Menguat Hampir 1%, Rupiah Kembali Rengkuh Takhta Raja Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 January 2019 10:32
Menguat Hampir 1%, Rupiah Kembali Rengkuh Takhta Raja Asia
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat cukup signifikan di kurs acuan. Di pasar spot, rupiah juga perkasa di hadapan greenback. 

Pada Jumat (4/1/2019), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.350. Rupiah menguat 0,86% dibandingkan perdagangan kemarin. Tidak hanya menguat lumayan tajam, rupiah juga menyentuh posisi terkuat sejak 4 Desember 2018, atau sebulan terakhir. 

Selama 2019 yang belum genap berumur 4 hari, kinerja rupiah cukup memuaskan. Sejak awal tahun, rupiah menguat 0,9% terhadap dolar AS di kurs acuan. Namun selama setahun terakhir, rupiah masih melemah 6,5%. 



Sementara di pasar spot, performa rupiah lebih sangar lagi. Pada pukul 10:12 WIB, US$ 1 sama dengan Rp 14.275 di mana rupiah menguat 0,9% dibandingkan posisi penutupan pasar hari sebelumnya. 

Mengawali hari, rupiah sudah menguat 0,21%. Seiring perjalanan pasar, penguatan rupiah semakin beringas Rupiah kini kembali menjadi yang terbaik di Asia, setelah posisi itu sempat direnggut oleh baht Thailand. Dengan penguatan nyaris 1%, tidak ada mata uang lain yang sebaik rupiah di Benua Kuning. 


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:16 WIB: 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dolar AS teraniaya di Asia karena investor melihat ada sentimen positif yang signifikan. Mengutip Reuters, China dan AS akan menggelar pertemuan tingkat wakil menteri di Beijing pada 7-8 Januari. Agenda yang dibahas tentu melanjutkan komitmen damai dagang yang telah dicapai Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Argentina awal bulan lalu. 

"Delegasi AS yang dipimpin oleh Wakil Perwakilan Dagang Jeffrey Gerrish akan mengunjungi China untuk melakukan diskusi yang positif dan konstruktif dengan pemerintah China," sebut keterangan tertulis Kementerian Perdagangan China. 


Sepertinya Washington dan Beijing semakin serius untuk memperbaiki hubungan yang sempat panas akibat perang dagang yang berkobar sejak awal 2018. Setelah kesepakatan 'gencatan senjata' selama 90 hari di Buenos Aires, kedua negara terlihat semakin mesra. 

Hawa damai dagang AS-China pun merebak dan menebar optimisme pelaku pasar. Investor mulai berani masuk ke aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk ke Indonesia. 

Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang semula melemah berbalik menguat 0,18% pada pukul 10:21 WIB. Investor asing membukukan beli bersih Rp 45,04 miliar. Masuknya arus modal asing tersebut berkontribusi terhadap penguatan rupiah. 

Faktor lain yang membuat rupiah berjaya adalah harga minyak yang masih melemah. Pada pukul 10:24 WIB, harga minyak jenis brent bertahan di zona merah dengan koreksi 0,11%. 

Penurunan harga minyak membuka peluang bagi Indonesia untuk menata transaksi berjalan (current account). Dengan koreksi harga minyak, maka biaya impor komoditas ini akan berkurang dan menekan penggunaan devisa. 

Artinya, rupiah akan punya lebih banyak modal devisa untuk menguat. Indonesia pun punya harapan defisit transaksi berjalan bisa membaik, sehingga fundamental penyokong rupiah akan lebih kuat.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular