Mohon Maaf, Rupiah Tak Beri Kado Akhir Pekan Buat Indonesia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 December 2018 16:45
Mohon Maaf, Rupiah Tak Beri Kado Akhir Pekan Buat Indonesia
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di perdagangan pasar spot awal pekan ini. Bukan sekedar melemah, rupiah juga menjadi mata uang terlemah di Asia. 

Pada Jumat (21/12/2018), US$ 1 dihargai Rp 14.550 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,59% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 


Saat pembukaan pasar, rupiah memang sudah melemah tetapi hanya 0,07%. Bahkan rupiah kemudian sempat berbalik menguat meski dalam rentang terbatas. 


Namun penguatan tersebut hanya riak kecil di tengah lautan merah. Ya, rupiah terperangkap di zona merah dan tidak bisa lepas hingga akhir perdagangan. Bahkan seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah malah semakin dalam. 


Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 



Rupiah bernasib serupa dengan sebagian besar mata uang utama Asia yang juga melemah di hadapan dolar AS. Selain rupiah, mata uang yang juga terdepresiasi adalah won Korea Selatan, yuan China, rupee India, ringgit Malaysia, baht Thailand, dan dolar Taiwan. 

Namun pelemahan 0,59% membuat rupiah berbeda. Yup, rupiah menjadi mata uang terlemah di Asia. Dalam urusan melemah di hadapan greenback, tidak ada yang separah rupiah. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 16:15 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Apa yang membuat rupiah tertekan hari ini? Sepertinya faktor domestik cukup berperan. 

Pertama, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di 6% kemarin. Padahal sebelumnya bank sentral AS, The Federal Reserve/The Fed, menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 2,25-2,5% atau median 3,275%. 


Ini membuat berinvestasi di aset-aset berbasis rupiah menjadi kurang pemanis. Tidak ada insentif lebih bagi investor, khususnya asing, untuk berinvestasi di Indonesia. 

Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) boleh ditutup menguat 0,26%. Namun investor asing mencatatkan jual bersih yang cukup besar yaitu Rp 830,27 miliar. 

Kedua, ada kekhawatiran investor soal prospek transaksi berjalan (current account) kuartal IV-2018. Kemarin, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan defisit transaksi berjalan pada kuartal IV-2018 masih akan berada di atas 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). 


Kekhawatiran ini seakan mendapat konfirmasi melihat perkembangan harga minyak hari ini. Harga si emas hitam melonjak sejak pagi dan belum berhenti. Pada pukul 16:27 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,33% sementara light sweet bertambah 0,63%. 

Impor minyak adalah biang kerok dari defisit transaksi berjalan. Pada kuartal III-2018, neraca impor minyak mencatat defisit US$ 5,12 miliar, naik dari kuartal sebelumnya yaitu US$ 4,36 miliar. 

Jika harga minyak naik, maka beban impor minyak akan semakin berat. Defisit transaksi berjalan akan semakin lebar, dan tentu menjadi sentimen negatif bagi rupiah. 

Tanpa sokongan devisa yang memadai dari ekspor-impor barang dan jasa, rupiah kekurangan tenaga untuk menguat. Investor yang khawatir dengan risiko pelemahan rupiah ke depan memilih melepas mata uang ini.

Rupiah tidak mampu memberikan kado bagi Indonesia pada akhir pekan ini. Pelemahan rupiah juga mengingatkan bahwa Indonesia punya pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan, yaitu memperbaiki transaksi berjalan.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular