Perhatian, Inilah Momok Bagi IHSG Pekan Ini!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 November 2018 11:35
Perhatian, Inilah Momok Bagi IHSG Pekan Ini!
Foto: Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali pekan ini, pergerakan IHSG terlihat tak meyakinkan. Dibuka melemah 0,14% ke level 5.997,73, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan cepat bergerak naik ke zona hijau dan mencapai titik tertingginya di level 6.025,99 (+0,33%) dibandingkan penutupan perdagangan hari Jumat, 23/11/2018).

Namun kemudian, IHSG kembali turun ke zona merah dan mencapai titik terendahnya di level 5.990,99 (-0,25%). Pada pukul 11:00 WIB, IHSG melemah sebesar 0,02% ke level 6.005,21.

Padahal di sisi lain, bursa saham utama kawasan Asia diperdagangkan menguat dengan besaran yang lumayan: indeks Nikkei naik 0,78%, indeks Hang Seng naik 1,26%, indeks Strait Times naik 0,8%, dan indeks Kospi naik 1,02%.

Salah satu hal yang membebani pergerakan IHSG hari ini adalah aksi jual investor asing, dengan nilai bersih sebesar Rp 11,3 miliar.

Behaviour investor asing inilah yang kami proyeksikan menjadi momok bagi IHSG sepanjang pekan ini. Perlu diketahui, untuk minggu yang berakhir pada 16 November 2018, investor asing membukukan beli bersih sebesar Rp 3,38 triliun di pasar saham tanah air. Kemudian sepanjang minggu lalu, aksi beli investor asing belum usai. Investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 94,1 miliar.

Walaupun masih membukukan beli bersih, tetapi nilainya jauh menciut dibandingkan dengan capaian pada minggu yang berakhir pada 16 November 2018. Hal ini menunjukkan bahwa investor asing sudah mulai mengerem aksi belinya di pasar saham tanah air.

Pada minggu ini, besar kemungkinan investor asing akan membukukan jual bersih, terutama jika melihat behavior mereka sejauh ini.

Secara sentimen, ada banyak hal yang bisa menjustifikasi investor asing untuk melakukan aksi jual sekaligus ambil untung.

[Gambas:Video CNBC]


Pada hari ini, bursa saham utama kawasan Asia menguat lantaran ada kabar positif dari Benua Biru seputar proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit). Dalam sidang pada 25 November waktu setempat, para pemimpin Uni Eropa akhirnya menyepakati draf perjanjian Brexit yang diajukan pemerintahan Perdana Menteri Inggris Theresa May.

Theresa May mengatakan dalam kesepakatan tersebut Inggris tetap memiliki kewenangan untuk mengatur batas-batas wilayah dan anggarannya sendiri. Namun London akan membuat kebijakan yang serasi dengan Brussel sehingga menciptakan kepastian bagi para pelaku usaha.

"Mereka yang berpikir bahwa dengan menolak kesepakatan ini bisa mendapat yang lebih baik, maka akan kecewa. Ini adalah kesepakatan yang terbaik," tegas Presiden Uni Eropa Jean-Claude Juncker, dikutip dari Reuters.

Namun, kisruh seputar Brexit masih jauh dari kata usai. Masih ada tahapan yang harus dilalui May yang tidak kalah berat, yakni meloloskan draf Brexit di tingkatan parlemen. Kemungkinan besar, pemungutan suara terkait dengan hal ini akan digelar pada 11 Desember mendatang, seperti dikutip dari CNBC International.

Jika sampai gagal digolkan di Parlemen, May bisa saja dilengserkan dari posisinya atau yang lebih parahnya lagi, Inggris bisa meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan.

Berbicara mengenai pemungutan suara di parlemen, kondisinya memang tak terlalu bagus. Mantan Menteri Brexit Dominic Raab belum lama ini memproyeksikan bahwa draf Brexit akan ditolak oleh parlemen.

Raab, yang mengundurkan diri pada 15 November lalu karena ketidaksetujuannya terhadap draf Brexit, mengatakan bahwa pada titik tersebut (penolakan draf Brexit oleh Parlemen), opsi-opsi alternatif termasuk “No Deal exit” akan dipertimbangkan.

Lebih lanjut, ada tentangan dari Democratic Union Party (DUP) yang merupakan partai pendukung pemerintah. DUP menyatakan bakal menggagalkan draf Brexit yang sudah disetujui oleh London dan Brussel. Pasalnya, kesepakatan itu berpotensi membuat Inggris tunduk kepada aturan-aturan Uni Eropa dan bisa membuat Irlandia Utara menjauh dari Inggris.

Ketua DUP Arlene Foster menegaskan akan mengkaji ulang dukungannya kepada pemerintah apabila draf Brexit mendapat pengesahan dari parlemen. Hal ini tentu akan menjadi ganjalan kala May juga harus menghadapi kubu oposisi yang dipimpin Jeremy Corbyn.



Sentimen lainnya yang bisa menjustifikasi aksi jual investor asing adalah pesimisme terkait dengan pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 pada akhir bulan ini.

Pasalnya, tensi antara kedua negara terkait dengan perang dagang tak juga mereda, bahkan bertambah panas. Pada hari Selasa (20/11/2018), United States Trade Representative (USTR) mengatakan bahwa China telah gagal untuk mengubah praktik-praktik tidak adil di bidang kekayaan intelektual dan transfer teknologi yang menjadi salah satu alasan AS membebankan bea masuk baru bagi importasi produk-produk asal China.

“Tinjauan baru ini menunjukkan bahwa China belum secara fundamental merubah praktik-praktik yang tidak adil, tidak beralasan, dan menganggu keseimbangan pasar yang merupakan inti dari laporan pada Maret 2018 mengenai investigasi “Section 301”.” Tulis USTR dalam pernyataannya.

China pun kemudian dibuat berang oleh pernyataan tersebut. Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, menegaskan bahwa tuduhan AS sama sekali tidak berdasar.

"AS membuat tuduhan baru yang tak berdasar kepada China. Kami sangat tidak bisa menerimanya. Kami harap AS mencabut kata-kata dan perilaku yang menghancurkan hubungan bilateral kedua negara," sebut Gao dalam jumpa pers di Beijing, dilansir Reuters.

Bila AS melakukan tindakan atas tuduhannya, Gao mengatakan China akan tetap menjaga kepentingannya. Menurutnya, tindakan AS selanjutnya bisa saja semakin merusak tata cara perdagangan dunia.



Sepanjang bulan ini (hingga penutupan perdagangan hari Jumat), rupiah sudah menguat 4,38% melawan dolar AS di pasar spot, penguatan yang sangat signifikan. Akibatnya, investor menjadi memiliki banyak ruang untuk mencairkan cuan yang sudah didapatkan.

Jika rupiah melemah, akan sulit untuk mengharapkan investor asing melakukan aksi beli di pasar saham tanah air. Kemungkinan terbesar, mereka akan melakukan aksi jual.

Mengingat ada begitu banyak hal yang bisa memicu investor asing keluar dari bursa saham tanah air pada minggu ini, investor sudah seharusnya waspada. Minggu ini bisa menjadi minggu yang sulit bagi IHSG.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular