Harga Minyak Turun, Harga Obligasi Melambung

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
19 December 2018 19:26
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah terbang menjelang akhir tahun ini seiring dengan koreksi yang sudah terjadi cukup dalam serta menyambut penurunan harga minyak. 

Penurunan membuat seri acuan 5 tahun memiliki tingkat imbal hasil (yield) di bawah level psikologis 8%. 

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun.  

Seri paling menguat adalah FR0064 bertenor 10 tahun dengan turunnya yield 11,3 basis poin (bps) menjadi 8,01%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Bersamaan dengan penguatan itu, seri acuan lain yaitu seri 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun juga melonjak sehingga menurunkan yield masing-masing menjadi 7,97%, 8,32%, dan 8,48%. 

Ifan Moh Ihsan, Operational Division Head PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA), menilai penguatan pasar SUN sejak kemarin disebabkan oleh melunaknya potensi kenaikan suku bunga acuan AS tahun depan serta turunnya probabilitas kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) besok. 

Keduanya sekaligus mengonfirmasi potensi melambatnya pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam. 

Catatan CME Fedwatch menunjukkan probabilitas kenaikan FFR turun menjadi 68,9% dari posisi kemarin 72,3% dan pekan lalu 75,8%. 

Selain itu, lanjutnya, penguatan pasar SUN sejak kemarin lebih disebabkan oleh aksi beli pelaku pasar domestik dibanding pelaku pasar global. 

"Karena sebelumnya sudah terkoreksi cukup dalam, sehingga investor masuk ke pasar memanfaatkan koreksi yang ada," ujarnya pagi ini. 

Selain itu, faktor turunnya harga minyak global juga menjadi pertimbangan akibat membanjirnya produksi Rusia-AS serta perlambatan ekonomi yang berarti turunnya penyerapan pasar. 

Harga emas hitam itu turun 8,13% dari US$ 61,45 per barel pada 13 Desember menjadi US$ 56,45 per barel kemarin. 

Penurunan harga minyak terkait dikaitkan dengan risiko inflasi, baik di tingkat domestik dan global sehingga turut menurunkan risiko di pasar obligasi.

  
Yield Obligasi Negara Acuan 19 Dec 2018
SeriBenchmarkYield 18 Dec 2018 (%) Yield 19 Dec 2018 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 19 Dec'18
FR0063 5 tahun8.0857.978-10.707.9102
FR0064 10 tahun8.1328.019-11.307.9541
FR0065 15 tahun8.3228.236-8.608.1655
FR0075 20 tahun8.4878.393-9.408.3574
Avg movement-10.00
Sumber: Refinitiv 

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks 9INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.  

Indeks tersebut naik 1,08 poin (0,46%) menjadi 235,09 dari posisi kemarin 234. 

Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 520 bps, menyempit dari posisi kemarin 530 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,81% dari posisi kemarin 2,82%.

 
Yield US Treasury Acuan 19 Dec 2018
SeriBenchmarkYield 18 Dec 2018 (%) Yield 19 Dec 2018 (%)Selisih (Inversi)Satuan Inversi (bps)
UST BILL 20193 Bulan2.3842.3873 bulan-5 tahun-26.1
UST 20202 Tahun2.65012.652 tahun-5 tahun0.2
UST 20213 Tahun2.6392.6333 tahun-5 tahun-1.5
UST 20235 Tahun2.6542.6483 bulan-10 tahun-42.9
UST 202810 Tahun2.8232.8162 tahun-10 tahun-16.6
Sumber: Refinitiv 

Saat ini, potensi melambatnya pertumbuhan ekonomi AS sudah diantisipasi pelaku pasar dengan memburu obligasi AS (US Treasury) seri panjang dan mengangkat harganya di pasar sekaligus membuat yield tenor panjang menjadi lebih rendah daripada tenor pendek. 

Kondisi itu menyebabkan kondisi yang bernama kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang mengindikasikan adanya potensi resesi atau minimal tekanan ekonomi.  

Saat ini, inversi sudah terjadi pada UST tenor 2 tahun-5 tahun yaitu sebesar 0,2 bps. 

Inversi yang juga biasa dikaitkan dengan potensi krisis adalah 3 bulan-10 tahun dan 2 tahun-10 tahun yang spread-nya 42,9 bps dan 16,6 bps, semakin mengecil dibanding posisi akhir November. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 892,33 triliun SBN, atau 37,63% dari total beredar Rp 2.371 triliun berdasarkan data per 14 Desember.  

Angka kepemilikannya masih negatif Rp 8,26 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, tetapi persentasenya masih naik dari 37,8 % pada periode yang sama. 

Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.  

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 1,55% menjadi 6.176 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 0,41% menjadi Rp 14.435 di hadapan tiap dolar AS. 

Pelemahan dolar AS seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,29% menjadi 96,821. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan dialami China, India, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Afsel dan Indonesia. 

Di negara maju, penguatan dialami pasar gilts di Inggris dan US Treasury di AS.

 
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 18 Dec 2018 (%)Yield 19 Dec 2018 (%)Selisih (basis poin)
Brasil9.669.748.00
China3.4093.381-2.80
Jerman0.2440.2470.30
Perancis0.7070.710.30
Inggris 1.2811.266-1.50
India7.4617.247-21.40
Italia2.9432.833-11.00
Jepang0.0260.0371.10
Malaysia4.1024.092-1.00
Filipina7.0967.046-5.00
Rusia8.798.812.00
Singapura2.1622.143-1.90
Thailand2.582.51-7.00
Turki16.8716.68-19.00
Amerika Serikat2.8232.819-0.40
Afrika Selatan9.2059.08-12.50
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular