
Reli Pasar Obligasi Berlanjut, Dipengaruhi Damai Dagang
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
04 December 2018 11:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas seri acuan obligasi rupiah pemerintah menguat pada awal perdagangan hari ini akibat masih positifnya iklim investasi akibat damai dagang Amerika Serikat-China.
Kenaikan harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang dan negara maju.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri SUN yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah seri FR0063 bertenor 5 tahun, yang mengalami penurunan yield sebesar 4,7 basis poin (bps) menjadi 7,87%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain yaitu seri 10 tahun dan 15 tahun juga menguat, dengan penurunan yield sebesar 0,8 bps dan 3,5 bps menjadi 7,82% dan 8,04%.
Di sisi lain, seri 20 tahun masih mengalami koreksi.
Selain sentimen positif dari damai dagang, suksesnya penerbitan obligasi dolar AS pemerintah senilai US$ 3 miliar juga menambah keyakinan pasar terhadap minat investor asing terhadap instrumen utang yang diterbitkan Indonesia.
Yield Obligasi Negara Acuan 3 Dec 2018
Sumber: Refinitiv
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 488 bps, melebar dari posisi kemarin 479 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,9% dari posisi kemarin 3,04%. Turunnya yield sudah membuat yield seri acuan tersebut berada di level terendah sejak 14 September.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, kepemilikan obligasi pemerintah oleh investor asing menembus rekor tertinggi Rp 900,59 triliun pada akhir November.
Nilai kepemilikan tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang masa, meskipun dari sisi persentase nilainya belum menembus rekor tertinggi pada akhir Januari 2018.
Tingginya kepemilikan itu menunjukkan minat investor asing yang masih terus tinggi dan akhirnya masuk ke pasar SBN.
Naiknya kepemilikan asing tersebut seiring dengan naiknya jumlah SBN yang diterbitkan pemerintah, yaitu sebesar 13,46% menjadi Rp 2.379 triliun per November, dari Rp 2.099 triliun per akhir 2017.
Dari sisi persentase, nilai kepemilikan Rp 900,59 triliun itu setara dengan 37,85% dari total beredar Rp 2.379 triliun tadi.
Rekor porsi tertinggi asing masih digenggam pada 41,48% atau senilai Rp 873,81 triliun dari total beredar Rp 2.106 triliun pada 29 Januari 2018.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 36,27 triliun dibanding posisi akhir Oktober Rp 864,32 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 36,93% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas, tetapi tidak di pasar spot valas.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,32% menjadi 6.136 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah -0,32% menjadi Rp 14.280 di hadapan tiap dolar AS.
Penguatan dolar AS tidak seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah -0,25% menjadi 96,801.
Dari pasar surat utang negara berkembang, mayoritas masih menguat yaitu di China, India, Malaysia, Rusia, Singapura, Thailand, dan Indonesia, sedangkan pasar Brasil, Filipina, dan Afrika Selatan masih terkoreksi.
Penguatan juga dialami pasar obligasi negara maju, yaitu di Jerman, Perancis, Inggris, Jepang, dan Amerika Serikat, sehingga mengindikasikan pelaku pasar sedang memburu instrumen investasi utang di tengah euforia damai dagang.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Kenaikan harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang dan negara maju.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri SUN yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah seri FR0063 bertenor 5 tahun, yang mengalami penurunan yield sebesar 4,7 basis poin (bps) menjadi 7,87%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain yaitu seri 10 tahun dan 15 tahun juga menguat, dengan penurunan yield sebesar 0,8 bps dan 3,5 bps menjadi 7,82% dan 8,04%.
Di sisi lain, seri 20 tahun masih mengalami koreksi.
Selain sentimen positif dari damai dagang, suksesnya penerbitan obligasi dolar AS pemerintah senilai US$ 3 miliar juga menambah keyakinan pasar terhadap minat investor asing terhadap instrumen utang yang diterbitkan Indonesia.
Yield Obligasi Negara Acuan 3 Dec 2018
Seri | Benchmark | Yield 3 Dec 2018 (%) | Yield 4 Dec 2018 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 3 Dec'18 |
FR0063 | 5 tahun | 7.834 | 7.787 | -4.70 | 7.7118 |
FR0064 | 10 tahun | 7.833 | 7.825 | -0.80 | 7.7649 |
FR0065 | 15 tahun | 8.084 | 8.049 | -3.50 | 8.013 |
FR0075 | 20 tahun | 8.143 | 8.148 | 0.50 | 8.1126 |
Avg movement | -2.13 |
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 488 bps, melebar dari posisi kemarin 479 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,9% dari posisi kemarin 3,04%. Turunnya yield sudah membuat yield seri acuan tersebut berada di level terendah sejak 14 September.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, kepemilikan obligasi pemerintah oleh investor asing menembus rekor tertinggi Rp 900,59 triliun pada akhir November.
Nilai kepemilikan tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang masa, meskipun dari sisi persentase nilainya belum menembus rekor tertinggi pada akhir Januari 2018.
Tingginya kepemilikan itu menunjukkan minat investor asing yang masih terus tinggi dan akhirnya masuk ke pasar SBN.
Naiknya kepemilikan asing tersebut seiring dengan naiknya jumlah SBN yang diterbitkan pemerintah, yaitu sebesar 13,46% menjadi Rp 2.379 triliun per November, dari Rp 2.099 triliun per akhir 2017.
Dari sisi persentase, nilai kepemilikan Rp 900,59 triliun itu setara dengan 37,85% dari total beredar Rp 2.379 triliun tadi.
Rekor porsi tertinggi asing masih digenggam pada 41,48% atau senilai Rp 873,81 triliun dari total beredar Rp 2.106 triliun pada 29 Januari 2018.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 36,27 triliun dibanding posisi akhir Oktober Rp 864,32 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 36,93% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas, tetapi tidak di pasar spot valas.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,32% menjadi 6.136 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah -0,32% menjadi Rp 14.280 di hadapan tiap dolar AS.
Penguatan dolar AS tidak seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah -0,25% menjadi 96,801.
Dari pasar surat utang negara berkembang, mayoritas masih menguat yaitu di China, India, Malaysia, Rusia, Singapura, Thailand, dan Indonesia, sedangkan pasar Brasil, Filipina, dan Afrika Selatan masih terkoreksi.
Penguatan juga dialami pasar obligasi negara maju, yaitu di Jerman, Perancis, Inggris, Jepang, dan Amerika Serikat, sehingga mengindikasikan pelaku pasar sedang memburu instrumen investasi utang di tengah euforia damai dagang.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 3 Dec 2018 (%) | Yield 4 Dec 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.93 | 10 | 7.00 |
China | 3.397 | 3.37 | -2.70 |
Jerman | 0.327 | 0.3 | -2.70 |
Perancis | 0.702 | 0.688 | -1.40 |
Inggris | 1.358 | 1.315 | -4.30 |
India | 7.617 | 7.604 | -1.30 |
Italia | 3.151 | 3.141 | -1.00 |
Jepang | 0.086 | 0.076 | -1.00 |
Malaysia | 4.113 | 4.1 | -1.30 |
Filipina | 7.035 | 7.055 | 2.00 |
Rusia | 8.64 | 8.61 | -3.00 |
Singapura | 2.392 | 2.339 | -5.30 |
Thailand | 2.65 | 2.62 | -3.00 |
Turki | 16.2 | 16.08 | -12.00 |
Amerika Serikat | 3.041 | 2.944 | -9.70 |
Afrika Selatan | 8.885 | 8.91 | 2.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular