Analisis Teknikal Rupiah

Tembus Rp 14.500 per Dolar AS, ke Mana Rupiah Bergerak?

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
06 December 2018 15:36
Rupiah menjadi mata uang yang paling terdepresiasi paling dalam di Asia hari ini, Kamis (6/12/2018).
Foto: Seorang karyawan menghitung uang kertas dolar AS di kantor penukaran mata uang di Jakarta, Indonesia 23 Oktober 2018. Gambar diambil 23 Oktober 2018. REUTERS / Beawiharta
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menjadi mata uang yang paling terdepresiasi paling dalam di Asia hari ini, Kamis (6/12/2018). Rupiah berpotensi mengakhiri perdagangan dengan pelemahan selama 3 hari berturut-turut.

Sejatinya, hampir seluruh mata uang kawasan Asia melemah di hadapan greenback. Hingga pukul 15:00 WIB Rupiah melemah 0,76% ke level Rp 14.500/dolar AS.

Investor global nampak melepas mata uang negara-negara Asia seiring dengan potensi resesi akibat gejolak pada pasar obligasi AS. Pada perdagangan hari ini, yield obligasi tenor 2 (2,770%) dan 3 tahun (2,813%) masih lebih tinggi dibandingkan tenor 5 tahun (2,753%).

Inversi yield di pasar obligasi AS terjadi bukan karena pelaku pasar melepas instrumen obligasi. Terhitung sejak perdagangan tanggal 4 Desember 2018, imbal hasil obligasi AS tenor 2,3, dan 5 tahun terus membukukan penurunan.

Namun demikian, penurunan pada tenor 5 tahun jauh lebih kencang, menandakan tekanan beli yang lebih kuat pada seri tersebut.

Keputusan pelaku pasar untuk memburu obligasi tenor 5 tahun mungkin ada hubungannya dengan hubungan dagang AS-China yang saat ini penuh dengan ketidakpastian.

Seiring berjalannya waktu, terungkap bahwa ternyata pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Xi Jingping di Buenos Aires pada akhir pekan lalu menyisakan lebih banyak pertanyaan dari pada jawaban.

Masing-masing negara memiliki pernyataan versinya sendiri yang menempatnya dirinya sebagai 'pemenang' dalam perundingan di sela-sela KTT G-20. Seperti dilansir dari Washington Post yang mengutip publikasi dari Bloomberg, pernyataan resmi dari masing-masing negara menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.

Dengan ketidakpastian besar terkait dengan hubungan dagang AS-China, obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 5 tahun ke depan menjadi lebih menarik. Pasalnya, dalam jangka waktu dekat (1-3 tahun) bisa terjadi kontraksi yang signifikan dalam perekonomian AS.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) sepertinya langsung melakukan intervensi di pasar spot maupun Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF). Hal itu dilakukan untuk menjaga nilai tukar rupiah agar tidak jatuh terlalu dalam.

"Kita lagi stabilkan rupiah. Intervensi di pasar spot dan DNDF," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Nanang Hendarsah dalam pesan singkatnya ke CNBC Indonesia, Kamis (6/12/2018).

Lalu, kemana rupiah akan bergerak selanjutnya? Tim Riset CNBC Indonesia membuat proyeksi arah rupiah secara teknikal. Berikut ini analisisnya.
Tembus Rp 15.000 per Dolar AS, Kemana Rupiah Akan Bergerak?Sumber: Revinitif
Secara teknikal, dolar nampak lebih perkasa dibandingkan dolar AS. Hal ini terlihat dari pergerakan tren jangka pendeknya yang bergerak naik (uptrend). Dominasi dolar atas rupiah tercermin dari posisi grafik dolar yang bergerak di atas rerata harganya (moving everage/MA) selama lima hari (MA5).

Mengacu kepada indikator teknikal rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD), posisi dolar sedang dalam jalur menguat (golden cross).

Rupiah berpotensi melemah menuju titik penghalang pertamanya (resistance) yang berada di Rp 14.600 per dolar AS. Resistance selanjutnya yang berpotensi di uji berada di level Rp 14.800 per dolar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(yam/yam) Next Article Kata Analis Soal Level Rupiah yang Terendah Sepanjang Sejarah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular