
Internasional
Krisis Neraca Pembayaran, Rupee Pakistan Anjlok
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
30 November 2018 18:52

Karachi, CNBC Indonesia - Mata uang Pakistan anjlok hampir 5% ke rekor terendah, Jumat (30/11/2018), setelah peristiwa yang diduga sebagai devaluasi keenam oleh bank sentral dalam setahun terakhir saat negara itu bergulat dengan krisis neraca pembayaran yang akut.
Mata uang itu merosot menjadi 143 rupee terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hanya sehari setelah pemerintahan Perdana Menteri Imran Khan merayakan 100 hari jabatannya dengan konferensi pers tentang pencapaiannya yang disiarkan di televisi.
Bank Negara Pakistan telah secara tidak langsung mendevaluasi unit yang dikelola negara beberapa kali sebagai upayanya untuk mempersempit defisit neraca pembayaran yang sangat besar.
Namun para pelaku pasar semakin khawatir karena baik Khan maupun Menteri Keuangan Asad Umar belum juga membuat rencana komprehensif untuk mengatasi kesulitan ekonomi negara itu lebih dari seminggu setelah negosiasi dengan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund / IMF) berakhir tanpa kesepakatan bailout yang sangat dibutuhkan.
Asad telah meluncurkan dorongan penghematan yang dipublikasikan sejak dilantik, termasuk melelang kendaraan mewah dan kerbau milik pemerintah selain mencari pinjaman dari "negara sahabat" dan membuat tawaran kepada IMF.
"Pasar kecewa karena melihat tidak ada arah yang jelas dari pemerintah mengenai cara mendapatkan pinjaman dari IMF atau kebijakan perpajakan selama sisa masa jabatannya," kata Hamad Iqbal, direktur penelitian di Elixir Securities, dilansir dari AFP.
Rupee telah kehilangan sekitar sepertiga dari nilainya sejak awal tahun 2018 karena Pakistan berjuang menghadapi inflasi kronis saat negara ini "membakar" cadangan mata uang asingnya yang makin menipis, yang turun sekitar 40% tahun ini.
Pakistan mendapatkan dana US$6 miliar (Rp 85 triliun) dari Arab Saudi dan mendapat perpanjangan napas berupa uang tunai untuk 12 bulan dalam kunjungan Khan ke kerajaan pada Oktober.
Meskipun telah mendapatkan kesepakatan bantuan dari Arab, kementerian keuangan mengatakan Pakistan masih akan mencari dukungan IMF yang lebih luas untuk perencanaan ekonomi jangka panjang pemerintah.
Dengan pembicaraan bersama IMF yang masih berlangsung, pemerintahan baru Khan juga mencari berbagai cara untuk mendorong perekonomiannya yang sedang berjuang. Pakistan telah menjadi peminjam reguler dari IMF sejak 1980-an.
Islamabad telah menerima miliaran dolar pinjaman China untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur yang ambisius. Tetapi AS, yang merupakan salah satu donor terbesar IMF, khawatir Pakistan akan menggunakan uang bailout untuk melunasi utangnya ke Beijing.
Perkiraan IMF dan Bank Dunia menunjukkan ekonomi Pakistan kemungkinan akan tumbuh 4% hingga 4,5% untuk tahun fiskal tahun yang berakhir Juni 2019 dibandingkan dengan pertumbuhan 5,8% pada tahun fiskal lalu.
(prm) Next Article Nasib Mata Uang BRICS: Dulu Disayang, Kini Ditendang
Mata uang itu merosot menjadi 143 rupee terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hanya sehari setelah pemerintahan Perdana Menteri Imran Khan merayakan 100 hari jabatannya dengan konferensi pers tentang pencapaiannya yang disiarkan di televisi.
Bank Negara Pakistan telah secara tidak langsung mendevaluasi unit yang dikelola negara beberapa kali sebagai upayanya untuk mempersempit defisit neraca pembayaran yang sangat besar.
Asad telah meluncurkan dorongan penghematan yang dipublikasikan sejak dilantik, termasuk melelang kendaraan mewah dan kerbau milik pemerintah selain mencari pinjaman dari "negara sahabat" dan membuat tawaran kepada IMF.
"Pasar kecewa karena melihat tidak ada arah yang jelas dari pemerintah mengenai cara mendapatkan pinjaman dari IMF atau kebijakan perpajakan selama sisa masa jabatannya," kata Hamad Iqbal, direktur penelitian di Elixir Securities, dilansir dari AFP.
![]() |
Pakistan mendapatkan dana US$6 miliar (Rp 85 triliun) dari Arab Saudi dan mendapat perpanjangan napas berupa uang tunai untuk 12 bulan dalam kunjungan Khan ke kerajaan pada Oktober.
Meskipun telah mendapatkan kesepakatan bantuan dari Arab, kementerian keuangan mengatakan Pakistan masih akan mencari dukungan IMF yang lebih luas untuk perencanaan ekonomi jangka panjang pemerintah.
Dengan pembicaraan bersama IMF yang masih berlangsung, pemerintahan baru Khan juga mencari berbagai cara untuk mendorong perekonomiannya yang sedang berjuang. Pakistan telah menjadi peminjam reguler dari IMF sejak 1980-an.
Islamabad telah menerima miliaran dolar pinjaman China untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur yang ambisius. Tetapi AS, yang merupakan salah satu donor terbesar IMF, khawatir Pakistan akan menggunakan uang bailout untuk melunasi utangnya ke Beijing.
Perkiraan IMF dan Bank Dunia menunjukkan ekonomi Pakistan kemungkinan akan tumbuh 4% hingga 4,5% untuk tahun fiskal tahun yang berakhir Juni 2019 dibandingkan dengan pertumbuhan 5,8% pada tahun fiskal lalu.
(prm) Next Article Nasib Mata Uang BRICS: Dulu Disayang, Kini Ditendang
Most Popular