
Ada Sinyal Resesi AS, Pasar Obligasi Domestik Tertekan
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
06 December 2018 12:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi terbebani kontraksinya pasar global akibat tanda-tanda tekanan ekonomi di pasar obligasi Amerika Serikat (US Treasury).
Tekanan di pasar US Treasury ditunjukkan oleh adanya kurva tingkat imbal hasil (yield) terbalik, atau yang biasa disebut inverted yield curve selama beberapa hari terakhir.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di mayoritas pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0075 bertenor 20 tahun yang menunjukkan kenaikan yield 12 basis poin (bps) menjadi 8,33%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain juga terkoreksi, yaitu seri 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun dengan kenaikan yield 5 bps, 3 bps, dan 5 bps menjadi 7,91%, 7,9%, dan 8,15%.
Sumber: Refinitiv
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 500 bps, melebar dari posisi kemarin 495 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 2,89% dari posisi kemarin 2,91% karena US Treasury masih diburu di tengah kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi AS dan damai dagang yang semakin memanas.
Di tengah apresiasi pasar US Treasury, terjadi juga gejala inverted yield curve, yang mencerminkan kecenderungan investor untuk memburu tenor lebih panjang dibandingkan dengan tenor yang lebih pendek.
Lebih berminatnya investor pada tenor panjang membuat yield tenor panjang, dalam hal ini tenor 5 tahun, lebih rendah daripada tenor 2 tahun dan 3 tahun.
Yield tenor acuan US Treasury 2 tahun berada pada 2,79% dan 3 tahun pada 2,81%, lebih tinggi daripada yield 5 tahun pada 2,77%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 899,94 triliun SBN, atau 37,92% dari total beredar Rp 2.372 triliun berdasarkan data per 3 Desember.
Angka kepemilikannya masih negatif Rp 650 miliar dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, tetapi porsinya masih naik dari 37,85% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,5% menjadi 6.102 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 1,11% menjadi Rp 14.550 di hadapan tiap dolar AS, terburuk di Asia.
Penguatan dolar AS tidak seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,04% menjadi 97,027.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan dialami China, India, Rusia, Singapura, Thailand, dan Indonesia.
Di negara maju, Penguatan terjadi di Inggris dan Amerika Serikat.
Kondisi itu mencerminkan investor global sedang fokus pada instrumen obligasi dibandingkan dengan ekuitas seiring dengan kondisi damai dagang yang semakin mengeras dan memanas.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Tekanan di pasar US Treasury ditunjukkan oleh adanya kurva tingkat imbal hasil (yield) terbalik, atau yang biasa disebut inverted yield curve selama beberapa hari terakhir.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di mayoritas pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0075 bertenor 20 tahun yang menunjukkan kenaikan yield 12 basis poin (bps) menjadi 8,33%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain juga terkoreksi, yaitu seri 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun dengan kenaikan yield 5 bps, 3 bps, dan 5 bps menjadi 7,91%, 7,9%, dan 8,15%.
Yield Obligasi Negara Acuan 5 Dec 2018 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 5 Dec 2018 (%) | Yield 6 Dec 2018 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 5 Dec'18 |
FR0063 | 5 tahun | 7.857 | 7.91 | 5.30 | 7.8472 |
FR0064 | 10 tahun | 7.868 | 7.9 | 3.20 | 7.8996 |
FR0065 | 15 tahun | 8.096 | 8.15 | 5.40 | 8.1424 |
FR0075 | 20 tahun | 8.217 | 8.337 | 12.00 | 8.227 |
Avg movement | 6.47 |
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 500 bps, melebar dari posisi kemarin 495 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 2,89% dari posisi kemarin 2,91% karena US Treasury masih diburu di tengah kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi AS dan damai dagang yang semakin memanas.
Di tengah apresiasi pasar US Treasury, terjadi juga gejala inverted yield curve, yang mencerminkan kecenderungan investor untuk memburu tenor lebih panjang dibandingkan dengan tenor yang lebih pendek.
Lebih berminatnya investor pada tenor panjang membuat yield tenor panjang, dalam hal ini tenor 5 tahun, lebih rendah daripada tenor 2 tahun dan 3 tahun.
Yield tenor acuan US Treasury 2 tahun berada pada 2,79% dan 3 tahun pada 2,81%, lebih tinggi daripada yield 5 tahun pada 2,77%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 899,94 triliun SBN, atau 37,92% dari total beredar Rp 2.372 triliun berdasarkan data per 3 Desember.
Angka kepemilikannya masih negatif Rp 650 miliar dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, tetapi porsinya masih naik dari 37,85% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,5% menjadi 6.102 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 1,11% menjadi Rp 14.550 di hadapan tiap dolar AS, terburuk di Asia.
Penguatan dolar AS tidak seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,04% menjadi 97,027.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan dialami China, India, Rusia, Singapura, Thailand, dan Indonesia.
Di negara maju, Penguatan terjadi di Inggris dan Amerika Serikat.
Kondisi itu mencerminkan investor global sedang fokus pada instrumen obligasi dibandingkan dengan ekuitas seiring dengan kondisi damai dagang yang semakin mengeras dan memanas.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 5 Dec 2018 (%) | Yield 6 Dec 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 10.09 | 10.13 | 4.00 |
China | 3.345 | 3.32 | -2.50 |
Jerman | 0.259 | 0.276 | 1.70 |
Perancis | 0.671 | 0.682 | 1.10 |
Inggris | 1.323 | 1.308 | -1.50 |
India | 7.442 | 7.44 | -0.20 |
Italia | 3.074 | 3.078 | 0.40 |
Jepang | 0.072 | 0.054 | -1.80 |
Malaysia | 4.084 | 4.085 | 0.10 |
Filipina | 7.01 | 7.01 | 0.00 |
Rusia | 8.7 | 8.69 | -1.00 |
Singapura | 2.26 | 2.22 | -4.00 |
Thailand | 2.6 | 2.57 | -3.00 |
Turki | 16.35 | 16.25 | -10.00 |
Amerika Serikat | 2.915 | 2.892 | -2.30 |
Afrika Selatan | 8.975 | 8.975 | 0.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular