Sebelum masuk kesitu, perlu diketahui bahwa anjloknya bursa saham regional dipicu oleh indikasi resesi yang muncul di negara dengan perekonomian terbesar dunia yakni Amerika Serikat (AS).
Indikasi tersebut datang seiring dengan imbal hasil (
yield) obligasi jangka pendek yang lebih tinggi dari tenor yang lebih panjang.
Pada penutupan perdagangan hari Selasa (4/12/2018),
yield obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun berada di level 2,811% dan tenor 3 tahun berada di level 2,819%, lebih tinggi dibandingkan tenor 5 tahun yang sebesar 2,799%.
Pada perdagangan kemarin, pelaku pasar bisa bernafas lega lantaran bursa obligasi AS diliburkan guna menghormati pemakaman mantan Presiden AS George HW Bush yang meninggal beberapa hari yang lalu.
Sayangnya pada hari ini, risiko resesi masih kental terasa. Pada perdagangan hari ini,
yield obligasi tenor 2 (2,7967%) dan 3 tahun (2,8133%) masih lebih tinggi dibandingkan tenor 5 tahun (2,7803%).
Fenomena yang disebut sebagai
yield curve inversion ini memang merupakan sesuatu yang amat penting. Pasalnya, hal yang kini terjadi pada pasar obligasi AS mendahului 3 resesi terakhir yang dialaminya (1990, 2001, dan 2007).
(ank/hps)