
Kala Lagu Iwan Fals Cocok Gambarkan Nasib Rupiah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 December 2018 09:33

Sementara data regional juga kurang suportif terhadap pasar keuangan Asia. Produksi industri China periode November tercatat tumbuh 5,4% year-on-year (YoY). Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 5,9% YoY.
Kemudian penjualan ritel di Negeri Tirai Bambu pada November naik 8,1% YoY, melambat dibandingkan Oktober yang mampu tumbuh 8,6% YoY. Pertumbuhan penjualan ritel pada November menjadi yang terlemah sejak Mei 2003.
Data-data ekonomi di China tersebut membuat pelaku pasar untuk sementara menghindari Asia, termasuk Indonesia. Akibatnya rupiah kekurangan suntikan arus modal sehingga terjebak di zona merah.
Lalu dari dalam negeri, tidak ada sentimen yang bisa menopang rupiah. Bahkan yang ada justru semakin membebani.
Awal pekan depan, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data neraca perdagangan edisi November. Konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan neraca perdagangan akan defisit cukup dalam yaitu US$ 1,31 miliar. Pada Oktober, defisit neraca perdagangan mencapai US$ 1,82 miliar.
Defisit neraca perdagangan yang kemungkinan terjadi 2 bulan beruntun ini menimbulkan pertanyaan besar. Bagaimana nasib transaksi berjalan (current account) pada kuartal IV-2018? Apakah akan kembali mencatatkan defisit yang dalam seperti kuartal sebelumnya?
Nasib transaksi berjalan yang di ujung tanduk ini tentu berdampak kepada rupiah. Mata uang Tanah Air akan tetap kekurangan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa sehingga sulit menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Kemudian penjualan ritel di Negeri Tirai Bambu pada November naik 8,1% YoY, melambat dibandingkan Oktober yang mampu tumbuh 8,6% YoY. Pertumbuhan penjualan ritel pada November menjadi yang terlemah sejak Mei 2003.
Data-data ekonomi di China tersebut membuat pelaku pasar untuk sementara menghindari Asia, termasuk Indonesia. Akibatnya rupiah kekurangan suntikan arus modal sehingga terjebak di zona merah.
Awal pekan depan, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data neraca perdagangan edisi November. Konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan neraca perdagangan akan defisit cukup dalam yaitu US$ 1,31 miliar. Pada Oktober, defisit neraca perdagangan mencapai US$ 1,82 miliar.
Defisit neraca perdagangan yang kemungkinan terjadi 2 bulan beruntun ini menimbulkan pertanyaan besar. Bagaimana nasib transaksi berjalan (current account) pada kuartal IV-2018? Apakah akan kembali mencatatkan defisit yang dalam seperti kuartal sebelumnya?
Nasib transaksi berjalan yang di ujung tanduk ini tentu berdampak kepada rupiah. Mata uang Tanah Air akan tetap kekurangan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa sehingga sulit menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular