Sentimen Negatif Payungi Dunia, Investor Berlindung pada Yen
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
02 January 2019 17:25
London, CNBC Indonesia - Mata uang safe-haven seperti yen Jepang menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS), Rabu (2/1/2019), karena investor memilih bersikap berhati-hati pada hari perdagangan pertama di tahun baru.
Sentimen negatif membayangi perdagangan hari Rabu di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang penutupan pemerintah AS atau biasa disebut government shutdown dan melambatnya pertumbuhan global.
Saat sebagian besar mata uang utama lainnya relatif stagnan di perdagangan awal 2019, yen justru mencetak reli ke level tertinggi dalam tujuh bulan terakhir terhadap dolar.
Yen, yang cenderung menguntungkan selama ada tekanan geopolitik atau keuangan global, telah menguat selama tiga pekan berturut-turut dan merupakan mata uang utama dengan kinerja terbaik pada 2018. Dalam empat hari terakhir saja, yen telah naik 2,2%, dilansir dari Reuters.
"Yen mendapat manfaat dari menguatnya kekhawatiran perlambatan global," kata Ulrich Leuchtmann, ahli strategi mata uang di Commerzbank.
Pasar saham yang fluktuatif juga meningkatkan daya tarik yen. Indeks Volatilitas CBOE .VIX, barometer yang dipantau secara luas sebagai penunjuk volatilitas jangka pendek untuk saham AS, melonjak hampir dua kali lipat menjadi 28 dari 16 pada awal Desember.
Leuchtman mengatakan kebijakan moneter bank sentral Jepang (Bank of Japan/ BOJ) yang kurang ekspansif akan terus memperkuat mata uang.
Dolar melemah 0,7% terhadap yen menjadi 108,9. Indeks dolar sedikit berubah menjadi 96,202.
Euro melemah 0,2% terhadap dolar menjadi US$1,1438. Para pelaku pasar memperkirakan mata uang tunggal itu akan tetap di bawah tekanan karena pertumbuhan dan inflasi di zona euro berada di bawah ekspektasi Bank Sentral Eropa. Euro kehilangan 4,4% dari nilainya terhadap dolar pada 2018.
(prm) Next Article Krisis Energi, Jauh-jauh dari Mata Uang Ini Jika Tak Mau Rugi
Sentimen negatif membayangi perdagangan hari Rabu di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang penutupan pemerintah AS atau biasa disebut government shutdown dan melambatnya pertumbuhan global.
Saat sebagian besar mata uang utama lainnya relatif stagnan di perdagangan awal 2019, yen justru mencetak reli ke level tertinggi dalam tujuh bulan terakhir terhadap dolar.
"Yen mendapat manfaat dari menguatnya kekhawatiran perlambatan global," kata Ulrich Leuchtmann, ahli strategi mata uang di Commerzbank.
Pasar saham yang fluktuatif juga meningkatkan daya tarik yen. Indeks Volatilitas CBOE .VIX, barometer yang dipantau secara luas sebagai penunjuk volatilitas jangka pendek untuk saham AS, melonjak hampir dua kali lipat menjadi 28 dari 16 pada awal Desember.
Leuchtman mengatakan kebijakan moneter bank sentral Jepang (Bank of Japan/ BOJ) yang kurang ekspansif akan terus memperkuat mata uang.
Dolar melemah 0,7% terhadap yen menjadi 108,9. Indeks dolar sedikit berubah menjadi 96,202.
Euro melemah 0,2% terhadap dolar menjadi US$1,1438. Para pelaku pasar memperkirakan mata uang tunggal itu akan tetap di bawah tekanan karena pertumbuhan dan inflasi di zona euro berada di bawah ekspektasi Bank Sentral Eropa. Euro kehilangan 4,4% dari nilainya terhadap dolar pada 2018.
(prm) Next Article Krisis Energi, Jauh-jauh dari Mata Uang Ini Jika Tak Mau Rugi
Most Popular