Penguatan Menipis, Rupiah Terlemah Kedua di Asia

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
28 December 2018 12:56
Penguatan Menipis, Rupiah Terlemah Kedua di Asia
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah masih mampu menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Meski demikian, penguatan rupiah semakin menipis di siang hari ini. 

Pada Jumat (28/12/2018) pukul 12:12 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.550 di perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Dibuka stagnan di level Rp 14.555/US$, mata uang tanah air kemudian sempat menguat hingga 0,17% ke Rp 14.530/US$. Sayangnya, siang hari ini tenaga rupiah berkurang, hingga penguatannya menipis. 

Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah hingga tengah hari ini:



Hingga siang ini, dolar AS memang tak berdaya di Asia. Hampir seluruh mata uang benua kuning mampu terapresiasi terhadap dolar AS, tak terkecuali rupiah. Penguatan terbesar dibukukan rupee India yang menguat hingga 0,51%.

Berita buruknya, dengan penguatan yang tinggal sebesar 0,03%, rupiah menjadi yang terlemah kedua di kawasan pada siang ini. Rupiah hanya lebih baik dibandingkan dolar Hong Kong yang melemah 0,04%.

 
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 12:12 WIB:





Hingga siang ini, dolar AS memang masih dilego investor, seiring dengan rilis data ekonomi yang mengecewakan plus meredanya risiko dari eksternal. Hingga pukul 12.15 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia) melemah hingga 0,08%. 

Dari data ekonomi, kemarin Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) AS versi The Conference Board periode Desember diumumkan di level 128,1 turun 8,3 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan Ini merupakan yang terdalam sejak Juli 2015. 
IKK periode Desember juga jauh di bawah konsensus yang sebesar 133,7, seperti dilansir dari Forex Factory.

Rilis data tersebut berpotensi memukul perekonomian AS dengan signifikan. Pasalnya, lebih dari 50% perekonomian AS dibentuk oleh konsumsi rumah tangga. Ketika optimisme konsumen memudar, konsumsi berpotensi berkurang dan menekan laju perekonomian Negeri Paman Sam.

Pada akhirnya, terdapat keraguan bahwa The Federal Reserve/The Fed masih akan mengeksekusi rencanannya untuk mengerek suku bunga acuan sebanyak 2 kali pada tahun depan.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 27 Desember 2018 siang ini, terdapat 60,4% kemungkinan bahwa The Fed tak akan menaikkan suku bunga acuan sama sekali pada tahun depan, naik dari posisi sehari sebelumnya yang sebesar 55,6%.

Munculnya potensi bahwa suku bunga acuan AS tidak akan naik di tahun depan, membuat dolar AS jadi tidak punya energi untuk bisa menguat. Seperti diketahui, di sepanjang tahun ini Dollar Index mampu menguat hingga 4,65% ditopang Federal Funds Rate yang naik hingga 100 basis poin (bps).

Kemudian, investor juga ramai-ramai meninggalkan instrumen safe haven seperti dolar AS, seiring kondusifnya sentimen eksternal yang ada. Pasca membuahkan beberapa perkembangan positif menyusul pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping beberapa waktu lalu, tim perdagangan asal Negeri Paman Sam akan bertolak ke Beijing untuk kembali melakukan negosiasi dagang dengan China.

Mengutip Reuters, pertemuan AS-China kemungkinan terjadi pada Januari. Pertemuan ini sedang direncanakan kedua pihak melalui komunikasi yang intensif. 

"AS memang sedang dalam periode liburan. Namun tim perdagangan AS dan China tetap menggelar komunikasi dan pertemuan masih terjadwal sesuai rencana. Kedua pihak berencana melakukan pertemuan pada Januari menindaklanjuti komunikasi yang intensif melalui telepon," kata Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China. 

Situasi dolar AS yang sedang tertekan pun dimanfaatkan oleh seluruh mata uang Asia untuk bergerak menguat siang ini, tak terkecuali rupiah. Meski demikian, pelemahan Dollar Index sebenarnya agak menipis. Tadi pagi, indeks tersebut sempat melemah hingga 0,17%.

Nampaknya, beberapa investor masih memilih memeluk dolar AS seiring adanya risiko yang sebenarnya menghantui negosiasi dagang AS-China. 3 orang sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Presiden AS Donald Trump berencana untuk menggunakan kebijakan eksekutif yang dimilikinya guna mendeklarasikan situasi darurat nasional, yang pada akhirnya akan melarang perusahaan-perusahaan asal AS untuk menggunakan perangkat telekomunikasi buatan Huawei dan ZTE, seperti dilansir dari CNBC International.

Kebijakan eksekutif yang sudah berada dalam proses perencanaan sejak lebih dari 8 bulan tersebut bisa diterbitkan secepatnya pada bulan Januari dan akan memberikan perintah kepada Kementerian Perdagangan untuk memblokir perusahaan-perusahaan AS dalam membeli peralatan dari perusahaan telekomunikasi asing yang membawa risiko signifikan bagi keamanan negara, kata sumber-sumber dari industri telekomunikasi dan pemerintahan AS.

Jika kebijakan tersebut jadi diluncurkan nantinya, damai dagang AS-China secara permanen akan kian sulit untuk dicapai.
Pada siang ini, harga minyak mentah ternyata berbalik perkasa. Hingga pukul 12.31 WIB , harga minyak WTI kontrak pengiriman Februari 2019 melejit 2,31% ke level US$ 45,64/barel, sementara minyak brent kontrak pengiriman Februari 2019 menguat 1,92% ke level US$ 53,16/barel. Padahal, kemarin harga si emas hitam melemah di kisaran 4%-an.

Melesatnya harga minyak mentah tentu menjadi kabar buruk bagi rupiah, lantaran bisa memperparah defisit perdagangan minyak dan gas (migas) yang pada akhirnya akan membuat defisit neraca berjalan (Current Account Deficit/CAD) kian lebar.

Sebagai informasi, pada kuartal-III 2018 CAD mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014, seiring dengan besarnya defisit perdagangan migas.

Jika penguatan harga minyak mentah terus bertahan atau bahkan bertambah lebar, bukan tak mungkin rupiah akan dipukul mundur dan berakhir di zona depresiasi.

(TIM RISET CNBC INDONESIA)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular