Cuma Jatuh 0,32%, IHSG Jadi yang Terbaik di Asia

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 December 2018 17:06
Cuma Jatuh 0,32%, IHSG Jadi yang Terbaik di Asia
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Performa bursa saham dalam negeri pada hari ini patut diacungi jempol. Dibuka terkoreksi 0,9% ke level 6.097,64, IHSG kemudian meluncur turun hingga ke titik terendahnya di level 6.064,83 (-1,43%). Per akhir sesi 1, IHSG memperbaiki posisinya dengan pelemahan sebesar 0,47% ke level 6.123,97. Per akhir sesi 2, pelemahan IHSG menjadi kian tipis yakni sebesar 0,32% ke level 6.133,12.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 8,48 triliun dengan volume sebanyak 10 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 433.139 kali.

Performa IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga terkoreksi. Namun, pelemahan IHSG menjadi yang paling kecil, menempatkannya sebagai indeks saham dengan performa terbaik di kawasan Asia.



Positifnya rilis data ekonomi pada hari ini tak mampu berbicara banyak. Bursa saham kawasan regional tetap saja ditutup di zona merah.

Pada pagi hari ini, Nikkei Manufacturing PMI Singapura periode November 2018 diumumkan di level 53,8, lebih tinggi dibandingkan capaian bulan sebelumnya yang sebesar 52,6.

Kemudian di China, Caixin Composite PMI periode November 2018 diumumkan di level 51,9, mengalahkan capaian bulan sebelumnya yang sebesar 50,5. Caixin Service PMI periode yang sama diumumkan di level 53,8, juga mengalahkan capaian bulan sebelumnya yang sebesar 50,8.

Beralih ke Korea Selatan, posisi cadangan devisa per akhir November 2018 diumumkan sebanyak US$ 402,99 miliar, lebih tinggi dari capaian per akhir Oktober 2018 yang sebesar US$ 402,75 miliar.



Sayang, sentimen negatif yang membayangi perdagangan hari ini juga cukup banyak. Salah satu yang paling signifikan datang dari pergerakan imbal hasil (yield) obligasi terbitan pemerintah AS.

Pada penutupan perdagangan hari Selasa (4/12/2018), yield obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun berada di level 2,811% dan tenor 3 tahun berada di level 2,819%, lebih tinggi dibandingkan tenor 5 tahun yang sebesar 2,799%.

Fenomena yang disebut dengan yield curve inversion ini mengindikasikan adanya tekanan yang signifikan dalam perekonomian AS dalam waktu dekat, sehingga investor meminta yield lebih tinggi untuk obligasi bertenor pendek.

"Ada kekhawatiran karena terjadi inverted yield. Sebab, ini merupakan tanda-tanda awal terjadinya resesi," tegas Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services yang berbasis di Indiana, mengutip Reuters.

Sebagai informasi, resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan, seperti dilansir dari Investopedia. Sebuah perekonomian bisa dikatakan menglami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Menurut kami, peluang ekonomi AS untuk jatuh ke dalam jurang resesi masih terbilang kecil. Laju perekonomian disana masih panas. Pada kuartal-III 2018, perekonomian AS tumbuh sebesar 3,5% (QoQ annualized).

Namun tetap saja, pelaku pasar melihat akan ada tekanan yang menghampiri perekonomian Negeri Paman Sam dalam waktu dekat.

Kemudian, kini pelaku pasar mulai sadar bahwa AS dan China memang belum meneken kesepakatan apapun secara formal di bidang perdagangan. Masih banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum perang dagang bisa resmi diakhiri.

Sebelumnya, euforia damai dagang AS-China menghampiri bursa saham dunia, seiring dengan kesepakatan yang dicapai Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping kala bertemu di sela-sela KTT G-20 pada akhir pekan kemarin.

Adalah cuitan dari Trump yang membuat mata pelaku pasar terbuka.

"Kami akan mencoba menyelesaikan (negosiasi). Namun jika tidak, ingat bahwa saya adalah manusia bea masuk (Tariff Man)!," cuit Trump di Twitter pada hari Selasa waktu setempat (4/12/2018).



Rupiah yang babak belur ikut menyurutkan minat investor untuk masuk ke pasar saham tanah air. Hingga sore hari, rupiah melemah 0,74% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.390.

Dolar AS mendapatkan suntikan energi dari pernyataan Presiden The Federal Reserve New York John Williams.

"Saat saya berkaca ke belakang dan melihat ekonomi dalam kondisi yang kuat dan memiliki banyak momentum (pertumbuhan), maka kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut pada tahun depan masih masuk akal. Waktu untuk menentukan kapan harus menyesuaikan kebijakan tentu akan kami diskusikan," jelas Williams, dikutip dari Reuters.

"Kami memperhatikan dengan seksama sisi-sisi yang mengalami perlambatan atau tanda-tanda munculnya risiko. Namun perkiraan saya adalah tetap positif," tambah Williams.

Pernyataan ini menghapus pandangan bahwa The Fed mulai dovish. Williams menegaskan bahwa stance The Fed masih cenderung hawkish, setidaknya sampai tahun depan.

Dampak dari pelemahan rupiah bisa ditebak: saham-saham bank BUKU 4 menjadi bulan-bulanan investor.

Per akhir sesi 2, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 1,62%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 0,98%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 0,57%, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) turun 0,53%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 0,19%.

Sektor jasa keuangan membukukan pelemahan sebesar 0,67%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi pelemahan IHSG.



Investor asing tak bisa diharapkan untuk mendongkrak kinerja bursa saham tanah air. Hingga akhir perdagangan, dana senilai Rp 709,2 miiar dibawa keluar oleh investor asing dari pasar saham Indonesia.

5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 217,3 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 186,3 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 78,2 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 69,5 miliar), dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (Rp 64,8 miliar).

Sentimen negatif yang ada dijadikan alasan oleh investor asing untuk melakukan aksi ambil untung. Pada periode 29 Oktober-30 November, IHSG melesat hingga 4,69% dan dalam periode tersebut, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 11,25 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Tersengat Dampak Corona, IHSG Ambles Lebih 4%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular