Perang Dagang Hingga Kisruh Anggaran AS Bawa IHSG Turun 0,32%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 December 2018 12:21
Perang Dagang Hingga Kisruh Anggaran AS Bawa IHSG Turun 0,32%
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri sesi 1 dengan pelemahan sebesar 0,32% ke level 6.128.12.

Nasib IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan melemah: indeks Nikkei turun 1,2%, indeks Shanghai turun 1,01%, indeks Hang Seng turun 0,21%, indeks Strait Times turun 0,26%, dan indeks Kospi turun 0,18%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 3,7 triliun dengan volume sebanyak 7,19 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 190.668 kali.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi pelemahan IHSG adalah: PT Astra International Tbk/ASII (-1,18%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (-2,93%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-0,49%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,71%), dan PT United Tractors Tbk/UNTR (-2,43%).
Pasca sempat mesra selepas Presiden AS, Donald Trump, menyepakati gencatan sejata dalam bidang perdagangan dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G-20, hubungan AS dan China dibuat renggang oleh penangkapan CFO Huawei Meng Wanzhou.

Perkembangan teranyar, Kementerian Kehakiman AS (DOJ) mengumumkan tuntutan kepada dua warga negara China, Zhu Hua dan Zhang Shilong, terkait usaha peretasan untuk mencuri rahasia dan hak kekayaan intelektual milik perusahaan-perusahaan teknologi di berbagai belahan dunia, serta data pribadi dari 100.000 anggota angkatan laut AS. Di AS sendiri, ada 45 perusahaan teknologi yang disasar.

Tuntutan dari DOJ menyatakan, kedua orang tersebut melakukan peretasan di setidaknya 12 negara. Lebih parahnya lagi, AS mendakwa bahwa dua orang tersangka tersebut memiliki keterkaitan dengan pemerintah China. 

"China akan sulit untuk berpura-pura bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas kejadian ini," tegas Wakil Jaksa Agung Rod Rosenstein dalam jumpa pers, seperti dikutip dari CNBC International.

Sekedar mengingatkan, pemerintahan Trump sudah sejak lama menuduh China sebagai pencuri kekayaan intelektual dari perusahaan-perusahaan teknologi asal AS.

Lantas, tuntutan resmi dari DOJ memperparah keadaan. Damai dagang AS-China secara permanen bisa kian sulit untuk dicapai. Selain perang dagang yang makin panas, investor bermain aman dengan melepas instrumen berisiko seperti saham seiring dengan potensi tutupnya pemerintahan (government shutdown) AS mulai esok hari (22/12/2018).

Dalam beberapa waktu terakhir, pembahasan anggaran tahun fiskal 2019 mentok sehingga dibutuhkan anggaran sementara jika ingin pemerintahan tetap berjalan. Pada hari Rabu (19/12/2018), House of Representative dan Senate telah meloloskan anggaran sementara yang dibutuhkan.

Namun, Preisden AS Donald Trump ogah menandatangani anggaran sementara tersebut. Trump ngambek karena anggaran itu tidak memasukkan pos pengamanan perbatasan sebesar US$ 5 miliar. Salah satu bentuk pengamanan tersebut adalah pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko.

"Kami ingin pemerintah tidak tutup. Namun kami juga ingin ada kesepakatan mengenai perlindungan perbatasan" tegas Ketua House of Representative dari Partai Republik Paul Ryan, mengutip Reuters. 

Perkembangan teranyar, House of Representative telah meloloskan anggaran sementara baru yang akan membuat pemerintahan AS tetap beroperasi hingga 8 Februari 2019. Kali ini, anggaran senilai lebih dari US$ 5 miliar untuk pembangunan tembok perbatasan dimasukkan ke dalamnya.

Namun, anggaran ini diproyeksikan tak akan lolos ketika para senator melakukan pemungutan suara. Pasalnya, sebanyak 60 suara dibutuhkan untuk meloloskan anggaran sementara. Kini, partai Republik hanya menguasai sebanyak 51 kursi di Senate.

Pada akhirnya, shutdown akan sulit terelakkan. Investor asing membukukan jual bersih yang cukup besar hingga akhir sesi 1, yakni senilai Rp 294,95 miliar. 5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 64,1 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 61 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 43,9 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 40,9 miliar), dan PT Astra International Tbk/ASII (Rp 26 miliar).

Investor asing dipaksa melakukan aksi jual salah satunya karena pelemahan rupiah. Hingga tengah hari, rupiah melemah 0,17% di pasar spot ke level Rp 14.490/dolar AS. Pergerakan rupiah tertekan oleh kenaikan harga minyak mentah dunia.

Hingga siang hari, harga minyak WTI kontrak pengiriman Januari 2019 menguat 0,83% ke level US$ 46,26/barel. Sementara itu, minyak brent kontrak pengiriman Februari 2019 naik 0,7% ke level US$ 54,73/barel.

Perkasanya harga minyak mentah dunia menimbulkan kekhawatiran bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan kembali bengkak pada kuartal-IV 2018. Pada kuartal-III 2018, CAD mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014.

Sebagai informasi, neraca dagang Indonesia pada bulan Oktober dan November membukukan defisit masing-masing sebesar US$ 1,77 miliar dan US$ 2,05 miliar, sehingga kenaikan harga minyak mentah akan membuat neraca dagang minyak dan gas tertekan seiring dengan status Indonesia sebagai negara net importir minyak.

Ketika rupiah tertekan, pastilah investor asing dihadapkan pada risiko kurs.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular