
Kala Lagu Iwan Fals Cocok Gambarkan Nasib Rupiah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 December 2018 09:33

Dolar AS memang sedang sulit ditandingi. Pada pukul 09:10 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) masih menguat 0,04%.
Faktor domestik dan eksternal sedang mendukung penguatan dolar AS. Dari dalam negeri, klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 8 Desember turun 27.000 menjadi 206.000. Lebih rendah ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 225.000.
Pasar tenaga kerja AS yang semakin membaik kian membuka pintu bagi The Federal Reserve/The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan pada rapat pekan depan. mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate sebesar 25 bps dalam rapat 19 Desember adalah 77,5%. Lebih tinggi dari posisi sepekan lalu yaitu 70,6%.
Kenaikan suku bunga acuan menjadi obat mujarab bagi keperkasaan dolar AS. Kala suku bunga acuan naik, maka imbalan investasi di Negeri Adidaya akan ikut terkerek sehingga membuat investor bernafsu memburu greenback.
Sementara dari sisi eksternal, investor kian cemas dengan risiko resesi di Negeri Paman Sam. Ini terus terlihat di pasar obligasi, di mana imbal hasil (yield) surat utang tenor pendek lebih tinggi ketimbang yang jangka panjang.
Pada pukul 09:14 WIB, yield obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun tercatat 2,7517% sementara tenor 3 tahun berada di 2,7426%. Lebih tinggi dibandingkan tenor 5 tahun yaitu 2,7376%.
Situasi seperti ini disebut inverted yield. Pelaku pasar kerap menjadikan inverted yield (apalagi jika berlangsung dalam waktu lama) sebagai sinyal terjadinya resesi. Sebab investor menilai risiko dalam jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang, sehingga meminta premi yang lebih tinggi untuk obligasi tenor pendek.
Jajak pendapat yang digelar Reuters menghasilkan bahwa yield obligasi pemerintah AS masih akan mengalami inversi pada tahun depan. Resesi kemungkinan akan datang setahun setelah itu yaitu 2020.
Risiko yang sedang tinggi ini membuat investor mau tidak mau mencari selamat masing-masing. Caranya adalah menghindari aset-aset berisiko di negara berkembang dan kembali ke pelukan aset aman (safe haven) seperti dolar AS atau yen Jepang.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Faktor domestik dan eksternal sedang mendukung penguatan dolar AS. Dari dalam negeri, klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 8 Desember turun 27.000 menjadi 206.000. Lebih rendah ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 225.000.
Pasar tenaga kerja AS yang semakin membaik kian membuka pintu bagi The Federal Reserve/The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan pada rapat pekan depan. mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate sebesar 25 bps dalam rapat 19 Desember adalah 77,5%. Lebih tinggi dari posisi sepekan lalu yaitu 70,6%.
Sementara dari sisi eksternal, investor kian cemas dengan risiko resesi di Negeri Paman Sam. Ini terus terlihat di pasar obligasi, di mana imbal hasil (yield) surat utang tenor pendek lebih tinggi ketimbang yang jangka panjang.
Pada pukul 09:14 WIB, yield obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun tercatat 2,7517% sementara tenor 3 tahun berada di 2,7426%. Lebih tinggi dibandingkan tenor 5 tahun yaitu 2,7376%.
Situasi seperti ini disebut inverted yield. Pelaku pasar kerap menjadikan inverted yield (apalagi jika berlangsung dalam waktu lama) sebagai sinyal terjadinya resesi. Sebab investor menilai risiko dalam jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang, sehingga meminta premi yang lebih tinggi untuk obligasi tenor pendek.
Jajak pendapat yang digelar Reuters menghasilkan bahwa yield obligasi pemerintah AS masih akan mengalami inversi pada tahun depan. Resesi kemungkinan akan datang setahun setelah itu yaitu 2020.
Risiko yang sedang tinggi ini membuat investor mau tidak mau mencari selamat masing-masing. Caranya adalah menghindari aset-aset berisiko di negara berkembang dan kembali ke pelukan aset aman (safe haven) seperti dolar AS atau yen Jepang.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular