Yen Perkasa Tapi Jepang Malah Merana, Kok Bisa?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 January 2019 11:42
Penguatan Yen Jadi Musibah Buat Jepang
Ilustrasi Yen dan Dolar AS (REUTERS/Shohei Miyano)
Sebenarnya sudah lama yen dikenal sebagai aset aman alias safe haven. Meski masih dilanda stagnasi ekonomi, tetapi pasar keuangan Jepang menjanjikan stabilitas.  

Sebab, mayoritas investor di sana adalah pemain lokal yang artinya tidak mudah terguncang saat terjadi pembalikan arus modal oleh investor asing. Di pasar surat utang pemerintah, misalnya, per akhir 2017 pemilik mayoritas adalah Bank Sentral Jepang (BoJ) dengan porsi 41,1%. Disusul oleh perbankan domestik (19,3%), asuransi domestik (18,8%), dan dana pensiun domestik (4,2%). 

Tidak heran yen dijadikan payung ketika investor menilai akan ada badai di perekonomian global. Tingginya minat terhadap yen membuat mata uang ini menguat ugal-ugalan terhadap berbagai mata uang utama dunia. 

Ketika data-data ekonomi Asia membuat mata uang Benua Kuning melemah, yen tetap imun. Kala Asia terancam perlambatan ekonomi, yen tetap menjadi pilihan investor. 

Namun bagi Jepang, sejatinya penguatan yen bukan berkah melainkan musibah. Saat yen menguat, maka harga produk-produk made in Japan di pasar internasional akan menjadi mahal. Dampaknya permintaan terhadap produk Jepang berpotensi menurun, ekspor Jepang pun terancam. 

Menurut data Organisasi Perdagangan Dunia, Jepang adalah negara eksportir keempat terbesar di dunia dengan porsi 3,94%. Ekspor menyumbang 17,1% terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). 

Saat yen menguat, ekspor Jepang bisa terhambat karena harga barangnya menjadi mahal. Sumbangsih ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi bisa turun. 

Oleh karena itu, penguatan yen adalah sebuah kutukan bagi yen. Itulah mengapa bursa saham Jepang justru cenderung melemah saat yen menguat, bergerak dalam arah yang berlawanan. 

Refinitiv


TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular