
Melemah 0,29%, IHSG Paling Kebal Hadapi Potensi Resesi di AS
Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 December 2018 17:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka melemah 0,62% ke level 6.095,01, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat meluncur turun ke titik terendahnya di level 6.086.13 (-0,77%). Per akhir sesi 1, IHSG melemah 0,53% ke level 6.100,91. Per akhir sesi 2, IHSG semakin memperbaiki posisinya walaupun masih melemah. IHSG melemah 0,29% ke level 6.115,49.
Seluruh indeks saham kawasan Asia kompak melemah hingga sore hari. Namun, pelemahan IHSG merupakan yang paling tipis, menjadikannya indeks saham dengan performa terbaik di kawasan, bersama dengan indeks KLCI (Malaysia).
Pelaku pasar terus saja didorong untuk meninggalkan instrumen berisiko seperti saham seiring dengan pasar obligasi AS yang masih mengindikasikan terjadinya resesi. Pada perdagangan hari ini, spread yield obligasi AS tenor 3 dan 5 tahun membesar menjadi 3 bps.
Dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun. Melansir CNBC International yang mengutip Bespoke, dalam 3 resesi terakhir, inversi pertama spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun datang rata-rata 26,3 bulan sebelum resesi dimulai.
Namun, yang benar-benar meresahkan sebenarnya bukan itu. Dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS, selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun. Kajian dari Bespoke menunjukkan bahwa inversi pada kedua tenor ini terjadi rata-rata 89 hari setelah inversi pertama pada obligasi tenor 3 dan 5 tahun.
Lantas, pergerakan spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun menjadi sangat penting untuk diamati. Pasalnya, konfirmasi datang atau tidaknya resesi bisa berasal dari situ. Ketika inversi terjadi, kemungkinan besar resesi akan datang.
Celakanya, spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun terus saja menipis, walaupun angkanya masih positif (inversi belum terjadi). Per awal bulan lalu, nilainya adalah sebesar 82 bps. Kini, nilainya tersisa 49 bps saja. Posisi hari ini juga menipis dibandingkan posisi per 4 Desember yang sebesar 50 bps.
Seluruh indeks saham kawasan Asia kompak melemah hingga sore hari. Namun, pelemahan IHSG merupakan yang paling tipis, menjadikannya indeks saham dengan performa terbaik di kawasan, bersama dengan indeks KLCI (Malaysia).
Dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun. Melansir CNBC International yang mengutip Bespoke, dalam 3 resesi terakhir, inversi pertama spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun datang rata-rata 26,3 bulan sebelum resesi dimulai.
Namun, yang benar-benar meresahkan sebenarnya bukan itu. Dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS, selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun. Kajian dari Bespoke menunjukkan bahwa inversi pada kedua tenor ini terjadi rata-rata 89 hari setelah inversi pertama pada obligasi tenor 3 dan 5 tahun.
Lantas, pergerakan spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun menjadi sangat penting untuk diamati. Pasalnya, konfirmasi datang atau tidaknya resesi bisa berasal dari situ. Ketika inversi terjadi, kemungkinan besar resesi akan datang.
Celakanya, spread yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun terus saja menipis, walaupun angkanya masih positif (inversi belum terjadi). Per awal bulan lalu, nilainya adalah sebesar 82 bps. Kini, nilainya tersisa 49 bps saja. Posisi hari ini juga menipis dibandingkan posisi per 4 Desember yang sebesar 50 bps.
Next Page
Perang Dagang Jadi Pemicunya
Pages
Most Popular