenaikan lagi di tahun ini, turun dibandingkan tiga kali yang diperkirakan sebelumnya.
Tidak hanya itu, David Rosenberg, kepala ekonom dan ahli strategi di Gluskin Sheff, mengatakan sekelompok kecil analis di Wall Street telah berpikir bahwa The Fed tidak hanya akan berhenti menaikkan bunga tetapi juga akan segera memotongnya karena ekonomi terus goyah, dikutip dari CNBC International.
Saham telah tertatih-tatih di wilayah pasar bearish, perlambatan pertumbuhan global dan ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China juga merupakan beberapa hambatan yang menurut investor akan dihadapi The Fed. Hal itu dipercaya akan mencegah Fed untuk melakukan pengetatan lebih lanjut.
![]() |
Di sisi lain, harga kontrak berjangka (futures) fed funds rate dari CME FedWatch menunjukkan bahwa probabilitas penurunan suku bunga bank sentral terus naik bila dibandingkan bulan lalu.
Hingga hari Kamis, kemungkinan suku bunga The Fed berada di kisaran 2%-2,25% atau lebih rendah 25 basis poin dari bunga acuan saat ini tercatat sebesar 36,1%. Angka ini melesat naik dari 7,6% pekan lalu dan hanya 4,1% di 4 Desember.
Probabilitas tersebut turun sedikit hari Jumat menjadi 34,5%.
Sementara itu, probabilitas The Fed akan menahan bunga acuannya tahun ini mencapai 55% hari Jumat, naik dari 50,7% di Kamis namun turun dibandingkan 79,3% yang tercatat pekan lalu.
"The Fed diperkirakan terlambat melihat titik balik" dalam ekonomi dari ekspansi ke kontraksi, kata Rosenberg.
Dia menunjuk ke periode Maret-Juli pada 1995, rentang waktu Juni-September pada 1998, November 2000 hingga Januari 2001 dan, akhirnya, peristiwa kekacauan di seputaran krisis keuangan saat The Fed memangkas suku bunga sebanyak 50 basis poin (0,5%) pada bulan September 2007 karena mengkhawatirkan inflasi pada Agustus.
Selama periode itu secara keseluruhan, Rosenberg mengatakan The Fed membutuhkan rata-rata hanya dua bulan untuk mengubah kebijakan dari pengetatan menjadi pelonggaran.
(wed) Next Article Ternyata The Fed Masih Galau, Suku Bunga Bisa Naik Lagi
Most Popular