
Waduh, Defisit Transaksi Berjalan Bakal Bengkak ke 3,5% PDB
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
18 December 2018 16:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit transaksi berjalan (CAD) pada kuartal IV-2018 diperkirakan jatuh hingga di atas 3,5% dari produk domestik bruto (PDB) seiring dengan defisit neraca perdagangan yang tekor cukup dalam.
Hal tersebut dikemukakan Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan saat ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Selasa (18/12/2018.
"Mau tidak mau, current account besar. Bukan tidak mungkin di atas 3,5% PDB di kuartal keempat. Sehingga full year bisa sedikit di atas 3% dari PDB," kata Anton.
Proyeksi tersebut, sambung Anton, sudah menghitung kondisi kinerja neraca perdagangan di akhir tahun. Apabila neraca perdagangan kembali mencetak defisit, bukan tidak mungkin CAD kuartal terakhir amblas.
"Kalau surplus sedikit, tidak akan menolong. Kecuali kalau surplus di atas US$ 1 miliar, itu akan menolong sedikit. Tapi hanya sedikit. Mungkin di bawah 3% sedikit [untuk sepanjang tahun]," jelasnya.
Bank Indonesia (BI), sambung dia, pun diperkirakan akan kembali mengerek bunga acuan, yang sekaligus merespons defisit neraca perdagangan di November ini yang jatuh cukup dalam.
"Saya pikir masih akan front loading untuk akhir tahun ini, meskipun sudah naik kemarin," tegasnya.
Sebagai informasi, defisit neraca perdagangan November mencapai US$ 2,05 miliar. Defisit tersebut disebabkan karena nilai ekspor yang loyo, sementara nilai impor justru melonjak.
Nilai ekspor tercatat US$ 14,83 miliar atau turun 3,28% secara year on year (yoy). Sementara itu, data otoritas statistik menunjukkan nilai impor justru mencapai US$ 16,88 miliar atau naik 11,68% yoy.
(dru) Next Article Ramalan BI: CAD 2020 Rendah, di Bawah 2% PDB
Hal tersebut dikemukakan Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan saat ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Selasa (18/12/2018.
"Mau tidak mau, current account besar. Bukan tidak mungkin di atas 3,5% PDB di kuartal keempat. Sehingga full year bisa sedikit di atas 3% dari PDB," kata Anton.
![]() |
Proyeksi tersebut, sambung Anton, sudah menghitung kondisi kinerja neraca perdagangan di akhir tahun. Apabila neraca perdagangan kembali mencetak defisit, bukan tidak mungkin CAD kuartal terakhir amblas.
Bank Indonesia (BI), sambung dia, pun diperkirakan akan kembali mengerek bunga acuan, yang sekaligus merespons defisit neraca perdagangan di November ini yang jatuh cukup dalam.
"Saya pikir masih akan front loading untuk akhir tahun ini, meskipun sudah naik kemarin," tegasnya.
Sebagai informasi, defisit neraca perdagangan November mencapai US$ 2,05 miliar. Defisit tersebut disebabkan karena nilai ekspor yang loyo, sementara nilai impor justru melonjak.
Nilai ekspor tercatat US$ 14,83 miliar atau turun 3,28% secara year on year (yoy). Sementara itu, data otoritas statistik menunjukkan nilai impor justru mencapai US$ 16,88 miliar atau naik 11,68% yoy.
(dru) Next Article Ramalan BI: CAD 2020 Rendah, di Bawah 2% PDB
Most Popular