
Obligasi Berbalik Menguat di Hari Terakhir Perdagangan
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
28 December 2018 12:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah berbalik menguat dari koreksi yang terjadi kemarin di hari terakhir perdagangan tahun ini.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun.
Seri yang paling menguat adalah FR0064 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 4 basis poin (bps) menjadi 7,98%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Penguatan itu juga membuat yield tenor 10 tahun tersebut kembali ke bawah level psikologis 8%.
Seri lain yang juga menguat adalah seri 20 tahun dengan penurunan yield 1,5 bps menjadi 8,35%, sedangkan seri 5 tahun dan 15 tahun masih terkoreksi.
Sumber: Refinitiv
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 520 bps, menyempit dari posisi kemarin 525 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik tipis hingga 2,77% dari posisi kemarin 2,76%.
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar US Treasury membuat inversi tenor pendek-panjang sedikit melebar sehingga semakin menjauh dari cerminan tekanan ekonomi yang biasa ditunjukkan oleh kurva yield terbalik (inverted yield curve).
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 893,43 triliun SBN, atau 37,72% dari total beredar Rp 2.368 triliun berdasarkan data per 26 Desember.
Angka kepemilikannya masih negatif Rp 7,16 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, sehingga persentasenya masih turun dari 37,85% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,22% menjadi 6.203 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 0,07% menjadi Rp 14.545 di hadapan tiap dolar AS.
Pelemahan dolar AS seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,12% menjadi 96,366.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya dialami pasar China, Rusia, dan Afsel.
Di negara maju, pasar obligasi yang menguat terjadi di pasar bund Jerman dan pasar JGB Jepang.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun.
Seri yang paling menguat adalah FR0064 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 4 basis poin (bps) menjadi 7,98%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Penguatan itu juga membuat yield tenor 10 tahun tersebut kembali ke bawah level psikologis 8%.
Seri lain yang juga menguat adalah seri 20 tahun dengan penurunan yield 1,5 bps menjadi 8,35%, sedangkan seri 5 tahun dan 15 tahun masih terkoreksi.
Yield Obligasi Negara Acuan 28 Dec 2018 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 27 Dec 2018 (%) | Yield 28 Dec 2018 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 27 Dec'18 |
FR0063 | 5 tahun | 7.843 | 7.87 | 2.70 | 7.6265 |
FR0064 | 10 tahun | 8.022 | 7.982 | -4.00 | 7.9228 |
FR0065 | 15 tahun | 8.202 | 8.204 | 0.20 | 8.1589 |
FR0075 | 20 tahun | 8.366 | 8.351 | -1.50 | 8.3295 |
Avg movement | -0.65 |
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 520 bps, menyempit dari posisi kemarin 525 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik tipis hingga 2,77% dari posisi kemarin 2,76%.
Yield US Treasury Acuan 28 Dec 2018 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 27 Dec 2018 (%) | Yield 28 Dec 2018 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.41 | 2.412 | 3 bulan-5 tahun | -21.3 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.548 | 2.579 | 2 tahun-5 tahun | -4.6 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.534 | 2.57 | 3 tahun-5 tahun | -5.5 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.591 | 2.625 | 3 bulan-10 tahun | -36.4 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.743 | 2.776 | 2 tahun-10 tahun | -19.7 |
Koreksi pasar US Treasury membuat inversi tenor pendek-panjang sedikit melebar sehingga semakin menjauh dari cerminan tekanan ekonomi yang biasa ditunjukkan oleh kurva yield terbalik (inverted yield curve).
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 893,43 triliun SBN, atau 37,72% dari total beredar Rp 2.368 triliun berdasarkan data per 26 Desember.
Angka kepemilikannya masih negatif Rp 7,16 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, sehingga persentasenya masih turun dari 37,85% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,22% menjadi 6.203 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 0,07% menjadi Rp 14.545 di hadapan tiap dolar AS.
Pelemahan dolar AS seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,12% menjadi 96,366.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya dialami pasar China, Rusia, dan Afsel.
Di negara maju, pasar obligasi yang menguat terjadi di pasar bund Jerman dan pasar JGB Jepang.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 27 Dec 2018 (%) | Yield 28 Dec 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.32 | 9.34 | 2.00 |
China | 3.299 | 3.298 | -0.10 |
Jerman | 0.229 | 0.22 | -0.90 |
Perancis | 0.693 | 0.698 | 0.50 |
Inggris | 1.308 | 1.311 | 0.30 |
India | 7.263 | 7.277 | 1.40 |
Italia | 2.748 | 2.777 | 2.90 |
Jepang | 0.022 | 0.012 | -1.00 |
Malaysia | 4.1 | 4.103 | 0.30 |
Filipina | 7.098 | 7.098 | 0.00 |
Rusia | 8.72 | 8.7 | -2.00 |
Singapura | 2.085 | 2.089 | 0.40 |
Thailand | 2.45 | 2.45 | 0.00 |
Turki | 16.02 | 16.02 | 0.00 |
Amerika Serikat | 2.743 | 2.776 | 3.30 |
Afrika Selatan | 9 | 8.93 | -7.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular