Menguat 1,6%, Rupiah Jadi Juara Asia Sepekan Ini!

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
01 December 2018 12:43
Harga Minyak Masih Dalam Tekanan, Jadi Berkah Bagi Rupiah
Foto: Reuters
Dalam sepekan terakhir, harga minyak jenis brent masih tercatat melemah sebesar 0,15%. Artinya, sudah delapan pekan berturut-turut, performa mingguan harga minyak membukukan hasil yang negatif.

Di sepanjang bulan November 2018, harga si emas hitam malah sudah amblas 22% lebih. Pertengahan pekan ini, harga minyak brent juga anjlok ke level terendahnya dalam 1 tahun lebih, atau sejak Oktober 2017.



Fundamental harga minyak mentah sejatinya memang amat rentan. US Energy Information Administration (EIA) melaporkan produksi minyak mentah AS stabil di angka 11,7 juta barel/hari pada pekan lalu. Capaian itu merupakam yang tertinggi di sepanjang sejarah Negeri Paman Sam.

Kemudian, produksi minyak Arab Saudi pada November mencapai 11,1-11,3 juta barel/hari. Capaian itu merupakan rekor tertinggi di sepanjang sejarah Negeri Padang Pasir.

Sementara dari Russia, produksi minyak mentah juga telah meningkat ke rekor tertinggi sejak era post-Uni Soviet, yakni ke level 11,41 juta barel/hari pada Oktober. Jumlah itu naik dari 11,36 juta barel/hari pada bulan September.

Kini tiga produsen minyak terbesar dunia itu sama-sama mencetak rekor produksi tertinggi. Jelas hal tersebut merupakan sinyal bahwa pasokan minyak mentah dunia memang sedang membanjir.

Kala pasokan sedang banyak-banyaknya, permintaan justru diekspektasikan lesu. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi dunia pada 2018 dan 2019 tumbuh 3,7%. Melambat dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 3,9%.

Perang dagang AS vs China masih menjadi faktor penyebab perlambatan ekonomi global. Kala dua kekuatan ekonomi terbesar dunia saling hambat dalam perdagangan, maka rantai pasok global akan terpengaruh. Pertumbuhan ekonomi pun menjadi taruhannya.

Saat ekonomi global melambat, maka permintaan energi juga akan berkurang. Kala permintaan menurun tapi pasokan membanjir, jelas kondisi pasar akan mengalami oversupply. Tak pelak, harga minya pun tertekan hebat.

Bagi rupiah, penurunan harga minyak adalah berkah. Jatuhnya harga minyak akan membuat biaya impor migas ikut berkurang. Artinya defisit transaksi berjalan (current account/CAD) bisa semakin tipis dan ini sangat berpengaruh positif terhadap kinerja rupiah.

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


(RHG/prm)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular