
Terungkap, Penyebab Kenapa Rupiah Jatuh ke Rp 14.600/US$
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
26 December 2018 11:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) buka suara mengenai nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang kembali melemah pasca libur Natal.
Pada pukul 10:00 WIB, Rabu (26/12/2018), US$ 1 dibanderol Rp 14.600/US$. Rupiah melemah 0,34% dibandingkan pada posisi penutupan akhir pekan lalu.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah saat berbincang dengan CNBC Indonesia pun menjelaskan sejumlah alasan yang membuat nilai tukar rupiah melemah.
"Pelemahan rupiah hari ini dipicu oleh global risk off terkait memanasnya suhu politik AS di akhir pekan lalu, yang memicu sell off di pasar saham global," kata Nanang.
"Tekanan dari global tersebut di tengah kondisi volume pasar valas domestik yang menipis dan aksi squaring posisi pelaku pasar yang mengalami short dolar terutama menjelang penutupan akhir tahun."
Menurut Nanang, sentimen risk off dan flight to quality kembali mewarnai pasar keuangan global menjelang libur panjang dipicu kekhawatiran pasar terhadap berlanjutnya partial government shutdown.
Beberapa faktor ini, mendorong terjadinya pelemahan indeks saham global, dan penurunan harga komoditas diikuti penurunan yield serta penguatan dolar AS secara across the board.
"Penguatan dolar juga dipengaruhi oleh pernyataan Fed President New York John Williams yang menilai ekspektasi kenaikan Fed Funds Rate sebanyak 2 kali masih makes sense," jelasnya.
"Karena kondisi volume pasar domestik yang sedang tipis, risk off di pasar global ini menyebabkan rupiah pada pembukaan pasar langsung dibuka dengan gap melemah ke Rp 14.600/US$," sambungnya.
Namun, BI sejak pagi tadi telah berada di pasar untuk mencegah pelemahan rupiah terhadap dolar AS semakin dalam. BI tidak ingin nilai tukar rupiah makin terlempar jauh dari fundamentalnya.
"Untuk mencegah pelamahn rupiah yang tajam, BI langsung masuk ke pasar spot. BI membuka lelang DNDF pukul 08:30 yang dilakukan secara reguler tiap hari," kata Nanang
"BI memenangkan seluruh incoming bid dari bank sebesar US$ 70 juta untuk tenor 1 bulan. BI juga stand ready di pasar SBN untuk mencegah aksi jual yang berlebihan," jelasnya.
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Pada pukul 10:00 WIB, Rabu (26/12/2018), US$ 1 dibanderol Rp 14.600/US$. Rupiah melemah 0,34% dibandingkan pada posisi penutupan akhir pekan lalu.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah saat berbincang dengan CNBC Indonesia pun menjelaskan sejumlah alasan yang membuat nilai tukar rupiah melemah.
![]() |
"Pelemahan rupiah hari ini dipicu oleh global risk off terkait memanasnya suhu politik AS di akhir pekan lalu, yang memicu sell off di pasar saham global," kata Nanang.
"Tekanan dari global tersebut di tengah kondisi volume pasar valas domestik yang menipis dan aksi squaring posisi pelaku pasar yang mengalami short dolar terutama menjelang penutupan akhir tahun."
Menurut Nanang, sentimen risk off dan flight to quality kembali mewarnai pasar keuangan global menjelang libur panjang dipicu kekhawatiran pasar terhadap berlanjutnya partial government shutdown.
Beberapa faktor ini, mendorong terjadinya pelemahan indeks saham global, dan penurunan harga komoditas diikuti penurunan yield serta penguatan dolar AS secara across the board.
"Penguatan dolar juga dipengaruhi oleh pernyataan Fed President New York John Williams yang menilai ekspektasi kenaikan Fed Funds Rate sebanyak 2 kali masih makes sense," jelasnya.
"Karena kondisi volume pasar domestik yang sedang tipis, risk off di pasar global ini menyebabkan rupiah pada pembukaan pasar langsung dibuka dengan gap melemah ke Rp 14.600/US$," sambungnya.
Namun, BI sejak pagi tadi telah berada di pasar untuk mencegah pelemahan rupiah terhadap dolar AS semakin dalam. BI tidak ingin nilai tukar rupiah makin terlempar jauh dari fundamentalnya.
"Untuk mencegah pelamahn rupiah yang tajam, BI langsung masuk ke pasar spot. BI membuka lelang DNDF pukul 08:30 yang dilakukan secara reguler tiap hari," kata Nanang
"BI memenangkan seluruh incoming bid dari bank sebesar US$ 70 juta untuk tenor 1 bulan. BI juga stand ready di pasar SBN untuk mencegah aksi jual yang berlebihan," jelasnya.
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Most Popular