Mau di Kurs Acuan, di Pasar Spot, Rupiah Sama-sama Lemah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 November 2018 10:38
Mau di Kurs Acuan, di Pasar Spot, Rupiah Sama-sama Lemah
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan akhirnya melemah. Pelemahan ini memutus rantai penguatan yang terjadi dalam 4 hari perdagangan terakhir. 

Pada Rabu (28/11/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.535. Rupiah melemah 0,21% dibandingkan posisi hari sebelumnya. 

Pelemahan ini membuat penguatan rupiah di kurs acuan yang sudah berlangsung selama 4 hari perdagangan terhenti. Dalam periode penguatan tersebut, rupiah terapresiasi 0,78%. 

Namun sejak awal tahun, rupiah masih anjlok 7,33% di kurs acuan. Sementara selama setahun terakhir, depresiasi rupiah mencapai 7,45%. 

 

Di pasar spot, nasib rupiah tidak jauh berbeda. Pada pukul 10:09 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.525 di mana rupiah melemah 0,1%. 

Sejak pembukaan, rupiah sudah melemah 0,1%. Depresiasi rupiah sempat lebih dalam, tetapi kemudian berangsur menipis dan kembali ke posisi pembukaan. 


Di Asia, dolar AS bergerak variatif cenderung menguat. Selain rupiah, mata uang yang melemah di hadapan greenback adalah yuan China, dolar Hong Kong, yen jepang, ringgit Malaysia, dan peso Filipina. 

Depresiasi 0,1% sudah cukup untuk membawa rupiah menjadi mata uang terlemah kedua di Asia. Rupiah hanya lebih beruntung dibandingkan ringgit. 


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:13 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Tidak hanya di Asia, dolar AS memang sedang menguat secara global. Pada pukul 10:15 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) masih menguat 0,01%. 

Investor menantikan pidato Jerome 'Jay' Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed, dalam acara The Federal Reserve's Framework for Monitoring Financial Stability di New York. Sebelumnya, Wakil Gubernur The Fed Richard Clarida memberi komentar yang bernada hati-hati seputar prospek kenaikan suku bunga acuan ke depan. 


"Dalam tahapan siklus suku bunga seperti sekarang, saya meyakini akan sangat penting untuk melihat berbagai data. Risiko semakin simetris," tutur Clarida, dikutip dari Reuters. 

Kalimat-kalimat tersebut bisa diartikan bahwa The Fed akan sangat berhati-hati dalam menaikkan Federal Funds Rate. Agresivitas kenaikan suku bunga menjadi penuh tanda tanya. Apakah The Fed masih akan menaikkan suku bunga tiga kali pada 2019, atau bisa kurang dari itu?   

Namun investor masih yakin bahwa Powell akan menegaskan kembali bahwa kenaikan suku bunga secara bertahap adalah kebijakan yang masuk akan untuk ditempuh. Pasalnya, secara umum ekonomi Negeri Paman Sam masih ekspansif sehingga perlu 'dikawal' agar tidak terjadi overheating

Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin pada rapat 19 Desember adalah 79,2%. Naik dibandingkan seminggu lalu yaitu 72,3%. Oleh karena itu, dolar AS mendapat energi untuk menguat pada hari ini.  

Kenaikan suku bunga acuan akan menaikkan imbalan berinvestasi di AS sehingga semakin menarik. Arus modal pun kembali tersedot ke Negeri Adidaya dan menguatkan greenback di hadapan berbagai mata uang, termasuk rupiah.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular