Fitch: Prospek Bank di Indonesia Negatif, Asia-Pasifik Stabil
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
04 December 2018 13:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat global Fitch Ratings menurunkan prospek (outlook) peringkat utang perbankan Indonesia, Hong Kong, dan Singapura menjadi negatif dari sebelumnya stabil, dan secara umum masih menetapkan prospek yang stabil bagi perbankan di Asia-Pasifik untuk periode 2019.
Stabilnya perbankan regional tersebut diberikan meskipun faktor-faktor pendorong dari angin buritan (tailwind) sudah mereda di regional tersebut dan sebagian besar negara saat ini sedang menghadapi prospek yang lebih negatif dibanding setahun yang lalu.
Prospek untuk Hong Kong, Singapura, dan Indonesia direvisi menjadi negatif dari stabil, sedangkan prospek Selandia Baru dinaikkan menjadi stabil dari negatif.
Tensi dagang yang meningkat, kenaikan suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi China yang melambat masih menjadi faktor kunci yang dapat menguji kualitas aset perbankan, mengetatnya aturan, diwajibkannya kepatuhan dan akuntansi dapat menekan beban dan menguji strategi di beberapa negara.
Mengetatnya aturan, kapitalisasi bank yang lemah akan menahan tingkat penyaluran kredit di China dan India.
Prospek negatif masih disematkan Fitch pada China dan India serta Australia dan Sri Lanka.
Prospek untuk sembilan negara lain masih tetap stabil.
Pertumbuhan kredit domestik diprediksi akan melambat di negara maju, seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang melemah, tingkat utang (leverage) swasta yang tinggi, dan mendinginnya pasar properti akan membebani permintaan kredit.
Karena itu, perbankan mengejar pertumbuhan dari negara berkembang, terutama pasar di mana prospek sektoralnya negatif, tetapi dapat berujung pada tekanan peringkat jika risiko itu tidak ditutup oleh bantalan penyerapan rugi (loss-absorption buffers).
Fitch juga memprediksi pertumbuhan kredit akan lebih memiliki ketahanan di negara berkembang, karena level tingginya investasi- termasuk inisiatif pemerintah unutk meningkatkan infrastruktur-akan mendukung permintaan terhadap pendanaan bank.
Kualitas aset kemungkinan akan melemah tipis di beberapa negara, meningkatkan beban kredit, karena naiknya suku bunga dan pertumbuhan ekonomi yang melambat akan memberi tekanan pada perbankan.
Beban utang yang naik juga terjadi dalam jumlah besar di Indonesia dan Filipina, yang baru diterjang volatilitas pasar global.
Secara kontras, beban kredit juga kemungkinan turun signifikan di India dan Mongolia, di mana kajian terhadap kualitas aset sudah selesai dan perbankan sudah beralih ke resolusi terhadap portofolio warisan (legacy portfolios).
"Sektor properti menjadi risiko utama bagi sebagian besar negara, terutama di Australia dan Hong Kong, tetapi kami tidak memperdiksi adanya penurunan tajam dan sebagian besar sistem perbankan sudah memiliki bemper untuk menyerap aset yang dianggap sudah stress," ujar Fitch Rating dalam keterangan resminya, Selasa (4/12/2018).
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(irv/roy) Next Article 10 Perusahaan Penerbit Obligasi Berpotensi Turun Peringkat
Stabilnya perbankan regional tersebut diberikan meskipun faktor-faktor pendorong dari angin buritan (tailwind) sudah mereda di regional tersebut dan sebagian besar negara saat ini sedang menghadapi prospek yang lebih negatif dibanding setahun yang lalu.
Prospek untuk Hong Kong, Singapura, dan Indonesia direvisi menjadi negatif dari stabil, sedangkan prospek Selandia Baru dinaikkan menjadi stabil dari negatif.
Prospek negatif masih disematkan Fitch pada China dan India serta Australia dan Sri Lanka.
Prospek untuk sembilan negara lain masih tetap stabil.
Pertumbuhan kredit domestik diprediksi akan melambat di negara maju, seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang melemah, tingkat utang (leverage) swasta yang tinggi, dan mendinginnya pasar properti akan membebani permintaan kredit.
Karena itu, perbankan mengejar pertumbuhan dari negara berkembang, terutama pasar di mana prospek sektoralnya negatif, tetapi dapat berujung pada tekanan peringkat jika risiko itu tidak ditutup oleh bantalan penyerapan rugi (loss-absorption buffers).
Fitch juga memprediksi pertumbuhan kredit akan lebih memiliki ketahanan di negara berkembang, karena level tingginya investasi- termasuk inisiatif pemerintah unutk meningkatkan infrastruktur-akan mendukung permintaan terhadap pendanaan bank.
Kualitas aset kemungkinan akan melemah tipis di beberapa negara, meningkatkan beban kredit, karena naiknya suku bunga dan pertumbuhan ekonomi yang melambat akan memberi tekanan pada perbankan.
Beban utang yang naik juga terjadi dalam jumlah besar di Indonesia dan Filipina, yang baru diterjang volatilitas pasar global.
Secara kontras, beban kredit juga kemungkinan turun signifikan di India dan Mongolia, di mana kajian terhadap kualitas aset sudah selesai dan perbankan sudah beralih ke resolusi terhadap portofolio warisan (legacy portfolios).
"Sektor properti menjadi risiko utama bagi sebagian besar negara, terutama di Australia dan Hong Kong, tetapi kami tidak memperdiksi adanya penurunan tajam dan sebagian besar sistem perbankan sudah memiliki bemper untuk menyerap aset yang dianggap sudah stress," ujar Fitch Rating dalam keterangan resminya, Selasa (4/12/2018).
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(irv/roy) Next Article 10 Perusahaan Penerbit Obligasi Berpotensi Turun Peringkat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular