
Kebijakan The Fed Masih Terasa, Straits Times Dibuka Koreksi
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
21 December 2018 08:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Singapura pada perdaganga pagi ini masih terkena sentimen negatif dari kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) yang menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin.
Indeks Straits Times saat pembukaan pagi ini turun 0,26% ke level 3.050,62. Harga saham DBS turun 0,17%, saham SingTel turun 0,02%, saham OCBC Bank turun 0,12% dan UOB turun 0,16%.
Pelaku pasar dibuat gamang oleh keputusan The Federal Reserve/The Fed yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke ke 2,25-2,5% atau median 2,375%. Kenaikan suku bunga acuan lantas menjadi energi positif bagi dolar AS, setidaknya dalam jangka pendek.
The Fed juga memperkirakan ada perlambatan ekonomi di Negeri Paman Sam. Untuk tahun ini, ekonomi AS diperkirakan tumbuh 3% dan tahun depan melambat ke 2,3%.
AS adalah perekonomian nomor 1 dunia. Kala ekonomi AS melambat, maka dampaknya akan meluas ke seluruh negara dan menjadi perlambatan ekonomi global.
Potensi perlambatan ekonomi global membuat pelaku pasar ketar-ketir dan memilih bermain aman. Arus modal pun memihak ke dolar AS yang berstatus sebagai safe haven (yang kemudian patut dipertanyakan), apalagi ada energi dari kenaikan suku bunga acuan di Negeri Paman Sam.
Dini hari tadi tiga indeks utama lagi-lagi jatuh, di mana Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 1,99%, S&P 500 amblas 1,6%, dan Nasdaq Composite ambrol 1,63%.
Namun kejatuhan bursa saham New York lebih disebabkan isu domestik. Pertama, investor (anehnya) masih meratapi langkah The Fed yang akan melanjutkan normalisasi neraca.
(hps) Next Article Dialog AS-China Kandas, Straits Time Dibuka di Zona Hijau
Indeks Straits Times saat pembukaan pagi ini turun 0,26% ke level 3.050,62. Harga saham DBS turun 0,17%, saham SingTel turun 0,02%, saham OCBC Bank turun 0,12% dan UOB turun 0,16%.
Pelaku pasar dibuat gamang oleh keputusan The Federal Reserve/The Fed yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke ke 2,25-2,5% atau median 2,375%. Kenaikan suku bunga acuan lantas menjadi energi positif bagi dolar AS, setidaknya dalam jangka pendek.
AS adalah perekonomian nomor 1 dunia. Kala ekonomi AS melambat, maka dampaknya akan meluas ke seluruh negara dan menjadi perlambatan ekonomi global.
Potensi perlambatan ekonomi global membuat pelaku pasar ketar-ketir dan memilih bermain aman. Arus modal pun memihak ke dolar AS yang berstatus sebagai safe haven (yang kemudian patut dipertanyakan), apalagi ada energi dari kenaikan suku bunga acuan di Negeri Paman Sam.
Dini hari tadi tiga indeks utama lagi-lagi jatuh, di mana Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 1,99%, S&P 500 amblas 1,6%, dan Nasdaq Composite ambrol 1,63%.
Namun kejatuhan bursa saham New York lebih disebabkan isu domestik. Pertama, investor (anehnya) masih meratapi langkah The Fed yang akan melanjutkan normalisasi neraca.
(hps) Next Article Dialog AS-China Kandas, Straits Time Dibuka di Zona Hijau
Most Popular