Stok China Mulai Turun, Harga Batu Bara Masih Menguat

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
11 December 2018 11:30
Pada perdagangan hari Senin (10/12/2018), harga batu bara Newcastle kontrak berjangka naik tipis sebesar 0,1% ke level US$ 102,65/Metrik Ton (MT).
Foto: Istimewa
Jakarta, CNBC IndonesiaPada penutupan perdagangan hari Senin (10/12/2018), harga batu bara Newcastle kontrak berjangka naik tipis sebesar 0,1% ke level US$ 102,65/Metrik Ton (MT). Harga si batu hitam masih melanjutkan momentum penguatan mingguan sebesar 0,84% di sepanjang pekan lalu.

Kemarin, Harga batu bara mendapatkan energi positif dari menurunnya stok batu bara di sejumlah pembangkit listrik utama China. Konsumsi batu bara untuk pembangkit listrik nampaknya mulai membaik, seiring datangnya puncak musim dingin.

Meski demikian, penguatan harga masih terbatas oleh perlambatan ekonomi dunia yang semakin terasa. Artinya, permintaan energi global masih akan tertekan ke depannya.



Ekspektasi bahwa temperatur di dataran China akan jatuh nampaknya menjadi kenyataan. Musim dingin memang sudah mencapai puncaknya di Negeri Tirai Bambu.

Saat cuaca dingin melanda, kebutuhan listrik untuk pemanas ruangan akan meningkat. Hal ini kemudian akan mengatrol volume penggunaan batu bara di sejumlah pembangkit listrik utama di China.

Kenaikan konsumsi tersebut diindikasikan oleh stok batu bara pada 6 pembangkit listrik utama yang turun menjadi 28 hari penggunaan dalam sepekan hingga tanggal 7 Desember 2018, mengutip data China Coal Resource. Level ini merupakan yang terendah sejak 12 Oktober silam.

Sebagai tambahan, penurunan stok mingguan tersebut menjadi yang pertama kalinya, setelah dalam 8 pekan terakhir stok batu bara di 6 pembangkit listrik utama terus membukukan kenaikan.

Penurunan stok batu bara di Negeri Panda lantas menjadi indikasi bahwa permintaan impor Beijing masih akan terakselerasi ke depannya.

Sebagai catatan, China adalah konsumen utama batu bara dunia, mencapai 1.892,6 MT pada 2017 atau 51% dari total permintaan dunia. Satu negara menguasai lebih dari separuh permintaan global. Dinamika permintaan impor China akan sangat memengaruhi pergerakan harga batu bara dunia.

Meski demikian, sentimen negatif juga ada di permukaan. Alhasil, penguatan harga batu bara pun masih terbatas pada perdagangan kemarin.

Sentimen negatif tersebut adalah data ekonomi China yang mengecewakan. Pada hari Sabtu (8/12/2018), ekspor China pada bulan November diumumkan naik 5,4% secara tahunan (year-on-year/YoY), di bawah konsensus yang dihimpun Reuters sebesar 10% YoY.

Sementara, impor China hanya tumbuh 3% YoY, juga lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 14,5% YoY. Pertumbuhan impor di bulan lalu juga menjadi yang terlambat sejak Oktober 2016.

Data perdagangan Beijing yang meleset dari ekspektasi lantas menjadi sinyal kuat bahwa permintaan domestik dan global di China mulai mengalami perlambatan. Perekonomian China nampaknya mulai tergerus panasnya perang dagang dengan AS.

Bahkan, dampak perang dagang nampaknya sudah mulai menular pada mitra dagang utama China. Kemarin, pertumbuhan ekonomi Jepang kuartal III-2018 direvisi turun menjadi -2,5% secara annualized, dari sebelumnya -1,2%. Padahal, Jepang adalah perekonomian terbesar ketiga sekaligus menjadi salah satu konsumen batu bara utama di dunia. 

(TIM RISET CNBC INDONESIA)

(RHG/gus) Next Article Pasokan dari Negara Produsen Seret, Harga Batu Bara Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular