Banyak Sentimen Negatif, Harga CPO Amblas 1% Lebih Pekan Ini

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
29 December 2018 18:30
Di sepanjang pekan ini, harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Maret 2019 di Bursa Derivatif Malaysia turun 1,67% secara point-to-point.
Foto: Ilustrasi Kelapa Sawit (CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara)
Jakarta, CNBC Indonesia - Di sepanjang pekan ini, harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Maret 2019 di Bursa Derivatif Malaysia turun 1,67% secara point-to-point. Di akhir pekan ini, harga CPO finish di level MYR 2.121/ton.

Melemah cukup dalam pada perdagangan sebelum dan sesudah libur hari raya Natal, harga CPO sebenarnya bangkit pada 2 hari terakhir perdagangan pekan ini. Sayang, penguatan di jelang akhir pekan ini belum mampu menyelamatkan harga CPO dari performa mingguan yang negatif. 



Sejak awal pekan ini, harga CPO memang tertekan oleh sejumlah sentimen negatif. Tim Riset CNBC Indonesia akan mengelaborasikannya dalam tulisan berikut. 

PertamaMalaysian Palm Oil Association mengumumkan bahwa produksi minyak kelapa sawit di periode 1-20 Desember meningkat 5,6% secara bulanan (month-to-month/MtM).

Hal ini cukup mengejutkan pasar. Pasalnya, sebelumnya produksi CPO di Negeri Jiran justru diperkirakan akan menurun di bulan terakhir tahun ini, pasca dua bulan sebelumnya memang mencapai puncaknya secara musiman. 

Apalagi, ekspor minyak kelapa sawit Malaysia diekspektasikan mengendur pada bulan ini. Surveyor kargo Intertek Testing Services mengumumkan penurunan ekspor sebesar 2,5% MtM pada periode 1-25 Desember. Sedangkan, Amspec Agri Malaysia melaporkan pengiriman CPO Malaysia menurun hingga 6,4% MtM di periode yang sama.

Saat produksi bertambah tapi ekspor justru lesu, maka kini pelaku pasar berekspektasi bahwa stok CPO di Negeri Jiran masih akan melambung di Bulan Desember.

Sebagai informasi, stok CPO Malaysia sudah meningkat 10,5% MtM ke angka 3,01 juta ton per November 2018, yang merupakan rekor tertinggi dalam 18 tahun terakhir. Saat peningkatan stok berlanjut, tentu harga akan tertekan.

Keduaharga minyak kedelai kontrak Januari 2019 di Chicago Board of Trade (CBoT) jatuh hingga 1,4% di sepanjang pekan ini.

Komoditas minyak kedelai mendapatkan energi negatif dari 
prospek meningkatnya volume panen kedelai di Amerika Selatan seiring cuaca yang mendukung. Terlebih, Departemen Agrikultur AS (USDA) sebelumnya juga memroyeksikan bahwa stok kedelai AS pada akhir musim 2018/2019 akan menyentuh rekor tertinggi 955 juta bushel, naik dua kali lipat dari tahun lalu.

Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga kedelai turun, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut melemah.

Ketiga, Di sepanjang pekan ini harga minyak dunia masih belum bosan membukukan pelemahan. Dalam seminggu, harga minyak light sweet (WTI) kontrak Februari 2019 turun sebesar 1,03% secara point-to-point, sementara harga brent kontrak Februari 2019 juga amblas 3,01% di periode yang sama.

Dengan pergerakan itu, harga si emas hitam sudah membukukan performa mingguan negatif selama 3 pekan berturut-turut. Kondisi pasokan yang membanjir di saat permintaan justru diramal lesu, masih menjadi hantu yang menyeret harga si emas hitam ke jurang kehancuran. 

Sebagai informasi, penurunan harga minyak mentah memang cenderung menekan harga CPO yang merupakan bahan baku biofuel. Biofuel sendiri merupakan salah satu substitusi utama bagi bahan bakar minyak (BBM). Saat harga minyak dunia turun, produksi biofuelmenjadi kurang ekonomis. Hal ini lantas menjadi sentimen bahwa permintaan CPO akan menurun.

Beruntung, ada sentimen positif jelang akhir pekan ini. Menurut sumber yang berasal dari pemerintah India di New Dehli, India berniat untuk memotong bea impor minyak sawit mentah menyusul kesepakatan dagang dengan negara-negara Asia Tenggara, seperti yang dilansir oleh Reuters, Jumat (28/12/2018).

BACA: Bea Impor Sawit India Turun, Harga CPO Melesat

Seperti yang diketahui, pada awal tahun ini India menaikkan bea impor minyak kelapa sawit mentah dari 30% menjadi 44%, sedangkan bea impor olahan minyak kelapa sawit dari 40% ke 55%. Kebijakan ini sempat memukul performa ekspor negara eksportir utama seperti Indonesia dan Malaysia. Pasalnya, Negeri Bollywood merupakan importir CPO terbesar di dunia. 

Potensi turunnya bea impor india sontak membuat investor bergairah untuk melakukan aksi beli. Kini muncul harapan bahwa performa ekspor CPO ke India dapat membaik. Saat ekspor bergairah, maka risiko melambungnya stok di Malaysia atau Indonesia pun dapat termitigasi. Sentimen dari India ini akhirnya mampu menipiskan pelemahan harga CPO di sepanjang pekan ini. 


(RHG/RHG) Next Article 4 Hari Melemah, Harga CPO Mulai Naik Kembali

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular