
Ajaibnya Perjalanan Rupiah Hari Ini
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 December 2018 17:12

Kemudian, dolar AS sendiri memang sedang memasuki masa konsolidasi. Pada pukul 16:48 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,13%. Dolar AS menginjak pedal rem untuk sementara setelah sepanjang pekan lalu Dollar Index menguat nyaris 1%.
Selain itu, investor juga bersikap wait and see sembari memantau rapat The Federal Reserve/The Fed yang hasilnya akan diumumkan Kamis dini hari waktu Indonesia. Pelaku pasar memperkirakan Jerome 'Jay' Powell dan kawan-kawan akan menaikkan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2,25-2,5%. Menurut CME Fedwatch, probabilitasnya mencapai 78,4%.
Kenaikan ini sudah lama diperkirakan, sudah masuk hitungan, sudah priced-in. Fokus investor kini mencari petunjuk yang lebih terang-benderang mengenai arah kebijakan moneter 2019.
Ada kemungkinan The Fed tidak akan agresif seperti tahun ini, karena ada potensi perlambatan di perekonomian Negeri Paman Sam. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi AS tumbuh 2,9% tahun ini dan melambat menjadi 2,5% pada 2019.
Dampak pemotongan tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang diterapkan pada akhir 2017 sepertinya sudah mereda pada akhir 2018 dan semakin pudar pada 2019. Hasilnya adalah perlambatan ekonomi.
Selain itu, laju inflasi di AS juga sudah searah dengan target The Fed. Core Personal Consumption Expenditure (Core PCE), preferensi The Fed dalam mengukur inflasi, sudah beberapa kali menyentuh target 2%.
Oleh karena itu, sebenarnya tujuan pengetatan moneter sudah tercapai yaitu mengerem laju ekonomi untuk menghindari overheating. Kebutuhan untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif sudah mengecil.
Pelaku pasar pun memperkirakan The Fed hanya akan menaikkan suku bunga acuan dua kali sepanjang 2019. Lebih sedikit dari proyeksi sebelumnya yaitu setidaknya tiga kali.
Sehingga dalam jangka menengah-panjang, dolar AS akan lebih sedikit diminati. Ini membuka ruang bagi rupiah untuk kembali menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Selain itu, investor juga bersikap wait and see sembari memantau rapat The Federal Reserve/The Fed yang hasilnya akan diumumkan Kamis dini hari waktu Indonesia. Pelaku pasar memperkirakan Jerome 'Jay' Powell dan kawan-kawan akan menaikkan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2,25-2,5%. Menurut CME Fedwatch, probabilitasnya mencapai 78,4%.
Kenaikan ini sudah lama diperkirakan, sudah masuk hitungan, sudah priced-in. Fokus investor kini mencari petunjuk yang lebih terang-benderang mengenai arah kebijakan moneter 2019.
Dampak pemotongan tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang diterapkan pada akhir 2017 sepertinya sudah mereda pada akhir 2018 dan semakin pudar pada 2019. Hasilnya adalah perlambatan ekonomi.
Selain itu, laju inflasi di AS juga sudah searah dengan target The Fed. Core Personal Consumption Expenditure (Core PCE), preferensi The Fed dalam mengukur inflasi, sudah beberapa kali menyentuh target 2%.
Oleh karena itu, sebenarnya tujuan pengetatan moneter sudah tercapai yaitu mengerem laju ekonomi untuk menghindari overheating. Kebutuhan untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif sudah mengecil.
Pelaku pasar pun memperkirakan The Fed hanya akan menaikkan suku bunga acuan dua kali sepanjang 2019. Lebih sedikit dari proyeksi sebelumnya yaitu setidaknya tiga kali.
Sehingga dalam jangka menengah-panjang, dolar AS akan lebih sedikit diminati. Ini membuka ruang bagi rupiah untuk kembali menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular