The Fed + Profit Taking = Rupiah Terlemah Kedua di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 November 2018 12:40
The Fed + Profit Taking = Rupiah Terlemah Kedua di Asia
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah hingga tengah hari ini. Namun ada sedikit kabar baik, pelemahan rupiah tidak (atau belum, siapa yang tahu) menjadi-jadi. 

Pada Rabu (28/11/2018) pukul 12:01 WIB, US$ 1 di pasar spot sama dengan Rp 14.526. Rupiah melemah 0,11% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah kurang dinamis hari ini. Rupiah memang melemah, tetapi dalam rentang yang terbatas.  


Berikut pergerakan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah hingga pukul 12:02 WIB: 



Rupiah tidak sendirian karena sebagian besar mata uang Asia juga melemah di hadapan greenback. Yuan China, yen Jepang, ringgit Malaysia, peso Filpina, dan dolar Singapura semuanya melemah. 

Namun koreksi 0,11% sudah cukup menjadikan rupiah sebagai mata uang dengan pelemahan terdalam kedua di Asia. Rupiah hanya lebih baik dari ringgit. 


Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Benua Kuning pada pukul 12:07 WIB: 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dolar AS memang sedang sulit dilawan, karena menguat secara global. Pada pukul 12:09 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) masih menguat meski tipis di 0,01%. 

Investor memilih dolar AS selagi menunggu dua momen penting yang melibatkan The Federal Reserve/The Fed. Pertama adalah pidato Jerome 'Jay' Powell, Gubernur The Fed, dalam acara The Federal Reserve's Framework for Monitoring Financial Stability di New York. 

Pelaku pasar ingin mencari petunjuk langsung dari sang The Fed-1 mengenai arah kebijakan moneter ke depan. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan tiga kali pada 2019. Namun untuk kenaikan ketiga, suara pelaku pasar masih terbelah sehingga masih ada kemungkinan Federal Funds Rate hanya naik dua kali. 

Selain mencari petunjuk dari pidato Powell, pelaku pasar juga mencermati momen kedua yaitu notulensi hasil rapat (minutes of meeting) The Fed edisi November 2018. Komite pengambil kebijakan The Fed, Federal Open Market Committee (FOMC), memang memutuskan suku bunga acuan ditahan 2-2,25%. Akan tetapi, ya itu tadi, investor ingin mencari kejelasan soal arah kebijakan moneter pada 2019. 

Sembari menantikan dua momen tersebut, investor condong merapat ke dolar AS. Mata uang negara-negara berkembang mengalami tekanan jual, termasuk rupiah. 

Sementara dari dalam negeri, ada juga sentimen yang membebani rupiah. Harus diakui bahwa penguatan rupiah akhir-akhir ini sudah cukup tajam. Dalam sebulan terakhir, rupiah menguat 4,53%.   

 

Penguatan ini mungkin dirasakan oleh beberapa investor sudah cukup tajam. Hasilnya adalah pelaku pasar mulai mencairkan keuntungan yang sudah didapat dalam sebulan ini. Rupiah pun mengalami tekanan jual akibat aksi profit taking.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular