
Perang Dagang Reda, Harga Obligasi Terangkat
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
13 December 2018 19:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Penguatan rupiah dan terealisasikannya damai dagang dongrak harga obligasi rupiah pemerintah hari ini. Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan, menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri acuan yang paling menguat adalah FR0064 bertenor 10 tahun yang yield-nya turun 9,5 basis poin (bps) menjadi 8,12%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri acuan lain juga menguat yaitu seri 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun dengan penurunan yield 1,7 bps, 7,4 bps, dan 4,6 bps menjadi 8,11%, 8,29%, dan 8,44%.
Sumber: Refinitiv
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 1,03 poin (0,44%) menjadi 234,13 dari posisi kemarin 233,09.
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 522 bps, menyempit dari posisi kemarin 533 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik tipis hingga 2,889% dari posisi kemarin 2,88%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 896,31 triliun SBN, atau 37,75% dari total beredar Rp 2.374 triliun berdasarkan data per 11 November.
Angka kepemilikannya masih negatif Rp 4,28 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, sehingga persentasenya masih turun dari 37,85% pada periode yang sama. Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 1,02% menjadi 6.177 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 0,72% menjadi Rp 14.490 di hadapan tiap dolar AS. Pelemahan dolar AS seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,06% menjadi 96,982.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan dialami Brasil, India, Filipina, Singapura, Afsel, dan Indonesia, sedangkan koreksi masih terjadi di China dan Thailand. Di negara maju, pasar bund Jerman, JGB Jepang, dan US Treasury di AS masih terkoreksi. Kondisi tersebut mencerminkan investor sedang gemar mencari yield di pasar obligasi negara berkembang, sedangkan di negara maju investor global lebih menguber instrumen ekuitas dibandingkan dengan efek pendapatan tetapnya.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/wed) Next Article Laris Manis! RI Sukses Jual Surat Utang dalam Dolar dan Euro
Data Refinitiv menunjukkan, menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Yield Obligasi Negara Acuan 13 Dec 2018 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 12 Dec 2018 (%) | Yield 13 Dec 2018 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 13 Dec'18 |
FR0063 | 5 tahun | 8.134 | 8.117 | -1.70 | 7.954 |
FR0064 | 10 tahun | 8.22 | 8.125 | -9.50 | 8.03 |
FR0065 | 15 tahun | 8.37 | 8.296 | -7.40 | 8.1969 |
FR0075 | 20 tahun | 8.487 | 8.441 | -4.60 | 8.3543 |
Avg movement | -5.80 |
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 1,03 poin (0,44%) menjadi 234,13 dari posisi kemarin 233,09.
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 522 bps, menyempit dari posisi kemarin 533 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik tipis hingga 2,889% dari posisi kemarin 2,88%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 896,31 triliun SBN, atau 37,75% dari total beredar Rp 2.374 triliun berdasarkan data per 11 November.
Angka kepemilikannya masih negatif Rp 4,28 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, sehingga persentasenya masih turun dari 37,85% pada periode yang sama. Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 1,02% menjadi 6.177 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 0,72% menjadi Rp 14.490 di hadapan tiap dolar AS. Pelemahan dolar AS seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,06% menjadi 96,982.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan dialami Brasil, India, Filipina, Singapura, Afsel, dan Indonesia, sedangkan koreksi masih terjadi di China dan Thailand. Di negara maju, pasar bund Jerman, JGB Jepang, dan US Treasury di AS masih terkoreksi. Kondisi tersebut mencerminkan investor sedang gemar mencari yield di pasar obligasi negara berkembang, sedangkan di negara maju investor global lebih menguber instrumen ekuitas dibandingkan dengan efek pendapatan tetapnya.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 12 Dec 2018 (%) | Yield 13 Dec 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 10.04 | 10.02 | -2.00 |
China | 3.296 | 3.34 | 4.40 |
Jerman | 0.269 | 0.275 | 0.60 |
Perancis | 0.729 | 0.713 | -1.60 |
Inggris | 1.278 | 1.245 | -3.30 |
India | 7.411 | 7.409 | -0.20 |
Italia | 3.012 | 2.898 | -11.40 |
Jepang | 0.055 | 0.057 | 0.20 |
Malaysia | 4.099 | 4.099 | 0.00 |
Filipina | 7.249 | 7.204 | -4.50 |
Rusia | 8.68 | 8.68 | 0.00 |
Singapura | 2.308 | 2.299 | -0.90 |
Thailand | 2.64 | 2.645 | 0.50 |
Turki | 17.3 | 17.26 | -4.00 |
Amerika Serikat | 2.906 | 2.899 | -0.70 |
Afrika Selatan | 9.16 | 9.15 | -1.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/wed) Next Article Laris Manis! RI Sukses Jual Surat Utang dalam Dolar dan Euro
Most Popular