Rupiah dan Suku Bunga Dongkrak Harga Obligasi

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
20 December 2018 19:09
Harga obligasi rupiah pemerintah berbalik menguat sejak siang hari, setelah sebelumnya melemah sejak pagi setelah The Fed menaikkan suku bunga acuannya.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah berbalik menguat sejak siang hari, setelah sebelumnya melemah sejak pagi setelah The Fed menaikkan suku bunga acuannya. 

Penguatan terkait dengan menguatnya rupiah kemarin yang dipicu oleh turunnya harga minyak mentah dunia.

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  

Data Refinitiv menunjukkan, menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun. 

Seri acuan paling menguat adalah FR0065 bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 3 basis poin (bps) menjadi 8,2%.

Besaran 100 bps setara dengan 1%.
 

Bersamaan dengan FR0065, seri acuan lain yaitu seri 5 tahun dan 10 tahun juga menguat dan membuat yield turun ke 7,97% dan 7,99%. 

Seri tenor 20 tahun masih terkoreksi dengan kenaikan 1,8 bps menjadi 8,41%. 

Ramdhan Ario Maruto, Head of Fixed Income Division PT Anugerah Sekuritas Indonesia, menilai rupiah menjadi pendorong penguatan harga dalam dua hari terakhir, seiring dengan melemahnya nilai tukar rupiah. 

"Hingga akhir tahun ini, potensi penguatan masih terbuka, dengan asumsi rupiah minimal stabil (hingga akhir tahun)," ujarnya sore ini. 

Dia juga menilai keputusan bank sentral untuk mempertahankan suku bunga acuan hari ini memberi keyakinan terhadap pelaku pasar terutama sesuah langkah-langkah sebelumnya sebagai usaha menjaga pasar dengan inovasi instrumen baru di pasar keuangan. 

Yield Obligasi Negara Acuan 20 Dec 2018
SeriBenchmarkYield 19 Dec 2018 (%) Yield 20 Dec 2018 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 19 Dec'18
FR0063 5 tahun7.9787.974-0.407.9
FR0064 10 tahun8.0197.997-2.207.9274
FR0065 15 tahun8.2368.206-3.008.1646
FR0075 20 tahun8.3938.4111.808.3623
Avg movement-0.95
Sumber: Refinitiv 

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.  

Indeks tersebut naik 0,27 poin (0,12%) menjadi 235,36 dari posisi kemarin 235,09. 

Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 524 bps, melebar dari posisi kemarin 520 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,75% dari posisi kemarin 2,81%.

 
Yield US Treasury Acuan 20 Dec 2018
SeriBenchmarkYield 19 Dec 2018 (%) Yield 20 Dec 2018 (%)Selisih (Inversi)Satuan Inversi
UST BILL 20193 Bulan2.3942.4223 bulan-5 tahun-21.2
UST 20202 Tahun2.6442.6582 tahun-5 tahun2.4
UST 20213 Tahun2.6222.6363 tahun-5 tahun0.2
UST 20235 Tahun2.6262.6343 bulan-10 tahun-34.2
UST 202810 Tahun2.7762.7642 tahun-10 tahun-10.6
Sumber: Refinitiv 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 892,33 triliun SBN, atau 37,63% dari total beredar Rp 2.371 triliun berdasarkan data per 14 Desember.  

Angka kepemilikannya masih negatif Rp 8,26 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, tetapi persentasenya masih naik dari 37,8% pada periode yang sama. 

Penguatan di pasar surat utang hari ini juga tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang yang melemah.  

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,46% menjadi 6.147 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,21% menjadi Rp 14.465 di hadapan tiap dolar AS. 

Penguatan dolar AS tidak seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,82% menjadi 96,283. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, yaitu di Brasil, China, India, Rusia, Singapura, Thailand, dan Afsel. 

Di negara maju, penguatan dialami oleh pasar bund di Jerman, pasar OATs di Perancis, JGB di Jepang, dan US Treasury di AS.

 
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 19 Dec 2018 (%)Yield 20 Dec 2018 (%)Selisih (basis poin)
Brasil9.749.59-15.00
China3.3813.364-1.70
Jerman0.2420.236-0.60
Perancis0.7050.704-0.10
Inggris 1.2741.2851.10
India7.3457.258-8.70
Italia2.7862.7870.10
Jepang0.0350.021-1.40
Malaysia4.0924.0940.20
Filipina7.0467.0460.00
Rusia8.798.78-1.00
Singapura2.1432.117-2.60
Thailand2.512.48-3.00
Turki16.2116.210.00
Amerika Serikat2.7762.753-2.30
Afrika Selatan9.1159.05-6.50
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular