Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali hari ini dengan penguatan sebesar 0,41% ke level 6.140,88, Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) memperlebar penguatannya menjadi 0,9% ke level 6.170,6 per akhir sesi 1.
Penguatan IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan di zona hijau: indeks Nikkei naik 1,06%, indeks Shanghai naik 1,6%, indeks Hang Seng naik 1,34%, indeks Strait Times naik 0,47%, dan indeks Kospi naik 0,52%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 4,44 triliun dengan volume sebanyak 6,2 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 268.563 kali.
Faktor-faktor apa saja yang mendorong IHSG membukukan penguatan yang terbilang besar?
Hubungan AS-China yang kian mesra memberikan optimisme bagi investor untuk berburu saham-saham di Benua Kuning. Setelah Trump mengklaim bahwa China sudah mulai meningkatkan pembelian kedelai asal AS dan siap menurunkan bea masuk untuk impor mobil asal AS, China kini nampak semakin membuka dirinya.
Wall Street Journal melaporkan bahwa China sedang melakukan persiapan untuk mengganti program ‘Made in China 2025’ dengan sebuah program yang akan memberikan akses lebih besar bagi investor asing untuk berpartisipasi dalam perekonomiannya, seperti dikutip dari CNBC International.
Program ‘Made in China 2025’ merupakan gagasan dari Presiden China Xi Jinping untuk mendongrak industri berteknologi tinggi disana. Administrasi Presiden AS Donald Trump sudah sejak lama mengkritik program ini lantaran dianggap proteksionis. Seorang sumber mengatakan bahwa program baru itu bisa diperkenalkan pada awal tahun depan.
Sejauh ini, perang dagang yang berkecamuk antar kedua negara terlihat sudah menyakiti perekonomian masing-masing. Jika perang dagang bisa diakhiri, maka laju perekonomian keduanya bisa dipacu untuk melaju lebih kencang. Selain itu, kabar positif bagi bursa saham Asia datang dari Inggris. Perdana Menteri Theresa May berhasil mempertahankan posisinya pasca memenangkan dukungan parlemen kala menghadapi pemungutan suara atas mosi tidak percaya. Sebanyak 200 suara mendukung May dan hanya 117 yang ingin dirinya hengkang.
Perkembangan ini membuat proses pembahasan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) menemui kepastian karena tidak ada pergantian kepemimpinan. Sebelumnya, May menegaskan pergantian kepemimpinan bukan jalan terbaik bagi Inggris yang sedang menghadapi sengkarut Brexit. Negeri John Bull sudah tidak punya banyak waktu, karena Bexit efektif berlaku pada 29 Maret 2019.
Memang, masih tersisa pekerjaan rumah berat yang harus dipikul oleh May. Dirinya harus meyakinkan parlemen guna menyetujui kesepakatan Brexit yang sebelumnya telah disepakati dengan pihak Uni Eropa.
Tapi setidaknya dengan kepemimpinan yang masih berada di tangan May, nasib Brexit menjadi lebih pasti ketimbang jika kepemimpinan berpindah tangan. Agresifnya The Federal Reserve dalam mengerek suku bunga acuan membawa petaka bagi pasar keuangan dunia. Sepanjang tahun ini, The Fed sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 75 bps dan diproyeksikan masih ada kenaikan sebesar 25 bps lagi pada bulan ini.
Untuk tahun depan, kenaikan diproyeksikan oleh The Fed sebanyak 3 kali (75 bps). Pelaku pasar sempat cukup yakin akan hal ini. Sebulan yang lalu, berdasarkan harga kontrak Fed Fund Futures, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sebanyak 3 kali pada tahun depan adalah 17,8%, seperti dikutip dari situs resmi CME Group. Per kemarin, posisinya sangat kecil yakni sebesar 4,6% saja.
Memudarnya persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 3 kali pada tahun depan datang seiring dengan melandainya inflasi di AS. Pada bulan November, inflasi di AS tercatat sebesar 2,2% YoY, jauh lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 2,5% YoY. Capaian bulan lalu juga merupakan yang terlambat sejak Februari.
Dengan melandainya inflasi, ada harapan bahwa The Federal Reserve tak akan terlalu agresif dalam mengerek suku bunga acuan. Seiring dengan keraguan pelaku pasar terhadap The Fed, rupiah menguat 0,82% di pasar spot ke level Rp 14. 475/dolar AS.
Saham-saham bank BUKU 4 pun menjadi buruan investor: PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 2,07%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,1%, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 0,67%.
Indeks sektor jasa keuangan menguat sebesar 0,58%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar kedua bagi kenaikan IHSG.
Selain mendorong aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4, penguatan rupiah juga mendorong investor asing untuk masuk ke bursa saham tanah air. Per akhir sesi 1, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 151,8 miliar.
5 besar saham yang diburu investor asing adalah: PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 83,2 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 57,2 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 33,1 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 24,4 miliar), dan PT Astra International Tbk/ASII (Rp 21,7 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA