Jadi Perhatian Jokowi, Harga Karet Merangkak Naik

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
26 November 2018 16:57
Harga karet kontrak acuan di Tokyo Commodity Exchange (TOCOM) tercatat naik 0,32% ke JPY 155,2/kg pada  perdagangan hari ini Senin (26/11/2018).
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga karet kontrak acuan di Tokyo Commodity Exchange (TOCOM) tercatat naik 0,32% ke JPY 155,2/kg pada perdagangan hari ini Senin (26/11/2018).

Dengan pergerakan itu, harga karet sudah menguat dua hari beruntun sejak akhir pekan lalu. Padahal, sebelumnya harga karet sudah melemah selama 5 hari berturut-turut. Meski demikian, di sepanjang tahun 2018 (year-to-date/YTD) masih tercatat ambrol di kisaran 25%.



Harga karet sejatinya memang masih diselimuti oleh sentimen negatif perang dagang Amerika Serikat (AS)-China. Akibatnya, kisruh dagang ini semakin menekan pertumbuhan ekonomi dunia yang berdampak buruk pada konsumsi karet alam secara keseluruhan.

Sebagai pemain utama di perang dagang AS-China, ekonomi Negeri Panda menjadi salah satu yang terdampak cukup parah. Padahal, China mengkonsumsi 5,39 juta ton karet alam di tahun 2017, mencapai 40% dari total konsumsi dunia.

Akibat perlambatan ekonominya, konsumsi karet alam di Beijing tercatat turun 3,4% secara tahunan (year-on-year/YoY) di periode Januari-September 2018.

Selain panasnya perang dagang, konsumsi karet China juga dipengaruhi oleh industri ban otomotif yang sedang terpuruk akibat depresiasi mata uang Negeri Tira Bambu. Di sepanjang tahun 2018, yuan China memang sudah melemah nyaris 7% terhadap dolar AS di pasar spot.

Pelemahan yuan China membuat impor bahan baku (termasuk karet) akan semakin mahal, sehingga memaksa industri ban otomotif untuk menekan produksinya. Hal ini lantas sukses menekan harga karet lebih jauh di tahun ini.  

Meski demikian, pada hari ini, harga karet mendapatkan energi dari kebijakan yang diterapkan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Kebijakan tersebut adalah dengan memerintahkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat membeli karet dari kebun rakyat untuk pengaspalan jalan.

Jokowi mengemukakan sebulan lalu dirinya telah memerintahkan kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono agar memulai pelaksanaan inisiatif tersebut.

BACA: Jokowi Resah Karena Harga Karet Memang Anjlok Parah

"Ini sebentar lagi yang di Sumsel ini kita akan beli langsung dari petani dari koperasi untuk beli getah karetnya, dibeli langsung oleh Menteri PUPR, harganya Rp 7.500-Rp 8.000," kata Presiden, dikutip dari siaran pers, Senin (26/11/2018).

Dengan kebijakan ini, diharapkan produksi karet dalam negeri masih akan terserap, meski permintaan ekspor sebenarnya cenderung loyo. Stok karet di Indonesia pun tidak akan melambung, sehingga tidak semakin membebani harga.

Sebagai informasi, Indonesia sendiri merupakan produsen karet no. 2 terbesar di dunia. Mengutip data Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO), produksi karet alam RI mencapai 3,63 juta ton pada tahun 2017. Jumlah itu meningkat sekitar 8% YoY dari catatan tahun 2016 sebesar 3,36 juta ton.

Jumlah produksi RI yang sebesar itu hanya kalah dari produksi karet alam Thailand yang mencapai 4,44 juta ton di tahun lalu. Apabila diakumulasikan, total produksi RI dan Thailand sebesar 8,07 juta ton berkontribusi nyaris 60% dari total produksi dunia sebesar 13,54 juta ton.

Bicara mengenai Thailand, Negara Gajah Putih itu sebenarnya juga sudah mengambil kebijakan penyelamatan harga karet terlebih dahulu. Kementerian Pertanian dan Koperasi Thailand menawarkan 3000 Baht/rai (1600 m2) bagi petani yang setuju untuk tidak menyadap latex di kebunnya selama 3 bulan.

Hal ini diimplementasikan pemerintah Thailand per November 2018-April 2019, dan diperkirakan dapat mengurangi pasokan sekitar 200.000 ton. Dengan intervensi pemerintah di 2 top produsen utama dunia tersebut, harga karet pun semakin punya pijakan untuk menguat.

(TIM RISET CNBC INDONESIA)

(RHG/hps) Next Article Jokowi Resah Karena Harga Karet Memang Anjlok Parah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular