
Rebutan Dana antara Bank vs Pemerintah Memanas, Kapan Usai?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 December 2018 15:33

Perlu diketahui bahwa yield obligasi Indonesia melesat seiring dengan agresifnya The Federal Reserve selaku bank sentral AS dalam menaikkan suku bunga acuan, yang pada akhirnya diikuti oleh Bank Indonesia (BI).
Pada tahun ini, The Fed sudah mengerek suku bunga acuan sebanyak 3 kali (75 bps). Posisi terakhir dari Federal Funds Rate (FFR) ada di level 2-2,25%. Sementara itu, sepanjang tahun ini BI sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 175 bps.
The Fed memproyeksikan masih ada 1 kali lagi kenaikan pada bulan ini, sehingga total kenaikan tahun ini adalah 4 kali (100 bps), menurut dot plot yang dirilis selepas pertemuan The Fed bulan September.
Tak cukup sampai disitu, pada tahun depan The Fed memproyeksikan kenaikan suku bunga acuan sebanyak 3 kali (75 bps). Pelaku pasar sempat mempercayai hal ini, sehingga mendorong yield obligasi naik. Kini, situasinya benar-benar berubah. Investor tak lagi punya keyakinan terhadap hal tersebut.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 8 Desember 2018, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sebanyak 3 kali pada tahun depan hanyalah sebesar 2,7% (dengan asumsi ada kenaikan sebesar 25 bps dulu pada bulan ini), anjlok dari posisi 1 bulan lalu yang sebesar 22,7%.
Justru, pelaku pasar kini meyakini bahwa The Fed tak akan menaikkan suku bunga acuan pada tahun depan. Probabilitas FFR berada di level 2,25-2,5% pada tahun 2019 adalah sebesar 38,2%, naik dari posisi bulan lalu yang hanya sebesar 8,1%.
Sementara itu, probabilitas untuk kenaikan suku bunga acuan sebesar 1 kali juga cukup besar, yakni 34,8%. Untuk kenaikan 2 kali, probabilitasnya adalah 13,5%.
Ketika sekarang ada ekspektasi bahwa The Fed tak akan menaikkan suku bunga acuan pada tahun depan, ada ekspektasi bahwa BI bisa agak santai. Tak ada urgensi untuk mengerek suku bunga acuan karena The Fed pun tak melakukannya.
Price-in ulang di pasar obligasi seharusnya terjadi. Yield yang sudah melesat naik sepanjang tahun bisa didorong turun. (ank/gus)
Pada tahun ini, The Fed sudah mengerek suku bunga acuan sebanyak 3 kali (75 bps). Posisi terakhir dari Federal Funds Rate (FFR) ada di level 2-2,25%. Sementara itu, sepanjang tahun ini BI sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 175 bps.
The Fed memproyeksikan masih ada 1 kali lagi kenaikan pada bulan ini, sehingga total kenaikan tahun ini adalah 4 kali (100 bps), menurut dot plot yang dirilis selepas pertemuan The Fed bulan September.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 8 Desember 2018, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sebanyak 3 kali pada tahun depan hanyalah sebesar 2,7% (dengan asumsi ada kenaikan sebesar 25 bps dulu pada bulan ini), anjlok dari posisi 1 bulan lalu yang sebesar 22,7%.
Justru, pelaku pasar kini meyakini bahwa The Fed tak akan menaikkan suku bunga acuan pada tahun depan. Probabilitas FFR berada di level 2,25-2,5% pada tahun 2019 adalah sebesar 38,2%, naik dari posisi bulan lalu yang hanya sebesar 8,1%.
Sementara itu, probabilitas untuk kenaikan suku bunga acuan sebesar 1 kali juga cukup besar, yakni 34,8%. Untuk kenaikan 2 kali, probabilitasnya adalah 13,5%.
Ketika sekarang ada ekspektasi bahwa The Fed tak akan menaikkan suku bunga acuan pada tahun depan, ada ekspektasi bahwa BI bisa agak santai. Tak ada urgensi untuk mengerek suku bunga acuan karena The Fed pun tak melakukannya.
Price-in ulang di pasar obligasi seharusnya terjadi. Yield yang sudah melesat naik sepanjang tahun bisa didorong turun. (ank/gus)
Next Page
Inflasi Mendukung
Pages
Most Popular