Investor Global Khawatirkan AS, Obligasi Kembali Amblas

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
11 December 2018 17:51
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah longsor pada perdagangan hari ini akibat ancaman resesi Amerika Serikat (AS) yang mengkhawatirkan investor global sehingga mengejar instrumen yang dinilai lebih aman yaitu dolar AS dan emas. 

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  

Data Refinitiv menunjukkanterkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. 

Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0064 yang bertenor, yaitu mengalami kenaikan yield 17 basis poin (bps) menjadi 8,27%.

Besaran 100 bps setara dengan 1%.
 

Hal tersebut seiring dengan seri acuan lain yang juga melemah, yaitu seri 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun yang mengalami kenaikan yield 12 bps, 16 bps, dan 15 bps menjadi 8,16%, 8,4%, dan 8,53%. 

Rerata pergerakan yield harian adalah di bawah 10 bps, sehingga koreksi hari ini cukup signifikan.

Potensi resesi terlihat dari beberapa data dan dari kondisi pasar obligasi AS yang sedang menunjukkan kurva terbalik (inverted yield curve) sehingga menunjukkan investor lebih menggemari tenor panjang daripada tenor pendek. 

Yield Obligasi Negara Acuan 11 Dec 2018
SeriBenchmarkYield 10 Dec 2018 (%) Yield 11 Dec 2018 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 11 Dec'18
FR0063 5 tahun8.0448.16912.508.1129
FR0064 10 tahun8.1078.27817.108.2555
FR0065 15 tahun8.2418.40816.708.3862
FR0075 20 tahun8.3778.53615.908.5296
Avg movement15.55
Sumber: Refinitiv 

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.  

Indeks tersebut turun 1,02 poin (0,44%) menjadi 232,54 dari posisi kemarin 233,57. 

Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 539 bps, melebar dari posisi kemarin 525 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun naik tipis hingga 2,88% dari posisi kemarin 2,85%. Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 898,54 triliun SBN, atau 37,84% dari total beredar Rp 2.3674 triliun berdasarkan data per 7 Desember.  

Angka kepemilikannya masih negatif Rp 2,05 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, sehingga persentasenya masih turun dari 37,85% pada periode yang sama. 

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi/tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.  

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,57% menjadi 6.076 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,31% menjadi Rp 14.595 di hadapan tiap dolar AS. 

Penguatan dolar AS tidak seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,3% menjadi 96,925 akibat poundsterling yang lebih perkasa. 

Meskipun demikian, dolar AS masih terkuat di kawasan Asia Pasifik. Nilai tukar emas juga masih menguat yaitu 0,21% menjadi US$ 1.247 per troy ounce dan masih menunjukkan tren penguatan sejak 27 November ketika berada pada US$ 1.214 per troy ounce. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya dialami China dan India, sedangkan negara lain masih terkoreksi. 

Hal yang sama juga terjadi di pasar negara maju, yang hampir semuanya mengalami koreksi.  

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 10 Dec 2018 (%)Yield 11 Dec 2018 (%)Selisih (basis poin)
Brasil10.1110.2211.00
China3.3093.299-1.00
Jerman0.2510.2732.20
Perancis0.7060.7433.70
Inggris 1.2211.2381.70
India7.5947.582-1.20
Italia3.13.1343.40
Jepang0.0420.0470.50
Malaysia4.0864.0920.60
Filipina7.127.1836.30
Rusia8.688.691.00
Singapura2.2272.2663.90
Thailand2.572.592.00
Turki16.8516.7-15.00
Amerika Serikat2.852.8843.40
Afrika Selatan9.149.184.00
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular