
China-AS Mesra, Harga Obligasi Berbalik Menguat
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
12 December 2018 11:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga surat utang negara (SUN) berbalik menguat setelah koreksi terjadi beruntun dalam 5 hari terakhir akibat meredanya ketegangan China-Amerika Serikat.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain, mengindikasikan pelaku pasar global sedang merasa aman dan meminat instrumen investasi yang lebih berisiko di negara berkembang.
Data Refinitiv menunjukkanmenguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0064 yang bertenor 10 tahun, dengan penurunan yield 3,7 basis poin (bps) menjadi 8,24%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Penguatan juga dialami seri acuan lain yaitu seri 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun dengan penurunan yield 3,5 bps, 3,3 bps, dan 0,8 bps menjadi 8,13%, 8,37%, dan 8,52%.
Ketegangan China-AS mereda setelah Trump berniat membantu China dalam kasus penangkapan CFO Huawei oleh Kanada, serta keyakinan Trump akan peningkatan impor kedelai serta penurunan tarif impor otomotif China.
Yield Obligasi Negara Acuan 12 Dec 2018
Sumber: Refinitiv
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 535 bps, menyempit dari posisi kemarin 539 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik tipis hingga 2,886% dari posisi kemarin 2,884%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 898,54 triliun SBN, atau 37,84% dari total beredar Rp 2.3674 triliun berdasarkan data per 7 Desember.
Angka kepemilikannya masih negatif Rp 2,05 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, sehingga persentasenya masih turun dari 37,85% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,44% menjadi 6.102 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah stagnan di Rp 14.595 di hadapan tiap dolar AS.
Posisi dolar AS itu tidak seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,01% menjadi 96,381.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya dialami Brasil, India, Rusia, Afrika Selatan, dan Indonesia, sedangkan koreksi terjadi di China, Malaysia, dan Singapura.
Di negara maju, pelaku pasar global terindikasi masuk ke pasar bund Jerman, OAT Perancis, dan gilts Inggris, sedangkan pasar lain seperti Jepang dan AS masih terkoreksi.
Kondisi tersebut mengindikasikan pelaku pasar global sedang menilai pasar sedang kondusif sehingga masuk ke pasar obligasi negara berkembang yang lebih berisiko tetapi menawarkan return yang lebih besar.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain, mengindikasikan pelaku pasar global sedang merasa aman dan meminat instrumen investasi yang lebih berisiko di negara berkembang.
Data Refinitiv menunjukkanmenguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0064 yang bertenor 10 tahun, dengan penurunan yield 3,7 basis poin (bps) menjadi 8,24%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Penguatan juga dialami seri acuan lain yaitu seri 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun dengan penurunan yield 3,5 bps, 3,3 bps, dan 0,8 bps menjadi 8,13%, 8,37%, dan 8,52%.
Ketegangan China-AS mereda setelah Trump berniat membantu China dalam kasus penangkapan CFO Huawei oleh Kanada, serta keyakinan Trump akan peningkatan impor kedelai serta penurunan tarif impor otomotif China.
Yield Obligasi Negara Acuan 12 Dec 2018
Seri | Benchmark | Yield 11 Dec 2018 (%) | Yield 12 Dec 2018 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 11 Dec'18 |
FR0063 | 5 tahun | 8.169 | 8.134 | -3.50 | 8.1129 |
FR0064 | 10 tahun | 8.278 | 8.241 | -3.70 | 8.2555 |
FR0065 | 15 tahun | 8.408 | 8.375 | -3.30 | 8.3862 |
FR0075 | 20 tahun | 8.536 | 8.528 | -0.80 | 8.5296 |
Avg movement | -2.82 |
Sumber: Refinitiv
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 535 bps, menyempit dari posisi kemarin 539 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik tipis hingga 2,886% dari posisi kemarin 2,884%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 898,54 triliun SBN, atau 37,84% dari total beredar Rp 2.3674 triliun berdasarkan data per 7 Desember.
Angka kepemilikannya masih negatif Rp 2,05 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, sehingga persentasenya masih turun dari 37,85% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,44% menjadi 6.102 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah stagnan di Rp 14.595 di hadapan tiap dolar AS.
Posisi dolar AS itu tidak seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,01% menjadi 96,381.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya dialami Brasil, India, Rusia, Afrika Selatan, dan Indonesia, sedangkan koreksi terjadi di China, Malaysia, dan Singapura.
Di negara maju, pelaku pasar global terindikasi masuk ke pasar bund Jerman, OAT Perancis, dan gilts Inggris, sedangkan pasar lain seperti Jepang dan AS masih terkoreksi.
Kondisi tersebut mengindikasikan pelaku pasar global sedang menilai pasar sedang kondusif sehingga masuk ke pasar obligasi negara berkembang yang lebih berisiko tetapi menawarkan return yang lebih besar.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 11 Dec 2018 (%) | Yield 12 Dec 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 10.22 | 10.15 | -7.00 |
China | 3.299 | 3.307 | 0.80 |
Jerman | 0.273 | 0.233 | -4.00 |
Perancis | 0.743 | 0.708 | -3.50 |
Inggris | 1.238 | 1.189 | -4.90 |
India | 7.582 | 7.528 | -5.40 |
Italia | 3.134 | 3.133 | -0.10 |
Jepang | 0.047 | 0.051 | 0.40 |
Malaysia | 4.092 | 4.099 | 0.70 |
Filipina | 7.183 | 7.183 | 0.00 |
Rusia | 8.69 | 8.67 | -2.00 |
Singapura | 2.266 | 2.3 | 3.40 |
Thailand | 2.59 | 2.59 | 0.00 |
Turki | 16.7 | 18.03 | 133.00 |
Amerika Serikat | 2.884 | 2.886 | 0.20 |
Afrika Selatan | 9.18 | 9.165 | -1.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular