
Banyak Kabar Positif, Harga Batu Bara Naik 0,84% Pekan Lalu
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
10 December 2018 12:59

Meski demikian, sejumlah sentimen negatif juga ada di permukaan. Alhasil, penguatan mingguan harga batu bara pun masih terbatas di sepanjang pekan lalu.
Dari China, pembelian batu bara dari luar negeri oleh Beijing hanya berada di angka 1,5 juta ton di 5 hari pertama bulan Desember, atau dengan tingkat impor harian sebesar 300.000 ton, mengutip data yang dikompilasi Refinitiv.
Tingkat impor harian itu turun jauh apabila dikomparasi dengan total impor sebesar 226,2 juta ton di 11 bulan pertama tahun 2018 atau dengan tingkat impor harian mencapai 677.000 ton.
Hal ini nampaknya tidak lepas dari pemerintah China yang memutuskan untuk membatasi impor batu bara di sepanjang tahun 2018. Mengutip laporan dari Shanghai Securities News, seperti dilansir dari Reuters, impor batu bara di tahun ini ditetapkan tidak boleh melebihi volume impor pada tahun 2017.
Kebijakan ini dilakukan pemerintah China dalam rangka menjaga harga batu bara domestik tetap tinggi hingga akhir tahun ini. Selain itu, kondisi stok yang berlebih di China juga menjadi alasan pemerintah untuk membatasi impor batu bara.
Sentimen negatif lainnya bagi harga batu bara datang dari prospek damai dagang AS-China yang ternyata masih belum memberikan kabar gembira. Yang ada, hubungan kedua negara malah semakin tegang. Kanada dikabarkan telah menahan Chief Financial Officer (CFO) Huawei global Meng Wanzhou di Vancouver, atas permintaan dari AS.
Sebagai informasi, pemerintah Negeri Paman Sam telah menuntut Huawei paling tidak sejak 2016 atas dugaan mengirim produk asal AS ke Iran dan negara-negara lain. AS mengklaim hal itu merupakan pelangaran terhadap sanksi ekspor yang telah ditetapkan negaranya.
Tak pelak, hal ini memicu kecaman dari pihak China. Kedutaan China di Kanada mengecam Kanada dan AS perihal penangkapan Wanzhou. Mereka menuntut agar petinggi Huawei itu segera dibebaskan.
"China telah membuat pernyataan ke AS dan Kanada, menuntut mereka segera memperbaiki perilaku salah mereka dan mengembalikan kebebasan Meng Wanzhou,” tambah kedutaan.
Kini risiko terjadinya deadlock pada negosiasi dagang AS-China justru semakin besar. Saat perbaikan perdagangan dan ekonomi dunia nampaknya masih jauh dari kenyataan, pelaku pasar pun lebih bermain hati-hati. Belum ada jaminan pasti bahwa permintaan komoditas energi dunia akan pulih.
(TIM RISET CNBC INDONESIA) (RHG/gus)
Dari China, pembelian batu bara dari luar negeri oleh Beijing hanya berada di angka 1,5 juta ton di 5 hari pertama bulan Desember, atau dengan tingkat impor harian sebesar 300.000 ton, mengutip data yang dikompilasi Refinitiv.
Tingkat impor harian itu turun jauh apabila dikomparasi dengan total impor sebesar 226,2 juta ton di 11 bulan pertama tahun 2018 atau dengan tingkat impor harian mencapai 677.000 ton.
Kebijakan ini dilakukan pemerintah China dalam rangka menjaga harga batu bara domestik tetap tinggi hingga akhir tahun ini. Selain itu, kondisi stok yang berlebih di China juga menjadi alasan pemerintah untuk membatasi impor batu bara.
Sentimen negatif lainnya bagi harga batu bara datang dari prospek damai dagang AS-China yang ternyata masih belum memberikan kabar gembira. Yang ada, hubungan kedua negara malah semakin tegang. Kanada dikabarkan telah menahan Chief Financial Officer (CFO) Huawei global Meng Wanzhou di Vancouver, atas permintaan dari AS.
Sebagai informasi, pemerintah Negeri Paman Sam telah menuntut Huawei paling tidak sejak 2016 atas dugaan mengirim produk asal AS ke Iran dan negara-negara lain. AS mengklaim hal itu merupakan pelangaran terhadap sanksi ekspor yang telah ditetapkan negaranya.
Tak pelak, hal ini memicu kecaman dari pihak China. Kedutaan China di Kanada mengecam Kanada dan AS perihal penangkapan Wanzhou. Mereka menuntut agar petinggi Huawei itu segera dibebaskan.
"China telah membuat pernyataan ke AS dan Kanada, menuntut mereka segera memperbaiki perilaku salah mereka dan mengembalikan kebebasan Meng Wanzhou,” tambah kedutaan.
Kini risiko terjadinya deadlock pada negosiasi dagang AS-China justru semakin besar. Saat perbaikan perdagangan dan ekonomi dunia nampaknya masih jauh dari kenyataan, pelaku pasar pun lebih bermain hati-hati. Belum ada jaminan pasti bahwa permintaan komoditas energi dunia akan pulih.
(TIM RISET CNBC INDONESIA) (RHG/gus)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular