Bukan Cuma Berkat BI, Ini Juga Bikin Rupiah Jadi Juara 2 Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 January 2019 17:08
Faktor Eksternal dan Domestik Dukung Rupiah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Faktor eksternal dan domestik sama-sama berperan dalam memuluskan langkah rupiah ke jalur hijau. Dari luar, sentimen positif di Asia mulai bermunculan.  

Pertama, Bank Sentral China (PBoC) memutuskan untuk melonggarkan Giro Wajib Minimum (GWM) agar perbankan dapat memberikan penyaluran kredit yang lebih besar kepada pelaku usaha kecil. Lembaga keuangan yang menyalurkan kredit kurang dari 10 juta yuan dalam porsi tertentu akan mendapatkan insentif berupa pengurangan GWM. 

"Kebijakan ini akan memperluas pembiayaan ekonomi inklusif," sebut PBoC dalam pernyataan tertulis, dikutip dari Reuters. 

Kebijakan ini membuat pelaku pasar merasakan sedikit optimisme. Kebijakan PBoC diharapkan mampu menjaga performa ekonomi Negeri Tirai Bambu, baik itu konsumsi maupun investasi, sehingga tidak mengalami hard landing.  

Akibatnya, arus modal pun kembali masuk ke Benua Kuning. Termasuk ke pasar saham Indonesia, di mana investor asing membukukan beli bersih Rp 188,36 miliar yang mengantar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,64%. 


Kedua, harga minyak dunia juga suportif terhadap rupiah. Pada pukul 16:43 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,35% sementara light sweet ambrol 1,16%. Padahal dini hari tadi harga minyak sempat melesat di kisaran 2%. 

Penurunan harga minyak membuka peluang bagi Indonesia untuk menata transaksi berjalan (current account). Dengan koreksi harga minyak, maka biaya impor komoditas ini akan berkurang dan menekan penggunaan devisa. 

Artinya, rupiah akan punya lebih banyak modal devisa untuk menguat. Indonesia pun punya harapan defisit transaksi berjalan bisa membaik, sehingga fundamental penyokong rupiah akan lebih kuat. 


Sementara dari dalam negeri, setidaknya ada dua faktor utama pendongrak rupiah. Pertama adalah lelang obligasi pemerintah. 

Hari ini, pemerintah melelang enam seri obligasi negara dan menghasilkan perolehan dana Rp 28,25 triliun. Lelang ini tergolong sukses, karena dana yang didapat jauh di atas target indikatif yang senilai Rp 15 triliun. 

Semaraknya lelang obligasi adalah cerminan permintaan rupiah meningkat. Kenaikan permintaan tentu membuat mata uang ini terapresiasi. 

Faktor kedua adalah intervensi Bank Indonesia (BI). Nanang Hendarsah, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, mengungkapkan bank sentral melakukan intervensi di pasar Domestik Non-Deliverable Forwards (NDF).


Berbagai faktor tersebut akhirnya mampu membuat rupiah perkasa dan menyalip dolar AS. Jika kemarin rupiah melemah, maka kini giliran dolar AS yang dilibas. Kedudukan menjadi 1-1 pada 2019.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular