
Terbaik di Asia, Rupiah Siap Beri Kado Akhir Tahun?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 December 2018 10:26

Investor masih melakukan aksi jual terhadap dolar AS akibat perkembangan yang terjadi di sana. Potensi resesi di Negeri Paman Sam masih terlihat, di mana selisih imbal hasil (yield) masih relatif sempit.
Pada pukul 09:55 WIB, jarak yield obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun dengan 10 tahun adalah 19,82 basis poin (bps). Padahal dalam kondisi normal, jarak antara keduanya begitu lebar. Misalnya pada 20 Juni, selisih yield kedua instrumen tersebut ada di 36,6 bps.
Perbandingan yield tenor 2 dan 10 tahun kerap kali menjadi indikator untuk melihat pertanda awal terjadinya resesi. Jika yield tenor 2 tahun mempersempit jarak dengan yang 10 tahun, apalagi kalau berhasil melampaui, maka itu disebut inverted.
Inverted yield merupakan tanda-tanda awal dari resesi, yang biasanya terjadi sekitar setahun sesudahnya. Sebab, investor melihat risiko jangka pendek lebih besar ketimbang jangka panjang, sehingga meminta 'jaminan' yang lebih tinggi untuk tenor jangka pendek.
Risiko kedua di perekonomian Negeri Adidaya adalah masih berlakunya penutupan sementara (partial shutdown) pemerintahan AS karena belum ada pengesahan anggaran baru. Presiden Donald Trump masih ngambek, ingin memasukkan anggaran pengamanan perbatasan (termasuk pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko). Usulan ini ditolak oleh legislatif, terutama dari kubu oposisi Partai Demokrat.
Belum adanya solusi atas permasalahan ini membuat masa depan pemerintahan AS menjadi tidak jelas. Bahkan kemungkinan besar shutdown akan berlanjut sampai ke awal 2019.
Ditambah lagi investor juga sedang semringah karena perkembangan positif hubungan dagang AS-China. Dalam cuitan di Twitter, Trump mengumbar bahwa dirinya melakukan pembicaraan yang baik dan lama dengan Presiden China Xi Jinping.
"Proses kesepakatan dengan China berjalan dengan sangat baik. Jika berhasil, maka (kesepakatan) itu akan sangat komprehensif, mencakup seluruh aspek yang selama ini menjadi pertentangan. Kemajuan besar telah dibuat!" tulis Trump.
Xi pun memberi sinyal kemesraan hubungan dengan Washington. Mengutip kantor berita Xinhua, Xi berharap kesepakatan dengan AS segera diteken. "Saya berharap kedua delegasi bertemu, bekerja keras, untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan dunia sesegera mungkin," tegas Xi.
Kemesraan Washington-Beijing menebar harapan damai dagang. Sentimen ini tentunya positif, dan membuat pelaku pasar berani masuk ke negara-negara berkembang Asia, termasuk Indonesia. Hasilnya adalah rupiah mampu menjadi yang terbaik di Benua Kuning.
Apakah rupiah mampu memberi kado dengan mencatat penguatan pada hari perdagangan terakhir 2018? Sepertinya peluang ke arah sana cukup besar...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pada pukul 09:55 WIB, jarak yield obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun dengan 10 tahun adalah 19,82 basis poin (bps). Padahal dalam kondisi normal, jarak antara keduanya begitu lebar. Misalnya pada 20 Juni, selisih yield kedua instrumen tersebut ada di 36,6 bps.
Perbandingan yield tenor 2 dan 10 tahun kerap kali menjadi indikator untuk melihat pertanda awal terjadinya resesi. Jika yield tenor 2 tahun mempersempit jarak dengan yang 10 tahun, apalagi kalau berhasil melampaui, maka itu disebut inverted.
Risiko kedua di perekonomian Negeri Adidaya adalah masih berlakunya penutupan sementara (partial shutdown) pemerintahan AS karena belum ada pengesahan anggaran baru. Presiden Donald Trump masih ngambek, ingin memasukkan anggaran pengamanan perbatasan (termasuk pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko). Usulan ini ditolak oleh legislatif, terutama dari kubu oposisi Partai Demokrat.
Belum adanya solusi atas permasalahan ini membuat masa depan pemerintahan AS menjadi tidak jelas. Bahkan kemungkinan besar shutdown akan berlanjut sampai ke awal 2019.
Ditambah lagi investor juga sedang semringah karena perkembangan positif hubungan dagang AS-China. Dalam cuitan di Twitter, Trump mengumbar bahwa dirinya melakukan pembicaraan yang baik dan lama dengan Presiden China Xi Jinping.
"Proses kesepakatan dengan China berjalan dengan sangat baik. Jika berhasil, maka (kesepakatan) itu akan sangat komprehensif, mencakup seluruh aspek yang selama ini menjadi pertentangan. Kemajuan besar telah dibuat!" tulis Trump.
Xi pun memberi sinyal kemesraan hubungan dengan Washington. Mengutip kantor berita Xinhua, Xi berharap kesepakatan dengan AS segera diteken. "Saya berharap kedua delegasi bertemu, bekerja keras, untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan dunia sesegera mungkin," tegas Xi.
Kemesraan Washington-Beijing menebar harapan damai dagang. Sentimen ini tentunya positif, dan membuat pelaku pasar berani masuk ke negara-negara berkembang Asia, termasuk Indonesia. Hasilnya adalah rupiah mampu menjadi yang terbaik di Benua Kuning.
Apakah rupiah mampu memberi kado dengan mencatat penguatan pada hari perdagangan terakhir 2018? Sepertinya peluang ke arah sana cukup besar...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular