Aura Damai Dagang Terasa, Harga Batu Bara Stabil

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
29 November 2018 13:05
Harga batu bara Newcastle tidak mengalami perubahan pada penutupan perdagangan hari Rabu (28/11/2018), stabil di level US$ 101,55/ Metrik Ton (MT).
Foto: Istimewa
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga batu bara Newcastle kontrak acuan tidak mengalami perubahan pada penutupan perdagangan hari Rabu (28/11/2018), stabil di level US$ 101,55/ Metrik Ton (MT).

Meski demikian, harga si batu hitam masih dekat dengan level terendahnya nyaris dalam 7 bulan terakhir, yang dicapai pada awal pekan lalu. Sentimen positif dan negatif memang cenderung tarik menarik harga batu bara.

Sentimen positif datang dari aura perdamaian dagang antara Amerika Serikat (AS)-China, sementara sentimen negatif datang dari permintaan yang lesu plus pembatasan impor di Negeri Tirai Bambu.



Sejumlah sentimen negatif sejatinya masih menjadi pemberat harga komoditas ini. Meski sudah memasuki musim dingin, tingkat konsumsi batu bara masih cukup lemah di Negeri Tirai Bambu.

Hal ini dipertegas dengan stok batu bara yang memang masih berada di level yang tinggi. Menurut data China Coal Resource, stok batu bara pada 6 pembangkit listrik utama China meningkat dalam 7 pekan secara berturut-turut, ke level tertingginya sejak Januari 2015.

Teranyar, stoknya meningkat 0,51% secara mingguan (week-to-week/WtW) ke level 17,51 juta ton, dalam sepekan hingga tanggal 23 November 2018.

Lemahnya konsumsi di Negeri Tirai Bambu juga nampaknya tidak lepas dari musim dingin yang memang lebih hangat dari biasanya. Sebelumnya, China's National Climate Center memroyeksikan bahwa musim dingin yang saat ini melanda dataran China akan lebih hangat dari biasanya.

Saat musim dingin ternyata tidak seekstrim yang diperkirakan, kebutuhan listrik untuk pemanas ruangan pun akan lemah. Alhasil, konsumsi batu bara di pembangkit listrik pun tidak akan sekencang yang diperkirakan sebelumnya.

Faktor negatif juga datang dari pemerintah China yang memutuskan untuk membatasi impor batu bara di sepanjang tahun 2018. Mengutip laporan dari Shanghai Securities News, seperti dilansir dari Reuters, impor batu bara di tahun ini ditetapkan tidak boleh melebihi volume impor pada tahun 2017.

Mengutip Bloomberg News, komisi perencanaan pembangunan China (National Development and Reform Comission/NDRC) telah memerintahkan sejumlah pelabuhan utama untuk menghentikan izin impor batu bara, mengutip sumber yang familiar dengan isu ini.

Hanya pembangkit listrik yang amat membutuhkan batu bara (untuk memastikan pasokan listrik di musim dingin), yang dapat mengajukan keringanan ke NDRC.   

Kebijakan ini dilakukan pemerintah China dalam rangka menjaga harga batu bara domestik tetap tinggi hingga akhir tahun ini. Selain itu, kondisi stok yang berlebih di China juga menjadi alasan pemerintah untuk membatasi impor batu bara.

Dengan pembatasan itu, volume impor batu bara China di November-Desember 2018 diramal turun sebesar 25-35 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya, mengutip Reuters. Padahal, pada periode Januari-Oktober 2018, volume impor China masih tercatat naik 11% secara tahunan (year-on-year/YoY).

Sebagai catatan, China adalah konsumen utama batu bara dunia, mencapai 1.892,6 MT pada 2017 atau 51% dari total permintaan dunia. Satu negara menguasai lebih dari separuh permintaan global. Penurunan permintaan impor China akan sangat memengaruhi pergerakan harga batu bara dunia.

Meski demikian, kejatuhan harga batu bara tertahan oleh optimisme pelaku pasar pada hasil pertemuan G20 di Buenos Aires pada 30 November dan 1 Desember. Pada pertemuan tersebut, Washington dan Beijing diharapkan akan membicarakan konflik dagang yang terjadi di antara mereka.

Perkembangan teranyar, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence 'Larry' Kudlow menyatakan bahwa optimisme merebak jelang pertemuan Trump-Xi di Argentina. Ada kemungkinan Washington dan Beijing akan mencapai kesepakatan yang signifikan.

"Ada kemungkinan yang cukup besar kami akan mencapai kesepakatan. Beliau (Trump) terbuka untuk itu," kata Kudlow, mengutip Reuters.

Pernyataan Kudlow melegakan pelaku pasar. Masih ada harapan Trump melunak dan bisa sepaham dengan China untuk mengakhiri perang dagang. Hal ini menjadi sentimen positif bahwa ekonomi China akan membaik ke depannya. Alhasil, permintaan batu bara Negeri Panda diekspektasikan bisa pulih.

(TIM RISET CNBC INDONESIA)

(RHG/gus) Next Article Pasokan dari Negara Produsen Seret, Harga Batu Bara Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular