Bank Kompak Naikkan Bunga Deposito, Perlukah di-Capping?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 December 2018 20:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Perbankan di tanah air saat ini sedang mengalami permasalahan ketatnya likuiditas. Melansir laporan Indikator Likuiditas periode November 2018 yang dipublikasikan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Loan-to-Deposit Ratio (LDR) perbankan per akhir September 2018 adalah sebesar 93,4%, jauh di atas posisi akhir 2017 yang sebesar 89,6%.
Tingginya LDR datang sebagai akibat dari kencangnya penyaluran kredit yang tak diimbangi oleh tambahan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang cukup. Hingga September 2018, penyaluran kredit tumbuh sebesar 12,7% YoY, sementara pertumbuhan DPK tipis saja di level 6,6% YoY.
Situasi ini berbalik dari yang terjadi pada tahun 2017. Hingga akhir September 2017, penyaluran kredit perbankan hanya tumbuh 8% YoY, sementara DPK melejit hingga 11,7% YoY.
Hal ini tentu menjadi pertanyaan. Pasalnya, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,17% YoY sepanjang 9 bulan pertama tahun ini, mengalahkan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 5,03% YoY. Masyarakat sebenarnya memiliki dana yang lebih banyak untuk disimpan di bank.
Hal ini memang benar adanya. Tapi, dana tersebut ternyata mengalir deras ke pasar obligasi. Sepanjang tahun ini, imbal hasil (yield) obligasi terbitan pemerintah Indonesia terus merangkak naik sehingga membuatnya lebih menarik di mata investor.
Mengalirnya dana nasabah ke pasar obligasi terlihat dari tertekannya jumlah rekening dengan dana di atas Rp 2 miliar hingga Rp 5 miliar. Pada akhir 2017, jumlahnya adalah sebanyak 162.825 rekening dengan nilai Rp 508,1 triliun. Pada Oktober 2018, jumlah rekening naik menjadi sebanyak 163.257 dan nilainya tumbuh 0,75% menjadi Rp 511,9 triliun, seperti dilansir dari laporan Distribusi Simpanan Bank Umum periode Oktober 2018 yang diterbitkan LPS.
Pertumbuhan ini melambat dibandingkan periode Desember 2016-Oktober 2017 yang sebesar 1,22%.
Untuk rekening dengan dana di atas Rp 5 miliar, per akhir 2017 jumlah rekeningnya adalah sebanyak 93.170 dengan nilai sebesar Rp 2.510 triliun. Per akhir Oktober 2018, jumlah rekening naik menjadi sebanyak 93.310 dan nilainya bertambah menjadi Rp 2.702 triliun (+7,65%).
Pertumbuhan ini juga melambat dibandingkan periode Desember 2016-Oktober 2017 yang sebesar 13,55%.
Tingginya LDR datang sebagai akibat dari kencangnya penyaluran kredit yang tak diimbangi oleh tambahan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang cukup. Hingga September 2018, penyaluran kredit tumbuh sebesar 12,7% YoY, sementara pertumbuhan DPK tipis saja di level 6,6% YoY.
Situasi ini berbalik dari yang terjadi pada tahun 2017. Hingga akhir September 2017, penyaluran kredit perbankan hanya tumbuh 8% YoY, sementara DPK melejit hingga 11,7% YoY.
Hal ini memang benar adanya. Tapi, dana tersebut ternyata mengalir deras ke pasar obligasi. Sepanjang tahun ini, imbal hasil (yield) obligasi terbitan pemerintah Indonesia terus merangkak naik sehingga membuatnya lebih menarik di mata investor.
Mengalirnya dana nasabah ke pasar obligasi terlihat dari tertekannya jumlah rekening dengan dana di atas Rp 2 miliar hingga Rp 5 miliar. Pada akhir 2017, jumlahnya adalah sebanyak 162.825 rekening dengan nilai Rp 508,1 triliun. Pada Oktober 2018, jumlah rekening naik menjadi sebanyak 163.257 dan nilainya tumbuh 0,75% menjadi Rp 511,9 triliun, seperti dilansir dari laporan Distribusi Simpanan Bank Umum periode Oktober 2018 yang diterbitkan LPS.
Pertumbuhan ini melambat dibandingkan periode Desember 2016-Oktober 2017 yang sebesar 1,22%.
Untuk rekening dengan dana di atas Rp 5 miliar, per akhir 2017 jumlah rekeningnya adalah sebanyak 93.170 dengan nilai sebesar Rp 2.510 triliun. Per akhir Oktober 2018, jumlah rekening naik menjadi sebanyak 93.310 dan nilainya bertambah menjadi Rp 2.702 triliun (+7,65%).
Pertumbuhan ini juga melambat dibandingkan periode Desember 2016-Oktober 2017 yang sebesar 13,55%.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular