Internasional

Waspada, Harga Minyak Akan Terus Turun

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
19 December 2018 11:58
Harga minyak akan cenderung turun lebih parah selama beberapa minggu mendatang, kata beberapa analis.
Foto: Infografis/Defisit Migas Tahun Ini Capai Rp158 T, Terparah Sejak 2014!/Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak akan cenderung turun lebih parah selama beberapa minggu mendatang, kata beberapa analis kepada CNBC International, Selasa (18/12/2018). Ini dikarenakan aksi jual besar-besaran dalam ekuitas global yang ditambah dengan meningkatnya kekhawatiran tentang pasar yang segera akan dibanjiri dengan minyak mentah.

Gelombang terbaru aksi jual pasar energi terjadi di tengah laporan membanjirnya produksi minyak mentah Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Kekhawatiran yang meningkat dari kemungkinan perlambatan ekonomi pada 2019 juga telah menambah tekanan bagi nilai satu barel minyak.


"Satu-satunya jalan adalah turun" kata Tamas Varga, analis senior di PVM Oil Associates, dalam sebuah catatan penelitian yang diterbitkan Selasa.

"Ada banyak variabel mengenai neraca minyak tahun depan tetapi berdasarkan data, informasi, dan sentimen yang tersedia, cukup adil untuk mengatakan bahwa setiap reli harga akan mendapat perlawanan sengit dari sisi penjual," kata Varga, dilansir dari CNBC International.

'
Ketidakpastian dan ketidakstabilan kembali berkuasa'

Harga minyak mentah Brent turun 4% ke level US$57,20 per barel hari Selasa, menuju penurunan tiga hari berturut-turut. Harga patokan internasional itu telah mengurangi kerugiannya dan diperdagangkan turun 2,7%.

Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS merosot lebih jauh di bawah US$50 per barel pada hari Selasa, setelah menetap di bawah level psikologis penting untuk pertama kalinya dalam lebih dari setahun di sesi sebelumnya. Minyak mentah AS diperdagangkan di US$47,94 sekitar pukul 11:00 pagi waktu setempat, diperdagangkan 4% lebih rendah.

Waspada, Harga Minyak Akan Terus TurunFoto: Infografis/Tenggelam dalam impor BBM, Defisit migas RI Tembus Rp 176 T/Aristya Rahadian Krisabella

Kedua patokan harga minyak itu telah jatuh lebih dari 30% sejak mencapai harga tertingginya pada awal Oktober, akibat membengkaknya pasokan minyak global.

"Untuk periode singkat, kekacauan di pasar energi pada 2018 telah stabil dengan beberapa hal kembali normal, tetapi semua itu berubah pada Oktober," kata para analis di UBS dalam sebuah catatan penelitian yang diterbitkan hari Senin.

"Ketidakpastian dan ketidakstabilan berkuasa sekali lagi," tambah mereka.

Pertemuan OPEC

Pertemuan produsen utama awal bulan ini diharapkan dapat menenangkan kekhawatiran pasar yang sedang tumbuh tentang kelebihan pasokan pada 2019.

Namun, kesepakatan yang dicapai oleh OPEC dan anggota non-OPEC dalam upaya untuk meningkatkan pasar belum memberi efek yang diinginkan. Aliansi energi itu setuju untuk memangkas 1,2 juta barel per hari (bpd) dari pasar untuk enam bulan pertama 2019.


Kartel OPEC yang beranggotakan 15 negara mengatakan akan mengurangi produksinya hingga 800.000 barel per hari, sementara Rusia dan produsen sekutu akan menyumbang pengurangan 400.000 barel per hari.

Namun, pemotongan itu tidak berlaku sampai Januari tiba, dan Rusia telah memperingatkan bahwa upaya itu hanya akan secara bertahap mengurangi output.

"Aksi short-covering dapat terjadi mulai sekarang sampai akhir tahun, tapi tidak akan ada sentimen positif yang akan membantu mendongkrak harga minyak dalam jangka panjang," kata Varga dari PVM Oil Associates.


(prm) Next Article Aktivitas Bisnis AS Melambat, Harga Minyak Mentah Mendingin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular