Fitch: Harga Batu Bara RI Mulai Menyimpang dari Harga Acuan

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
18 December 2018 18:20
Harga batu bara acuan Newcastle 6.000 kcal semakin menyimpang dari indeks batu bara berkualitas rendah (termasuk Indonesian Coal Index4/ICI4).
Foto: REUTERS/Mukesh Gupta/Files
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara acuan Newcastle 6.000 kilokalori (kcal), yang sering digunakan untuk menentukan harga estimasi batu bara untuk sebagian besar pertambangan di Indonesia, semakin menyimpang dari harga dan indeks batu bara berkualitas rendah (termasuk Indonesian Coal Index4/ICI4).

Penyimpangan harga ini utamanya terjadi sejak pertengahan 2018 ini, seperti disampaikan oleh Fitch Ratings pada laporan yang diterbitkan kemarin. Dalam laporan tersebut, Fitch menemukan fenomena penyimpangan dari melebarnya selisih harga antara realisasi harga batu bara dari pertambangan di Indonesia dengan indeks Newcastle 6.000 kcal.

Sebagai informasi, batu bara yang memenuhi spesifikasi Newcastle 6.000 kcal umumnya dipasok dari beberapa pertambangan besar Australia, serta utamanya dikonsumsi oleh Jepang dan Korea Selatan.

Fitch berpendapat bahwa adanya konsolidasi produsen batu bara termal di Australia telah menyebabkan pengendalian pasokan yang lebih ketat.

Alhasil, harga batu bara Newcastle 6.000 kcal pun semakin jauh meninggalkan indeks harga batu bara 5.500 kcal Qinghuangdao (QHD) China maupun harga ICI4. Atau dengan sudut pandang lain, indeks Newcastle turun lebih lambat dibandingkan indeks harga QHD, dalam beberapa bulan terakhir.

Sebagai informasi, indeks harga batu bara QHD lebih merefleksikan produksi dan pasokan domestik, kebijakan pemerintah untuk batu bara di China, dan nilai tukar antara yuan China dan dolar Amerika Serikat (AS).

Indeks Harga Batu Bara RI yang Semakin "Dekat" Dengan Indeks China

Indonesia mengekspor sebagian besar ke China, sehingga Fitch mengekspektasikan indeks QHD akan menjadi faktor penggerak yang lebih besar bagi harga batu bara Indonesia yang berkalori rendah, dibandingkan indeks Newcastle 6.000 kcal yang lebih populer.

Fenomena ini sudah terlihat dalam indeks ICI4 yang diperdagangkan dalam selisih harga yang relatif stabil dengan indeks QHD 5.500 kcal, yakni dalam rentang selisih 50% - 59%, sejak 2015 lalu.

Sementara, di periode yang sama selisih indeks harga ICI4 dengan indeks Newcastle 6.000 kcal relatif lebih tidak stabil, yakni di kisaran 40% - 66%.

Sebagai informasi, indeks ICI4 menentukan profil pendapatan dari sebagian besar perusahaan tambang di Indonesia, termasuk 5 di antaranya yang dberikan peringkat oleh Fitch. Adapun lemahnya harga batu bara Indonesia saat ini tidak lepas dari meningkatnya pasokan, seiring usaha pemerintah untuk menggenjot cadangan devisa sekaligus lemahnya pertumbuhan permintaan domestik.

Fitch telah memasukkan faktor melebarnya selisih harga ini kedalam analisis perusahaan pertambangan batu bara Indonesia, dengan cara menggunakan selisih harga yang lebih besar terhadap harga acuan Newcastle 6000 kcal.

Lebih lanjut, Fitch menggunakan asumsi harga komoditas siklus menengah (mid-cycle), yang mana akan membatasi dampak dari selisih harga yang lebih besar. Sebagai contoh, asumsi harga batu bara Newcastle acuan 6000 kcal yang digunakan untuk proyeksi adalah US$ 79/ton untuk 2019, US$ 77/ton di 2020, dan US$ 74/ton untuk tahun setelahnya. Nilai ini relatif lebih kecil dibandingkan harga pasar saat ini yang mencapai US$ 100/ton lebih.

Oleh karena itu, Fitch meyakini bahwa selisih harga yang lebih besar antara harga batu bara berkualitas rendah-menengah dan Newcastle 6.000 kcal tidak akan terlalu memengaruhi profil kredit dari perusahaan pertambangan Indonesia yang dinilai oleh Fitch.

(TIM RISET CNBC INDONESIA)   
(RHG/gus) Next Article Pasokan dari Negara Produsen Seret, Harga Batu Bara Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular