
Terganjal Iran, Sidang OPEC Masih Buntu Soal Pemangkasan
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
07 December 2018 19:38

Wina, CNBC Indonesia- Menteri Energi Arab Saudi pesimistis OPEC akan mencapai kesepakatan pada Jumat ini untuk pangkas produksi minyak, salah satunya karena polemik sanksi Iran.
Dilansir dari Reuters, OPEC memulai kembali diskusi di Wina sekitar pukul 09:00 GMT, sebelum mengadakan pertemuan di kemudian hari dengan produsen minyak non-OPEC yang dipimpin oleh Rusia.
Pada Kamis, OPEC secara tentatif menyetujui pengurangan produksi minyak tetapi tidak bisa memutuskan parameter konkret untuk pengurangan karena menunggu komitmen dari anggota non-OPEC yang memiliki pengaruh besar seperti Rusia, kata sumber dari kelompok itu.
Pada hari Jumat, dua sumber OPEC mengatakan saingan saingan Arab Saudi, Iran, yang dijatuhi sanksi baru AS pada bulan November, juga memegang kesepakatan akhir. "Iran akan bersikeras pada pengecualian sampai sanksi dihapus," kata salah satu sumber OPEC, melansir Reuters.
Arab Saudi menghadapi tekanan dari Presiden AS Donald Trump untuk membantu ekonomi global dengan menahan diri dari pemotongan pasokan.
Dan dengan Trump yang berusaha menekan Teheran dengan sanksi, pemangkasan produksi OPEC akan memberikan dukungan tambahan ke Iran dengan meningkatkan harga minyak.
Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih, ditanya pada hari Jumat apakah dia yakin pertemuan hari itu akan menghasilkan kesepakatan, dia mengatakan: "Tidak."
Kemungkinan yang semakin memperumit keputusan OPEC adalah krisis seputar pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada bulan Oktober. Trump telah mendukung Pangeran Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, meskipun ada seruan dari banyak politisi AS untuk menjatuhkan sanksi keras pada Riyadh.
Perwakilan khusus AS untuk Iran Brian Hook bertemu Falih di Wina minggu ini, dalam perkembangan yang belum pernah terjadi sebelumnya menjelang pertemuan OPEC. Arab Saudi awalnya membantah pembicaraan Hook-Falih terjadi tetapi kemudian menegaskannya.
"Tekanan politik AS jelas merupakan faktor dominan pada pertemuan OPEC ini, membatasi ruang lingkup tindakan Saudi untuk menyeimbangkan pasar," kata Gary Ross, kepala eksekutif Black Gold Investors dan pengamat veteran OPEC.
(gus) Next Article Arab Sebut Produsen Minyak Mau Turunkan Suplai, Harga Naik?
Dilansir dari Reuters, OPEC memulai kembali diskusi di Wina sekitar pukul 09:00 GMT, sebelum mengadakan pertemuan di kemudian hari dengan produsen minyak non-OPEC yang dipimpin oleh Rusia.
Pada hari Jumat, dua sumber OPEC mengatakan saingan saingan Arab Saudi, Iran, yang dijatuhi sanksi baru AS pada bulan November, juga memegang kesepakatan akhir. "Iran akan bersikeras pada pengecualian sampai sanksi dihapus," kata salah satu sumber OPEC, melansir Reuters.
Arab Saudi menghadapi tekanan dari Presiden AS Donald Trump untuk membantu ekonomi global dengan menahan diri dari pemotongan pasokan.
Dan dengan Trump yang berusaha menekan Teheran dengan sanksi, pemangkasan produksi OPEC akan memberikan dukungan tambahan ke Iran dengan meningkatkan harga minyak.
Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih, ditanya pada hari Jumat apakah dia yakin pertemuan hari itu akan menghasilkan kesepakatan, dia mengatakan: "Tidak."
Kemungkinan yang semakin memperumit keputusan OPEC adalah krisis seputar pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada bulan Oktober. Trump telah mendukung Pangeran Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, meskipun ada seruan dari banyak politisi AS untuk menjatuhkan sanksi keras pada Riyadh.
Perwakilan khusus AS untuk Iran Brian Hook bertemu Falih di Wina minggu ini, dalam perkembangan yang belum pernah terjadi sebelumnya menjelang pertemuan OPEC. Arab Saudi awalnya membantah pembicaraan Hook-Falih terjadi tetapi kemudian menegaskannya.
"Tekanan politik AS jelas merupakan faktor dominan pada pertemuan OPEC ini, membatasi ruang lingkup tindakan Saudi untuk menyeimbangkan pasar," kata Gary Ross, kepala eksekutif Black Gold Investors dan pengamat veteran OPEC.
(gus) Next Article Arab Sebut Produsen Minyak Mau Turunkan Suplai, Harga Naik?
Most Popular