
Di Depan Jokowi, Menkeu Pamer Defisit Terendah Sejak 2014
11 December 2018 13:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui tantangan di tahun 2018 tidaklah mudah. Indonesia harus bersyukur bisa melewati berbagai dinamika ekonomi global yang bergejolak.
"Kita sebentar lagi menutup anggaran 2018, dan 2018 bukan merupakan tahun yang mudah karena ada gejolak global yang dinamis," kata Sri Mulyani di depan Presiden Jokowi dalam penyerahan DIPA Kementerian/Lembaga tahun anggaran 2019 di Istana Negara, Selasa (11/12/2018).
Sri Mulyani menceritakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai Kuartal III-2018 telah mencapai 5,17%. Sementara, menurutnya inflasi terjaga di 3,3%. Namun, ada beberapa yang memang tak sesuai dengan APBN-2018.
"Rata-rata nilai tukar dalam APBN Rp 13.400/US$ dalam realisasi akhir November Rp 14.260/US$. Harga minyak di dalam APBN 2018 tercatat US$ 48 per barel dan sampai akhir November realisasinya US$ 68,6 per barel," ungkap Sri Mulyani.
Ia juga membuka lebih jauh realisasi APBN 2018. Menurut Sri Mulyani sampai akhir November realisasi APBN diklaim cukup baik.
"Sampai akhir November kita mencatat pendapatan negara tumbuh 18,2% ini adalah pertumbuhan yang tinggi dibandigkan 2017 yang sebesar 6,5%. Perpajakan menyumbangkan pertumbuhan 15,3% sampai akhir November, dibandingkan tahun lalu tumbuh 3,2%. PNBP karena harga minyak tumbuh 22% dibandingkan tahun lalu," papar Sri Mulyani.
"Untuk tahun ini sampai November 2018 belanja tumbuh 11%, di mana Kementerian/Lembaga telah membelanjakan dengan pertumbuhan 11,9%, ini adalah angka yang baik dibandigkan tahun lalu yang tumbuh 8,6%."
"Hingga akhir November posisi APBN 2018 adalah sangat sehat," kata Sri Mulyani.
Lebih jauh, defisit APBN 2018 dijelaskan Sri Mulyani cukup rendah di mana hanya 1,95% dari PDB. Selain itu posisi primary balance atau keseimbangan primer pada November juga tercatat negatif Rp 36 triliun.
"Defisit kita 1,95%% dari PDB, dibandingkan tahun lalu posisi November kita 2,59% dari PDB. Posisi defisit adalah terendah sejak tahun 2014, yang paling menggembirakan adalah posisi primary balance yang pada November akhir tercatat hanya negatif Rp 36 triliun, jauh lebih kecil dari tahun lalu defisit sebesar Rp 139,1 triliun, artinya dalam satu tahun kita menurunkan lebih dari Rp 100 triliun," tutup Sri Mulyani.
Dalam kesempatan tersebut, Menkeu berharap seluruh Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran, serta para Gubernur, dan para Bupati/Walikota dapat melaksanakan, mengawasi dan mengendalikan seluruh amanat yang tertuang dalam dokumen DIPA tahun 2019
(dru) Next Article Tok! DPR Setujui Pembahasan Awal APBN Tahun Politik
"Kita sebentar lagi menutup anggaran 2018, dan 2018 bukan merupakan tahun yang mudah karena ada gejolak global yang dinamis," kata Sri Mulyani di depan Presiden Jokowi dalam penyerahan DIPA Kementerian/Lembaga tahun anggaran 2019 di Istana Negara, Selasa (11/12/2018).
Sri Mulyani menceritakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai Kuartal III-2018 telah mencapai 5,17%. Sementara, menurutnya inflasi terjaga di 3,3%. Namun, ada beberapa yang memang tak sesuai dengan APBN-2018.
![]() |
Ia juga membuka lebih jauh realisasi APBN 2018. Menurut Sri Mulyani sampai akhir November realisasi APBN diklaim cukup baik.
"Sampai akhir November kita mencatat pendapatan negara tumbuh 18,2% ini adalah pertumbuhan yang tinggi dibandigkan 2017 yang sebesar 6,5%. Perpajakan menyumbangkan pertumbuhan 15,3% sampai akhir November, dibandingkan tahun lalu tumbuh 3,2%. PNBP karena harga minyak tumbuh 22% dibandingkan tahun lalu," papar Sri Mulyani.
"Untuk tahun ini sampai November 2018 belanja tumbuh 11%, di mana Kementerian/Lembaga telah membelanjakan dengan pertumbuhan 11,9%, ini adalah angka yang baik dibandigkan tahun lalu yang tumbuh 8,6%."
"Hingga akhir November posisi APBN 2018 adalah sangat sehat," kata Sri Mulyani.
Lebih jauh, defisit APBN 2018 dijelaskan Sri Mulyani cukup rendah di mana hanya 1,95% dari PDB. Selain itu posisi primary balance atau keseimbangan primer pada November juga tercatat negatif Rp 36 triliun.
"Defisit kita 1,95%% dari PDB, dibandingkan tahun lalu posisi November kita 2,59% dari PDB. Posisi defisit adalah terendah sejak tahun 2014, yang paling menggembirakan adalah posisi primary balance yang pada November akhir tercatat hanya negatif Rp 36 triliun, jauh lebih kecil dari tahun lalu defisit sebesar Rp 139,1 triliun, artinya dalam satu tahun kita menurunkan lebih dari Rp 100 triliun," tutup Sri Mulyani.
Dalam kesempatan tersebut, Menkeu berharap seluruh Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran, serta para Gubernur, dan para Bupati/Walikota dapat melaksanakan, mengawasi dan mengendalikan seluruh amanat yang tertuang dalam dokumen DIPA tahun 2019
(dru) Next Article Tok! DPR Setujui Pembahasan Awal APBN Tahun Politik
Most Popular