Amblas 4%, Harga Minyak 'Hancur' 3 Hari Beruntun

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
18 December 2018 17:26
Selasa ini (18/12/2018) hingga pukul 16:20 WIB, harga minyak mentah jenis Brent kembali mengalami penurunan sebesar 4% ke level US$ 57,2/barel.
Foto: Blok Southeast Sumatra (SES). (dok. Pertamina)
Jakarta, CNBC Indonesia - Selasa ini (18/12/2018) hingga pukul 16:20 WIB, harga minyak mentah jenis Brent kembali mengalami penurunan sebesar 4,04% ke level US$ 57,2/barel.

Demikian pula dengan harga minyak mentah jenis light sweet (West Texas Intermediate/WTI) yang turun sebesar 4,09% ke level US$ 47,84/barel.

Dengan kejatuhan hari ini, harga minyak mentah sudah "hancur" selama 3 hari berturut-turut. Sebagai catatan, harga minyak WTI dan Brent masing-masing melemah sebesar 2,58% dan 1,1% pada penutupan perdagangan hari Senin (17/12/2018).

Kedua harga minyak kontrak berjangka itu sama-sama amblas 30% lebih sejak awal Oktober lalu. Harga minyak WTI yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) bahkan sudah menyentuh level terendahnya sejak September 2017.

BACA: Terpuruk, Harga Minyak ke Rekor Terendah Sejak Oktober 2017 



Kehancuran harga minyak hari ini masih didorong oleh kekhawatiran akan kelebihan pasokan minyak mentah di tengah pelemahan ekonomi global saat ini. 

Rencana Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitra produsen non-OPEC untuk mengerem keran produksi pun nampaknya masih diragukan dampaknya oleh sebagian analis. 

Pada awal bulan ini, OPEC bersama Rusia telah bersepakat untuk menurunkan jumlah produksi sebesar 1,2 juta barel/hari, atau setara dengan 1% permintaan global.

Akan tetapi, kebijakan pemangkasan kartel minyak ini baru akan berlaku hingga awal tahun depan, sementara tingkat produksi di top 3 produsen yakni AS, Rusia, dan Arab Saudi, kini sudah mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah.

"OPEC memangkas produksi minyak untuk menyeimbangkan supply minyak, namun data dari Cushing masih menunjukkan kelebihan pasokan," ujar Hue Frame, Portfolio Manager di Frame Funds, dalam wawancaranya dengan Reuters.

Sebagai informasi, pada periode 11-14 Desember 2018, cadangan minyak A.S. pada kilang penyimpanan di Cushing, Oklahoma naik lebih dari 1 juta barel menurut data dari Genscape (17/12/2018) seperti yang dikutip Reuters.

Dari data lainnya, Energy Information Administration (EIA) juga melaporkan produksi dari tujuh lapangan utama minyak serpih (shale oil) di Negeri Paman Sam diekspektasikan menembus angka 8 juta barel/hari pada akhir tahun ini, seperti dilansir dari Reuters.
 

Sementara itu, bulan ini produksi Rusia menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah, yakni sebesar 11,42 juta barel/hari, mengutip data industri seperti dilansir dari Reuters.

Celakanya, di saat pasokan membanjir, permintaan minyak mentah malah diekspektasikan akan menurun. Pasalnya, kini muncul sinyal perlambatan ekonomi global. 

Sebut saja China, negara importir minyak terbesar di dunia ini mencatatkan beberapa indikator perlambatan ekonomi. 

Pada akhir pekan lalu, Biro Statistik Nasional China mengumumkan tingkat pertumbuhan produksi industri yang hanya bertumbuh sebesar 5,4% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada November. Angka pertumbuhan ini merupakan yang terkecil sejak hampir 3 tahun ke belakang.

Kemudian, penjualan ritel di China juga 'hanya' naik 8,1% YoY pada November, lebih lambat dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 8,6%, sekaligus menjadi yang paling lambat sejak 2013.  

Dari zona Eropa, pembacaan awal untuk data Manufacturing PMI zona Eropa versi Markit periode Desember diumumkan sebesar 51,4, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 51,9. 

Belum lama ini, European Central Bank (ECB) juga merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Benua Biru untuk tahun 2018 dan 2019. Tahun ini, ekonomi Eropa diperkirakan tumbuh 1,9% sementara perkiraan sebelumnya adalah 2%. Kemudian untuk 2019, proyeksi pertumbuhan ekonomi direvisi dari 1,8% menjadi 1,7%. 

(TIM RISET CNBC INDONESIA)

(RHG/RHG) Next Article Tak Bisa Tahan, Harga Minyak Turun karena Perlambatan Global

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular