Kemarin Naik Tinggi, Hari Ini Harga Minyak Kembali Turun

Muhamad Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
27 December 2018 10:41
Harga minyak jenis light sweet (WTI) melemah sebesar 0,16% ke posisi US$ 46,06/barel dari perdagangan kemarin. Minyak jenis brent turun 0,19% ke US$ 54,28/barel
Foto: dok.Pertamina
Jakarta, CNBC Indonesia - Kamis pagi ini (27/12/2018) hingga pukul 10:22 WIB, harga minyak kembali melemah tipis setelah sebelumnya naik pesat pada perdagangan sesi kemarin (26/12/2018).

Harga minyak jenis light sweet (WTI) melemah sebesar 0,16% ke posisi US$ 46,06/barel dari perdagangan kemarin. Padahal harga minyak jenis ini pada hari kemarin menunjukkan performa mencengangkan setelah ditutup menguat sebesar 8,67% dari perdagangan sesi sebelumnya.

Hal serupa juga dialami harga minyak jenis brent yang turun sebesar 0,192% ke level US$ 54,28/barel, setelah sebelumnya sempat menguat 7,92% pada penutupan perdagangan sesi kemarin.

Foto: CNBC Indonesia

Kenaikan harga yang cukup tinggi pada hari kemarin merupakan kenaikan harian tertinggi sejak Nomember 2016, dimana pada saat itu Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menandatangani peperjanjian pemangkasan produksi.

Kenaikan dua harga acuan tersebut menjadi kenaikan harian tertinggi sejak 30 November 2016 saat Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menandatangani perjanjian pemangkasan produksi.

Kabar baik kali ini berhembus dari timur tengah. Pada hari Minggu (23/12/2018) OPEC dan mitra produsen non-OPEC dikabarkan siap untuk melakukan pertemuan khusus, dan akan melakukan apapun yang diperlukan, jika pemangkasan sebesar 1,2 juta barel/hari tidak mampu menyeimbangkan pasar di tahun depan.

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail al-Mazrouei pada pertemuan Organisasi Negara-Negara Arab Pengekspor Minyak di Kuwait, seperti dilansir dari Reuters.

"Bagaimana jika pemangkasan 1,2 juta barel tidak cukup? Saya memberitahu anda bahwa jika (pemangkasan) itu tidak cukup, kita akan bertemu dan melihat apa yang cukup, dan kita akan melakukannya," tegas Mazrouei.

"Rencana (pemangkasan produksi) dikaji dengan baik, tetapi jika itu tidak ampuh, kita selalu punya kekuatan di OPEC untuk mengadakan pertemuan luar biasa," tambah Mazrouei.

Selain itu, Negeri Paman Sam juga sedikit memberikan sentimen positifnya. Kamis pekan lalu (20/12/2018), produsen Centennial Resource Development beserta dua rivalnya Diamondback Energy dan Parsley Energy, sepakat untuk membatalkan rencana penambahan sumur pengeboran di tahun depan.

Hal ini dilakukan untuk merevisi target produksi pada tahun 2020 seperti dilansir dari Reuters. Kesepakatan itu mengatakan bahwa Centennial membatalkan rencana penambahan 2,5 unit sumur sedangkan Parsley Energi memangkas sekitar 15% anggaran dari tahun ini di tahun 2019.

Kabar ini memberikan gambaran bahwa produksi minyak mentah di AS akan sedikit diperketat pada 2019. Kekhawatiran akan semakin membajirnya pasokan diharapkan dapat sedikit diredam.

Meskipun demikian, bayang-bayang akan perlambatan ekonomi dunia pada tahun depan masih terus membebani harga si emas hitam.

Perlambatan ekonomi AS diprediksi masih akan terjadi pada tahun depan. Setelah The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga ke kisaran 2,25% - 2,5% pada Kamis lalu (20/12/2018), investor masih melihat bank sentral AS ini masih akan tetap hawkish pada tahun 2019.

Bahkan, The Fed memprediksi ekonomi AS hanya akan tumbuh 2,3% pada 2019, melambat cukup jauh dari pertumbuhan tahun ini yang berada di kisaran 3%.

Bukan hanya AS, Ogranisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia akan melambat di tahun depan, yaitu sebesar 3,5% dari 3,7% pada tahun ini.

Perlambatan ekonomi dunia berarti permintaan akan minyak yang merupakan salah satu sumber energi utama dunia saat ini akan ikut melambat. Bila hal ini dikombinasikan dengan produksi minyak yang melimpah, kekhawatiran investor akan harga minyak yang terus tertekan menjadi hal yang sangat wajar.


(roy) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular