Ajaibnya Perjalanan Rupiah Hari Ini

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 December 2018 17:12
Neraca Dagang Sempat Pukul Rupiah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Rupiah terpukul nyaris seharian akibat rilis data perdagangan internasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada November 2018 defisit US$ 2,05 miliar, jauh lebih dalam dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yaitu minus US$ 990 juta. Defisit neraca perdagangan November juga menjadi yang terdalam sejak Juli 2013. 


Dibayangi oleh risiko defisit neraca perdagangan yang nantinya akan menular ke transaksi berjalan (current account), rupiah terkena aksi jual. Dengan persepsi seretnya pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa, rupiah menjadi kurang menarik karena dinilai sulit menguat. 

Aset-aset berbasis rupiah pun mengalami pelepasan massal. Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih Rp 405,61 miliar yang membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 1,3%. 

Namun jelang penutupan pasar, angin mulai berpihak kepada rupiah. Sepertinya aura positif dari faktor eksternal lebih kuat menarik rupiah ke jalur hijau.

Investor mengapresiasi perkembangan dari China. Seorang penasihat ekonomi pemerintah China menyebutkan Negeri Tirai Bambu berkomitmen untuk mempercepat reformasi ekonomi dengan lebih membuka diri. 

Kebijakan China yang masih cenderung memproteksi industri dan pasar dalam negerinya dalam bentuk subsidi dan sebagainya mendapat kritikan dari banyak pihak, terutama Presiden AS Donald Trump. Dalam pembicaraan Trump dengan Presiden China Xi Jinping, Beijing sepakat untuk lebih membuka diri agar produk dan investasi asing punya kesetaraan (level playing field) dengan pemain dalam negeri. 

"Tekanan dari AS bisa menjadi kesempatan bagi China untuk melakukan reformasi. Tekanan ini sangat besar, dan kami harus bersiap untuk jangka panjang," sebut seorang penasihat ekonomi pemerintah China, mengutip Reuters. 

"Mempercepat reformasi ekonomi juga merupakan agenda kami. Kami akan mendorong terciptanya reformasi yang lebih berorientasi pasar," lanjutnya. 

Jika China semakin terbuka, maka peluang damai dagang dengan AS juga semakin besar. Perang dagang AS vs China yang bergelora sejak awal tahun ini bisa saja berakhir dan berganti menjadi damai dagang yang membawa kemakmuran bagi dunia. 

Aura damai dagang pun menyeruak sehingga investor mulai kembali melirik aset-aset berisiko di negara berkembang. Arus modal mengalir ke Asia sehingga memperkuat nilai mata uang. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular