
Hari Pertama Perdagangan Saham 2019, IHSG Terpuruk 0,22%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
02 January 2019 16:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka naik tipis 0,05% ke level 6.197,87, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan pertama di tahun 2019 dengan pelemahan sebesar 0,22% ke level 6.181,18.
Performa IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan di zona merah: indeks Shanghai anjlok 1,15%, indeks Hang Seng ambruk 2,77%, indeks Strait Times turun 0,95%, dan indeks Kospi melemah 1,52%.
Nilai transaksi tercatat Rp 7,48 triliun dengan volume 15,26 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 300.079 kali.
Tekanan bagi bursa saham Benua Kuning datang dari rilis data ekonomi yang mengecewakan. Di China yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua dunia, Manufacturing PMI periode Desember versi Caixin diumumkan di level 49,7, turun dari capaian bulan November yang sebesar 50,2. Capaian ini juga berada di bawah konsensus yang sebesar 50,1, seperti dilansir dari Trading Economics.
Sebagai informasi, data tersebut menggambarkan tingkat aktivitas manufaktur di China dan angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kontraksi pada bulan Desember merupakan yang pertama dalam 19 bulan, seperti dilansir dari CNBC International.
Perang dagang yang terus berkecamuk dengan AS terlihat terus menyakiti perekonomian China. Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru untuk produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China menyasar US$ 110 miliar produk asal AS.
Di Singapura, pembacaan awal untuk pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2018 diumumkan sebesar 2,2% YoY, jauh di bawah konsensus yang sebesar 2,7% YoY.
Di Korea Selatan, Manufacturing PMI periode Desember versi Nikkei diumumkan di level 49,8. Sejatinya, capaian periode Desember membaik ketimbang November yang sebesar 48,6. Namun, angkanya tetap saja di bawah 50 atau masih menunjukkan adanya kontraksi.
Berbicara mengenai perang dagang AS-China, sejatinya ada perkembangan positif yakni aura perdamaian yang terlontar dari masing-masing pimpinan negara. Belum lama ini, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa dirinya telah berbicara panjang melalui sambungan telepon dengan Presiden China Xi Jinping. Hasil dari pembicaraan tersebut, menurut Trump, sangat positif.
"Proses kesepakatan dengan China berjalan dengan sangat baik. Jika berhasil, maka (kesepakatan) itu akan sangat komprehensif, mencakup seluruh aspek yang selama ini menjadi pertentangan. Kemajuan besar telah dibuat!" tulis Trump melalui akun Twitter @realDonaldTrump
Xi pun memberi sinyal kemesraan hubungan dengan Washington. Mengutip kantor berita Xinhua, Xi berharap kesepakatan dengan AS segera diteken. "Saya berharap kedua delegasi bertemu, bekerja keras, untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan dunia sesegera mungkin," tegas Xi.
Namun di sisi lain, pelaku pasar nampak dibuat tak terlalu menanggapinya seiring dengan pidato yang disampaikan oleh Xi. Dalam pidato di malam tahun baru, Xi menekankan pentingnya kemandirian ditengah-tengah perubahan yang tak pernah dialami China dalam 100 tahun, seperti dikutip dari Bloomberg. Xi menegaskan bahwa China memiliki kapasitas untuk mengarungi badai yang ada, sembari mengumbar capaian di bidang industri dan teknologi sepanjang 2018.
Pidato Xi diartikan bahwa China masih akan keras kepala dalam menghadapi perang dagang dengan AS. Pada minggu depan, delegasi AS akan bertandang ke Beijing guna melakukan negosiasi dagang.
Performa IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan di zona merah: indeks Shanghai anjlok 1,15%, indeks Hang Seng ambruk 2,77%, indeks Strait Times turun 0,95%, dan indeks Kospi melemah 1,52%.
Nilai transaksi tercatat Rp 7,48 triliun dengan volume 15,26 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 300.079 kali.
Sebagai informasi, data tersebut menggambarkan tingkat aktivitas manufaktur di China dan angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kontraksi pada bulan Desember merupakan yang pertama dalam 19 bulan, seperti dilansir dari CNBC International.
Perang dagang yang terus berkecamuk dengan AS terlihat terus menyakiti perekonomian China. Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru untuk produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China menyasar US$ 110 miliar produk asal AS.
Di Singapura, pembacaan awal untuk pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2018 diumumkan sebesar 2,2% YoY, jauh di bawah konsensus yang sebesar 2,7% YoY.
Di Korea Selatan, Manufacturing PMI periode Desember versi Nikkei diumumkan di level 49,8. Sejatinya, capaian periode Desember membaik ketimbang November yang sebesar 48,6. Namun, angkanya tetap saja di bawah 50 atau masih menunjukkan adanya kontraksi.
Berbicara mengenai perang dagang AS-China, sejatinya ada perkembangan positif yakni aura perdamaian yang terlontar dari masing-masing pimpinan negara. Belum lama ini, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa dirinya telah berbicara panjang melalui sambungan telepon dengan Presiden China Xi Jinping. Hasil dari pembicaraan tersebut, menurut Trump, sangat positif.
"Proses kesepakatan dengan China berjalan dengan sangat baik. Jika berhasil, maka (kesepakatan) itu akan sangat komprehensif, mencakup seluruh aspek yang selama ini menjadi pertentangan. Kemajuan besar telah dibuat!" tulis Trump melalui akun Twitter @realDonaldTrump
Xi pun memberi sinyal kemesraan hubungan dengan Washington. Mengutip kantor berita Xinhua, Xi berharap kesepakatan dengan AS segera diteken. "Saya berharap kedua delegasi bertemu, bekerja keras, untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan dunia sesegera mungkin," tegas Xi.
Namun di sisi lain, pelaku pasar nampak dibuat tak terlalu menanggapinya seiring dengan pidato yang disampaikan oleh Xi. Dalam pidato di malam tahun baru, Xi menekankan pentingnya kemandirian ditengah-tengah perubahan yang tak pernah dialami China dalam 100 tahun, seperti dikutip dari Bloomberg. Xi menegaskan bahwa China memiliki kapasitas untuk mengarungi badai yang ada, sembari mengumbar capaian di bidang industri dan teknologi sepanjang 2018.
Pidato Xi diartikan bahwa China masih akan keras kepala dalam menghadapi perang dagang dengan AS. Pada minggu depan, delegasi AS akan bertandang ke Beijing guna melakukan negosiasi dagang.
Pages
Most Popular